TitaStory.id, Haruku – Puluhan Bendera Kelompok Republik Maluku Selatan kembali berkibar di Maluku. Kali ini bendera bercorak empat warna ini mewarnai peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Maluku Selatan (RMS) ke-72.
Sejumlah video dan foto-foto beredar di media sosial dan dibagikan berulang kali, terlihat ratusan bendera berkibar di Negeri (Desa) Aboru, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, selasa (25/4/2023).
Bendera yang dikibarkan, diikat pada sebatang tiang bambu dan ada yang ditancapkan di pinggiran jalan desa, sehingga terlihat jelas.
Bahkan tak hanya berkibar pada tiang-tiang bendera di sepanjang jalan, namun kemeriahan HUT RMS ke 72 ini turut diwarnai dengan pawai mengelilingi kampung menggunakan bendera berjuluk benang raja (sebutan bendera RMS-red) ini.
Saat arak-arakan, warga sempat meneriaki salam perjuangan dan menyanyikan lagu kebangsaan mereka.
“Mena Muria… Mena Muria… Mena Muria,” begitu pekikan salam perjuangan warga sambil mengibarkan bendera bercorak empat warna itu.
“Hena Masa Waya Lete Hunimua O……,” begitu lirik lagu adat Maluku yang dinyanyikan warga saat arak-arak menggunakan bendera mengelilingi kampung.
Terlihat juga warga membunyikan tiang listrik sehingga sontak warga keluar memadati jalan. Selain itu smoke bom (Bom asap) empat warna biru, putih, hijau, dan merah ikut mewarnai kemeriahan pawai ini.
Salah satu warga Aboru, Elly Tuankota yang dikonfirmasi via ponselnya, Selasa sore membenarkan adanya aksi tersebut. Ia menjelaskan, aksi kibar bendera terjadi sejak pukul 07.00 -9.30 Wit.
“Beta lihat, itu bendera dikibarkan sekitar 2 jam, sejak pukul 07.00 hingga 09.00 lewat,”ungkapnya.
Ia menuturkan, puluhan aparat kepolisian TNI/Polri yang berada di Pos Aboru dan Naira juga sudah berusaha untuk menurunkan bendera yang dikibarkan, namun dihalangi oleh warga yang berdatangan, didominasi perempuan dan anak-anak.
Menghindari bentrok dengan warga yang jumlahnya lebih banyak, akhirnya aparat keamanan mengalah dan melakukan pemantauan. Bendera kemudian diturunkan sendiri oleh warga pukul 09.30 Wit, dan warga membubarkan diri.
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari aparat keamanan terkait dengan peristiwa tersebut.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, personil Polsek Pulau Haruku dan personil BKO Brimob Pos Naira, telah berhasil mengamankan 4 helai bendera RMS saat melakukan patroli, usai aksi warga.
Wakapolsek Pulau Haruku juga telah melakukan koordinasi dengan pihak warga Aboru agar segera menghentikan aksinya.
Alasan Dibalik Aksi Kibar Bendera RMS
Ely mengatakan, dari informasi yang dihimpun, ada sejumlah alasan dibalik aksi kibar dan pawai bendera RMS. Mulai dari gagalnya tes penerimaan Casis TNI AD yang diikuti sejumlah pemuda Aboru, alasan keamanan di Pulau Haruku hingga minimnya infrastruktur transportasi berupa jalan yang dibangun untuk meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.
“Sebenarnya, ini sebagai bentuk protes dan kekecewaan yang disampaikan warga Aboru,” jelasnya.
Diantaranya, gugurnya sejumlah pemuda Aboru yang mengikuti tes Casis TNI AD pada tahap akhir, dengan alasan bendera RMS masih berkibar di Negeri Aboru.
Alasan ini sangat disayangkan, dan menimbulkan kekecewaan dari warga Aboru.
Ia berharap, hal ini tidak dialami oleh sejumlah pemuda Aboru yang sedang digembleng untuk mengikuti tes Casis TNI AL.
Situasi keamanan di Pulau Haruku kata Dia, juga belum dapat diselesaikan oleh pemerintah, termasuk konflik antara negeri Aboru-Hulaliu.
Hal ini terlihat dari kendaraan logistik yang akan masuk ke Negeri Aboru, masih dihadang oleh warga Hulaliu, sehingga tidak dapat melanjutkan perjalanan. Apabila kondisi ini dibiarkan, maka dapat menjadi bom waktu.
“Tutupnya akses jalan, sangat mempengaruhi ekonomi warga, Apalagi saat musim ombak, warga Aboru juga tidak memiliki akses jalan lain yang disiapkan pemerintah. Bila dibandingkan dengan negeri-negeri lainnya di Pulau Haruku, jalan tani bahkan dibuat untuk mempermudah aktivitas masyarakat. Namun hal ini tidak dialami oleh warga Aboru,” tukasnya.
Ia berpendapat, perlunya Jalan lintas Pulau Haruku untuk memperlancar transportasi sebagai solusi meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Akses jalan lanjut Ely, dapat memperlancar aktivitas perekonomian warga.
Terkait dengan pemulangan pengungsi Kariu ke negerinya, Ely melihat masih terjadi intimidasi dan teror, sehingga warga Kariu belum secara leluasa untuk berkebun. Mereka hidup terkurung di negerinya.
Pemerintah kata Dia, harus berani untuk menjamin keamanan dan menyelesaikan konflik yang terjadi secara cepat.
“Meskipun sudah kembali, warga Kariu masih belum bebas ke kebun dan sesekali masih terdengar ledakan bom dan bunyi tembakan,” ucapnya.
Bahkan sebagian warga Kariu masih memilih bertahan di Aboru, karena belum berani pulang ke negerinya. Pemerintah lanjutnya, masih gagal menjamin keamanan bagi sebagian warganya.
“Kalau memang menganggap anak-anak Aboru sebagai bagian dari Indonesia, harus diperlakukan secara adil. Pulau Haruku dekat dengan ibukota Provinsi Maluku, harus dibangun jalan lintas Pulau Haruku untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di Pulau Haruku. Jangan sampai masyarakat Aboru menganggap dianaktirikan,” pungkasnya. (TS-01)