titastory, Seram Bagian Timur — Pergantian kepala desa Bula oleh Bupati SBT, Fahri Husni Alkatiri, memicu kericuhan saat pendukung kepala desa lama Ismail Patikupang memalang kantor desa, Rabu (11/6) siang. Aksi tersebut memancing reaksi keras dari pendukung kepala desa baru, Hanafi Kilbaren, yang juga turut turun tangan membuka palangan.
Polisi dari Sat Intelkam Polres SBT cepat merespons dan memisahkan kedua kubu sebelum terjadi bentrok. “Bapak-bapak semua, kita akan bicarakan ini secara baik-baik,” ujar AKP Erwin Abas, Kasat Intelkam Polres SBT, yang langsung terjun meredakan situasi.

Menurut tokoh adat desa, Abdul Samad Kilbaren, pengangkatan Hanafi sudah sesuai prosedur adat dan mekanisme tata pemerintahan desa. SK pergantian resmi telah dikeluarkan bupati setelah mendapatkan persetujuan dari mata rumah perintah di empat dusun: Olong, Unawekla, Nurlete, dan Siwan-siwan. “Ini telah disepakati bersama,” tegasnya.
Abdul Samad juga mengecam aksi pemalangan karena dianggap sebagai upaya menghambat pemerintahan dan penghinaan terhadap keluarganya. “Upaya ini menghambat pemerintahan desa dan melecehkan keluarga kami,” ujarnya.
Kericuhan serupa juga tercatat terjadi di kantor desa lain dan kantor Lapang Tanah Baru di Kecamatan Teor, menunjukkan ada penolakan lebih luas terhadap kebijakan pergantian kepala desa.
Dugaan Hambatan Dana Desa
Buntut pergantian ini belum hanya menyisakan konflik politik lokal. Hingga awal Juni, 198 desa di SBT, termasuk Bula, belum menerima pencairan dana desa tahap I–2025. Ketua KAMMI Cabang SBT, Bahrudin Kesuy, menyoroti dampak besar atas penundaan ini: “APBDes sudah disusun sejak awal tahun, namun dana tak kunjung cair”
Kondisi ini disinyalir memperlambat pembangunan desa, serta program ekonomi warga. Lebih parah lagi, dana yang harusnya dicairkan pada batas akhir 25 Juni mendatang kini berada di ambang hangus oleh pemerintah pusat jika tidak segera diolah.
Penulis: Babang Sohilauw