Luar Biasa!!! Ikan Purba dari Zaman Dinosaurus Muncul di Laut Maluku

28/05/2025
Ikan coelacanth (Latimeria menadoensis)—spesies yang selama ini dijuluki “fosil hidup”—terekam kamera dalam kondisi hidup di habitat aslinya di kedalaman laut Maluku Utara 144 meter. Foto: @Alexis Cappuis
"Setelah Puluhan Tahun Dicari, Coelacanth Hidup Ditemukan di Perairan Maluku”

titastory, Ambon – Di kedalaman laut Maluku, sebuah rahasia purba akhirnya terkuak. Untuk pertama kalinya, seekor ikan coelacanth (Latimeria menadoensis)—spesies yang selama ini dijuluki “fosil hidup”—terekam kamera dalam kondisi hidup di habitat aslinya. Temuan langka ini menjadi babak baru dalam pemahaman kita tentang keanekaragaman hayati laut dalam Indonesia.

Penemuan luar biasa ini dilakukan oleh tim ekspedisi Underwater Scientific Exploration for Education (UNSEEN) yang merupakan kolaborasi antara Universitas Pattimura, Universitas Khairun, Universitas Udayana, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta didukung oleh Blancpain Ocean Commitment. Dengan keahlian penyelam laut dalam dan pemetaan batimetri mutakhir, para peneliti berhasil menyelam hingga kedalaman 145 meter—memasuki zona mesofotik yang sunyi dan gelap—dan menemukan seekor coelacanth dewasa berenang anggun di antara bebatuan karang purba.

“Ini bukan sekadar penemuan biologis, tapi juga penegasan bahwa laut dalam Indonesia masih menyimpan misteri yang belum terpecahkan,” ujar Dr. Gino Limmon, dosen kelautan Universitas Pattimura yang memimpin misi ini. “Coelacanth bukan hanya simbol masa lalu, tetapi penanda penting ekosistem laut dalam yang harus kita lindungi.”

Seoran peneliti terlihat mendekati Ikan coelacanth (Latimeria menadoensis)—spesies yang selama ini dijuluki “fosil hidup”—terekam kamera dalam kondisi hidup di habitat aslinya di kedalaman laut Maluku Utara 144 meter. Foto: @Alexis Cappuis

 

Harta Karun Evolusi di Laut Maluku

Coelacanth merupakan salah satu vertebrata laut paling langka dan penting secara evolusioner. Ikan ini pertama kali mencuat ke publik ketika spesimennya ditemukan di pasar ikan Manado pada 1997, dan diidentifikasi sebagai spesies baru yang berbeda dari coelacanth Afrika (Latimeria chalumnae) yang sebelumnya dianggap punah sejak 70 juta tahun lalu.

Kini, dengan temuan di Maluku Utara—berjarak ribuan kilometer dari lokasi penemuan sebelumnya—terbukti bahwa sebaran coelacanth di Indonesia lebih luas dari yang selama ini diperkirakan. “Kami telah bertanya-tanya selama lebih dari 25 tahun, apakah coelacanth juga menghuni laut Maluku. Dan akhirnya kami mendapat jawabannya,” ujar Dr. Mark Erdmann, pakar laut tropis dan penasihat proyek ini.

Menariknya, dokumentasi ini merupakan yang pertama di Indonesia yang dilakukan langsung oleh penyelam manusia, bukan dengan kendaraan robotik atau kapal selam. Penyelaman dilakukan dengan teknik gas campuran (trimix), yang hanya bisa dilakukan oleh sedikit penyelam profesional karena tekanan tinggi dan waktu terbatas di dasar laut.

Dr. Gino Limmon, dosen dari Universitas Pattimura. Foto: Akun Facebook @Universitas_Pattimura

Laut Dalam: Tempat Berlindung Terakhir

Penemuan ini membawa pesan penting tentang konservasi. Coelacanth saat ini berstatus Rentan dalam daftar IUCN, dengan habitat yang kian terancam oleh polusi, tambang laut, dan eksploitasi pesisir. “Ikan ini dilindungi secara hukum, tetapi perlindungan habitatnya jauh lebih krusial. Jumlahnya terbatas secara global,” tegas Dr. Augy Syahailatua, peneliti BRIN.

Ia menambahkan bahwa pengembangan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Maluku Utara menjadi langkah logis selanjutnya. Tidak hanya untuk menjaga populasi coelacanth, tetapi juga untuk melindungi ekosistem mesofotik yang menjadi tempat berlindung berbagai spesies langka lainnya.

“Zona ini sangat penting, namun masih belum banyak dipahami. Laut dalam bukanlah ruang kosong. Ia adalah laboratorium hidup yang menyimpan banyak kunci untuk memahami masa lalu dan masa depan bumi,” kata Professor Kerry Sink dari South African National Biodiversity Institute.

Foto: Tim ekspedisi Underwater Scientific Exploration for Education (UNSEEN) yang merupakan kolaborasi antara Universitas Pattimura, Universitas Khairun, Universitas Udayana, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta didukung oleh Blancpain Ocean Commitment

 

Rahasia Lokasi Penemuan Dijaga Rapat

Demi menjaga keberlangsungan spesies, lokasi penemuan coelacanth ini tidak dibuka ke publik. Langkah ini diambil untuk mencegah potensi gangguan dari aktivitas manusia dan memberi ruang bagi para ilmuwan serta pemerintah lokal untuk menyusun strategi konservasi yang tepat.

“Ini bukan akhir cerita, melainkan awal dari eksplorasi yang lebih dalam,” ujar Dr. Limmon. “Maluku, dengan laut dan terumbu karangnya, menyimpan harta karun kehidupan yang belum selesai kita baca. Dan coelacanth adalah salah satu bab yang paling menarik.”

Catatan: Penemuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports (2025), dengan judul: “First record of a living coelacanth from North Maluku.”
error: Content is protected !!