• Tentang Kami
  • Dewan Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
Selasa, Maret 28, 2023
NEWSLETTER
TitaStory
-18 °c
No Result
View All Result
  • HOME
  • HENA MALUKU
    • NUSA INA
    • BUPOLO
    • NUSA HUAPONO
    • NUHU EVAV
    • ARAFURA
    • DUAN LOLAT
    • BUMI KALWEDO
    • NAIRA
  • TITA MALUKU
    • HAM
    • KRIMINAL
    • SEJARAH
    • SENI & BUDAYA
    • SUMBER DAYA ALAM
    • PENDIDIKAN DAN KESEHATAN
    • SPORTS
    • POLITIK
    • HUKUM
    • MEDIA SOSIAL
    • OPINI
    • PENELITIAN
    • WISATA
  • PASIFIK & INTERNATIONAL
    • MELANESIA
    • INDONESIA
    • UN
    • HOLLAND
    • PAPUA
    • FLOBAMORA
  • INDEPT & INVESTIGASI
  • FOTO
  • VIDEO
  • HOME
  • HENA MALUKU
    • NUSA INA
    • BUPOLO
    • NUSA HUAPONO
    • NUHU EVAV
    • ARAFURA
    • DUAN LOLAT
    • BUMI KALWEDO
    • NAIRA
  • TITA MALUKU
    • HAM
    • KRIMINAL
    • SEJARAH
    • SENI & BUDAYA
    • SUMBER DAYA ALAM
    • PENDIDIKAN DAN KESEHATAN
    • SPORTS
    • POLITIK
    • HUKUM
    • MEDIA SOSIAL
    • OPINI
    • PENELITIAN
    • WISATA
  • PASIFIK & INTERNATIONAL
    • MELANESIA
    • INDONESIA
    • UN
    • HOLLAND
    • PAPUA
    • FLOBAMORA
  • INDEPT & INVESTIGASI
  • FOTO
  • VIDEO
No Result
View All Result
TitaStory
No Result
View All Result
Home HEADLINE

Sagu Maluku dan Kedaulatan Pangan Lokal

Oleh: Dipl.-Oek. Engelina Pattiasina

admin by admin
04/05/2020
in HEADLINE, SUMBER DAYA ALAM
0
Sagu Maluku dan Kedaulatan Pangan Lokal

Tampak Makanan Khas Maluku yang sedang dikomsumsi oleh Masyarakat Adat Negeri Manusela, Pulau Seram, Maluku. Foto : Yossi Lilihata

Share on FacebookShare on Twitter

titastory.id,- Penularan corona virus (Covid-19) pada saat ini sebenarnya memiliki kemiripan dengan pandemi Influenza Spanyol yang terjadi sekitar satu abad silam, tahun 1918-1920. Setidaknya, jutaan orang terpapar di seluruh dunia dan menyebabkan korban jiwa yang tidak sedikit. Indonesia yang ketika itu dikenal sebagai Hindia Belanda, juga tidak luput dari Flu Spanyol dan menimbulkan korban jiwa yang sangat besar, terutama di Pulau Jawa.

 

BACAJUGA

Terbukti Ingkar Janji, Gugatan Wanprestasi Tan Kho Hang Hoat di PN Ambon “Dikabulkan”, Soplanit : “Kami Tetap Upayakan Banding”

Takjil Buka Puasa Ramadhan “Higienis” Bertebaran di Kota Ambon

Penyebab Flu Spanyol ini dideteksi di Hindia Belanda pada November 1918 dan segera menyebar di Pulau Jawa, Bali, Sumatera, Sulawesi, dan hampir di semua wilayah Hindia Belanda. Namun, sebelum November 1918, sebenarnya sudah ada kasus kematian yang tidak wajar di Jawa Tengah. Ketika itu, pemerintah kolonial menjelaskan, ada tiga penyebab kematian itu, yakni Flu Spanyol dengan komplikasi penyakit paru-paru, kolera dan malaria.

 

Namun, ada yang terlewatkan, karena pada tahun 1918, Pulau Jawa dilanda krisis pangan yang luar biasa. Hanya saja, tak diketahui apakah krisis pangan ini berkaitan dengan serangan Flu Spanyol ataukah peristiwa yang kebetulan bersamaan.

 

Krisis pangan (kelaparan) di Jawa ini menyebabkan, pemerintah Belanda melarang pengiriman singkong dari Sunda ke luar pulau pada Oktober 1918, karena memang situasi darurat pangan yang terjadi hampir di seluruh Pulau Jawa.

 

Selain itu, De Locomotief edisi 19 Februari 1919, memberitakan kalau pada Desember 1918, Belanda juga melarang ekspor sagu dari Maluku ke luar Hindia Belanda, guna memastikan pasokan sagu ke Pulau Jawa.

 

Pengiriman sagu dari Ambon dan Ternate dimulai pada Januari 1919. Pasokan sagu juga berasal dari Riau, sedangkan tepung terigu diupayakan dari Australia.

 

Dari pemberitaan media kala itu, sagu Maluku bersumber dari Pulau Seram dan Halmahera. Namun, pemerintah kolonial mengalami kendala dalam upaya menyediakan tepung sagu, karena pohon sagu harus diproses. Kendala ini bisa diatasi atas jasa orang Alifuru yang terampil mengolah sagu.

Potret Perempuan Negeri Sabuai, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) Sedang Mengolah Sagu untuk dikomsumsi
Foto : Istimewa

 

Pilihan terhadap sagu untuk membantu kelaparan di Pulau Jawa bukan tanpa alasan, karena Belanda mengetahui kandungan gizi sagu tidak berbeda dengan beras. Mungkin saja, kalau ada penelitian mutakhir dewasa ini, bukan tidak mungkin sagu memiliki kandungan gizi yang lebih baik.

 

Arti penting sagu pada masa krisis pangan di Jawa pada masa Flu Spanyol itu digambarkan cukup lengkap dalam sebuah artikel di De Locomotief di Februari 1919 yang berjudul, “Sago voor Java”. Hanya saja, artikel yang ditulis koresponden di Ternate ini tidak menyertakan nama penulisnya.

 

Kalau ditarik lebih jauh sebelum krisis pangan di Jawa, sagu dari Maluku ini sudah diolah pabrik sagu milik Belanda pada abad ke-18. Tapi, kualitas sagu yang diolah di Maluku masih kalah dari sisi kualitas dengan sagu yang diolah di Singapore. Hampir pasti, sagu di Singapore ini berasal dari Riau, Aceh dan Maluku, tapi diolah menjadi tepung sagu dengan kualitas yang lebih baik di Singapore.

 

Dengan peristiwa yang luput dari amatan ini, sebenarnya memberikan satu kesadaran, kalau Kepualauan Maluku dan Papua dengan kekayaan sagunya sebenarnya menjadi jaminan akan ketersediaan pangan di masa krisis. Sebab, sagu memiliki daya tahan yang relatif lama sebelum dikonsumsi. Untuk itu, kasus Covid-19 yang melanda dunia ini, sebenarnya menjadi momentum bagi Maluku, Papua, Sulawesi Utara dan daerah lainnya untuk mengembalikan sagu sebagai syarat untuk memastikan kedaulatan pangan lokal.

 

Dalam konteks Maluku, sagu merupakan makanan pokok yang sama dengan beras atau jagung di daerah lain yang terjadi sejak turun-temurun.

 

Namun, pada 1950-an, pemerintah pusat memperkenalkan bercocok tanam padi bagi orang Maluku. Setidaknya, pada tahun 1954, persiapan irigasi dan lahan di Pulau Seram dan Pulau Buru sedang dimulai. Satu tahun berselang, 1955, persawahan di Pulau Seram resmi diolah oleh transmigran dari luar Pulau Seram. Hal ini juga menjadi sejarah baru bagi orang Maluku, sehingga tidak heran kalau orang Maluku akan kesulitan untuk mengolah sawah, karena memang tidak memiliki kultur seperti itu.

 

Tapi, pemerintahan orde baru mengambil kebijakan yang fatal, karena secara sadar atau tidak menjadikan beras sebagai pangan pokok, sehingga sampai saat ini, beras menjadi makanan pokok, meski tidak memiliki tradisi bercocok tanam padi. Pembagian jatah beras bulanan bagi pegawai negara setidaknya menjadi contoh “nasionalisasi” beras sebagai makanan pokok di Indonesia.

 

Kebijakan ini menjadi pisau bermata ganda, karena di satu sisi kebiasaan makan nasi ini menjadi beban tersendiri bagi negara karena harus memastikan pasokan beras selalu terjaga. Hal ini dilakukan bukan dengan memacu produksi padi dalam negeri, tapi bergantung kepada beras impor. Sementara di saat bersamaan, pangan lokal sagu, umbi-umbian, kacang dan jagung menjadi makin tersisih.

 

Kini, tantangan terberat untuk mengembalikan kejayaan pangan lokal bukan perkara mudah, karena ini sudah berkaitan dengan pola dan gaya hidup. Misalnya, untuk mengembalikan hutan sagu di Maluku, bukan sekadar mengembalikan kebiasaan masyarakat dalam menyajikan makanan, tetapi membutuhkan satu tekad dan komitmen dari pemerintah di berbagai level.

 

Keberpihakan di sini menjadi kunci, karena ketergantungan kepada beras sudah demikian besar dan akan terus bertambah seiring dengan penambahan jumlah penduduk. Karena pada tahun 2012, dalam Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan I-2012, kebutuhan beras Maluku sekitar 122.512 ton/tahun. Dimana 60 persen kebutuhan beras dipasok dari luar Maluku.

 

Dalam kajian ini, survei yang dilakukan membuktikan beras telah menjadi makanan pokok, karena 89% responden menjadikan beras sebagai makanan dan hanya 11 persen yang menjadikan pangan lokal sebagai makanan pokok.

Engelina Pattiasina, Direktur Archipelago Solidarity Foundation.

 

Secara nasional, Presiden Joko Widodo, dalam sidang kabinet pada 28 April 2020, mengungkapkan ada tujuh provinsi yang mengalami defisit beras dan 11 provinsi defisit jagung.

 

Hal ini sebenarnya sudah dapat diperkirakan, karena Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2020, baik luas panen, produksi GKG dan produksi beras secara nasional mengalami penurun. Hal yang sama juga terjadi Maluku, dari luas lahan padi 18.283 hektar tahun 2019, menghasilkan produksi GKG 98,3 ton pada 2019 atau turun kalau dibandingkan panen GKG tahun 2018 sebanyak 116,2.

 

Persoalan pangan ini akan senantiasa menjadi tantangan dari masa ke masa, jika tidak ada kebijakan pangan yang fokus dan komitmen yang kuat untuk mencapai kedaulatan pangan.

 

Kedaulatan pangan hanya mungkin terjadi jika sudah terjadi kedaulatan pangan lokal, sesuai dengan potensi dan tradisi secara turun-temurun. Setiap daerah memiliki corak dan ketrampilan untuk memenuhi kebutuhan pangan sejak lama.

 

Hanya potensi pangan lokal itu semakin terkikis karena ada upaya yang sengaja atau tidak telah menjadikan beras sebagai makanan pokok secara nasional. Akibatnya, pemenuhan beras dilakukan dengan impor, karena daerah yang semula tidak menjadikan beras sebagai makanan pokok telah bergeser ke beras.

 

Tanpa disadari pangan lokal kehilangan pamor sebagai makanan pokok. Jadi, jangan heran, meski masih ada persediaan umbi-umbian, jagung dan sagu, bisa saja sudah dikategorikan sebagai rawan pangan–bahasa halus dari kelaparan. (bersambung)

 

Penulis, Engelina Pattiasina, Direktur Archipelago Solidarity Foundation

Post Views: 994
Tags: #Covid-19#Ketahanan Pangan#Maluku#Pangan Lokal#Papua#Sagu
Share14TweetShareShareSend
admin

admin

Related Posts

Terbukti Ingkar Janji, Gugatan Wanprestasi Tan Kho Hang Hoat di PN Ambon “Dikabulkan”,  Soplanit : “Kami Tetap Upayakan Banding”

Terbukti Ingkar Janji, Gugatan Wanprestasi Tan Kho Hang Hoat di PN Ambon “Dikabulkan”, Soplanit : “Kami Tetap Upayakan Banding”

by admin
27/03/2023
0

TITASTORY.ID, - Gugatan Wanprestasi terkait lahan Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, yang berada...

Takjil Buka Puasa Ramadhan “Higienis” Bertebaran di Kota Ambon

Takjil Buka Puasa Ramadhan “Higienis” Bertebaran di Kota Ambon

by admin
25/03/2023
0

TITASTORY.ID, -  Di kota Ambon, pihak Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Cabang...

4 Hari DPO, Pelaku Pemerkosa IRT di Banda Naira Ditangkap Polisi

4 Hari DPO, Pelaku Pemerkosa IRT di Banda Naira Ditangkap Polisi

by admin
24/03/2023
0

TITASTORY.ID – Sesaat sebelum diamankan, Mohamad Rumagia alias Amat, pelaku yang memerkosa seorang Ibu...

Diduga Depresi, Sosok Suami di Buru Nekat Parangi Istrinya Sendiri

Diduga Depresi, Sosok Suami di Buru Nekat Parangi Istrinya Sendiri

by admin
21/03/2023
0

TITASTORY.ID, - Kejadian berdarah terjadi di Kabupaten Buru, tepatnya di Desa Wamana, Kecamatan...

Berkas 6 Pelaku Terduga Pemerkosaan di Bula Sudah Dilimpahkan ke Jaksa

Berkas 6 Pelaku Terduga Pemerkosaan di Bula Sudah Dilimpahkan ke Jaksa

by admin
18/03/2023
0

TITASTORY.ID, - Kasus ruda paksa terhadap anak siswi MTS di Bula, yang melibatkan...

Mahasiswa Asal SBB Sedjabodeabek Bakal Gelar Aksi Tolak Pemberian Gelar Adat Nunusaku ke Gubernur dan Istrinya

Mahasiswa Asal SBB Sedjabodeabek Bakal Gelar Aksi Tolak Pemberian Gelar Adat Nunusaku ke Gubernur dan Istrinya

by admin
18/03/2023
0

TITASTORY.ID, - Rencananya, dalam waktu dekat gelar Upu Latu dan Ina Latu Nunusaku...

Next Post
Ratusan Paket Sembako Untuk Warga Terdampak Covid-19  Disalurkan Pemkab Buru

Ratusan Paket Sembako Untuk Warga Terdampak Covid-19 Disalurkan Pemkab Buru

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

Nyabu, 2 Ibu Rumah Tangga Kelurahan Benteng ditangkap Aparat Polresta Ambon

Nyabu, 2 Ibu Rumah Tangga Kelurahan Benteng ditangkap Aparat Polresta Ambon

3 tahun ago
Anggaran Ratusan Juta Rupiah Yang Dikelolah KONI Bursel Diduga Bermasalah

Anggaran Ratusan Juta Rupiah Yang Dikelolah KONI Bursel Diduga Bermasalah

2 bulan ago

Popular News

  • Rencana Pemberian Gelar Upu dan Ina Latu Nunusaku Dibalas Mosi Tidak Percaya

    Anak Adat Berdarah Amahai Pertanyakan Garis Darah Calon Ina dan Upu Latu Nunusaku

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lambat Eksekusi Putusan, Kardin La Ucu Cs Layangkan Permohonan Pelaksanaan Putusan ke PTUN

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gempabumi Tektonik M5,2 di Laut Seram, Maluku Tengah, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Terbukti Ingkar Janji, Gugatan Wanprestasi Tan Kho Hang Hoat di PN Ambon “Dikabulkan”, Soplanit : “Kami Tetap Upayakan Banding”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ricuh, Unjuk Rasa Ratusan Warga Desa Loleba Tuntut Pembayaran Lahan: Diduga Dicaplok Perusahaan Tambang Nikel

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
TitaStory

Copyright © 2019 TITASTORY.COM Network

Copyright © 2019 TITASTORY.COM Network

  • Tentang Kami
  • Dewan Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber

Follow Us

No Result
View All Result
  • HOME
  • HENA MALUKU
    • NUSA INA
    • BUPOLO
    • NUSA HUAPONO
    • NUHU EVAV
    • ARAFURA
    • DUAN LOLAT
    • BUMI KALWEDO
    • NAIRA
  • TITA MALUKU
    • HAM
    • KRIMINAL
    • SEJARAH
    • SENI & BUDAYA
    • SUMBER DAYA ALAM
    • PENDIDIKAN DAN KESEHATAN
    • SPORTS
    • POLITIK
    • HUKUM
    • MEDIA SOSIAL
    • OPINI
    • PENELITIAN
    • WISATA
  • PASIFIK & INTERNATIONAL
    • MELANESIA
    • INDONESIA
    • UN
    • HOLLAND
    • PAPUA
    • FLOBAMORA
  • INDEPT & INVESTIGASI
  • FOTO
  • VIDEO

Copyright © 2019 TITASTORY.COM Network

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
error: Content is protected !!