titastory, Seram Selatan – Pengurus Besar Ikatan Mahasiswa Negeri Tehoru (IKMAT) Ambon mengecam keras aktivitas destruktif yang menimpa terumbu karang di perairan Tehoru, Maluku Tengah. Sejak beberapa tahun terakhir, jangkar kapal tongkang dan tugboat besar disebut telah menancapkan jangkar secara sembarangan, merusak ekosistem bawah laut.
Sahat Ajid Barakati, Ketua Umum IKMAT Ambon, mengatakan tindakan tersebut merupakan ancaman serius terhadap kehidupan masyarakat adat Negeri Tehoru.
“Laut itu nyawa. Laut itu ruang hidup bagi masyarakat. Semua gantungkan hidup di laut,” Katanya usai acara Penyerahan Kepengurusan PB IKMAT Ambon secara simbolis oleh Raja Negeri Tehoru, Sabtu, 14 Juni 2025.
Menurutnya, aktivitas pembuangan jangkar besar oleh kapal tongkang ini menjadi lebih meresahkan karena berkaitan dengan pengangkutan material batu pecah dari Negeri Laimu, Kecamatan Telutih. Akibatnya, terumbu karang yang menjadi habitat dan sumber ekonomi bagi masyarakat telah mengalami kerusakan serius.
Mahasiswa penhukum UIN Ambon itu mendesak agar pemerintah negeri Tehoru dan stakeholder di Kecamatan Tehoru segera bertindak tegas. Syahbandar Tehoru, lanjut dia, harus dievaluasi peran dan tanggung jawabnya. “Hari ini dan lima tahun terakhir jangan cuma makan saja tapi tanggung jawab secepatnya,” tegas Sahat.

Sekalipun ancaman aksi protes berpotensi meningkat, IKMAT memberi batas tegas: jika pemerintah belum mengambil langkah perlindungan, massa akan melakukan unjuk rasa tuntut pertanggungjawaban instansi terkait.
Raja Negeri Tehoru, Hud Silawane, menyatakan akan mendorong upaya sasi laut sebagai solusi berbasis adat. “Bersama lembaga adat dan Syahbandar Tehoru, kami bakal berdiskusi melakukan sasi adat untuk melarang dan membatasi aktivitas lego jangkar yang merusak terumbu karang,” pungkasnya, sambil menegaskan sanksi adat siap diberlakukan bila aturan tersebut dilanggar.
Silawane juga menyampaikan perlunya pelibatan akademisi dan ahli ekologi laut untuk mengukur kerusakan yang terjadi dan merumuskan rencana restorasi.

Nurlaila Sopamena, staf LP2M UIN AMSA Ambon, menyebut pihaknya hendak bekerja sama dalam pendataan kerusakan merata dan restorasi. Mereka bahkan siap mengerahkan instruktur selam agar penelitian terumbu karang lebih terperinci.
“Kalau Negeri Tehoru mau, sisihkan sedikit buat peneliti dan penyelam untuk membantu penelitian di sana. Tentunya itu kolaborasi yang baik,” ucapnya.