titastory.id, ternate – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Maluku Utara menilai visi dan misi empat calon gubernur Maluku Utara masih mengabaikan keberlanjutan lingkungan hidup untuk melanjutkan proses pembangunan hingga lima tahun mendatang.
Direktur WALHI Maluku Utara, Faizal Ratuela mengatakan, bahwa publikasi visi dan misi keempat pasangan calon gubernur tidak menunjukkan komitmen kuat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Sebaliknya, mereka hanya fokus pada pembangunan infrastruktur tanpa memperhitungkan dampaknya terhadap ekosistem Maluku Utara.
“Kami melihat visi dan misi keempat paslon gubernur hanya mengarahkan pada pembangunan infrastruktur, dan tidak ada yang mengarah pada penyelamatan lingkungan hidup di Maluku Utara,” ujar Faizal, beberapa waktu lalu.
Menurut Faizal, kondisi ekologi di Maluku Utara yang semakin terancam seharusnya menjadi perhatian utama calon gubernur, mengingat visi dan misi mereka akan menentukan arah pembangunan daerah selama lima tahun ke depan.
“Kerusakan ekologi ini akan berdampak pada berbagai sektor, seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan keberlanjutan hidup masyarakat,” jelas Faizal
Karena itu, para calon gubernur Maluku Utara tidak boleh mengabaikan pengkajian lingkungan hidup dalam visi dan misi mereka.
Faizal menambahkan, keempat pasangan calon terlihat mengikuti konsep pembangunan nasional tanpa kemandirian atau penyesuaian dengan karakteristik daerah.
Mereka menjanjikan lapangan pekerjaan, pendidikan gratis, dan kesehatan gratis. Namun jika kerusakan lingkungan diabaikan, kesejahteraan yang diharapkan akan sia-sia.
Dia menggarisbawahi bahwa masyarakat Maluku Utara, yang mayoritas merupakan petani dan nelayan membutuhkan konsep pembangunan berbasis pertanian dan perikanan bukan pada pertambangan.
Menurut dia, secara geografis, 78 persen wilayah Maluku Utara adalah lautan, sehingga pembangunan ekonomi idealnya memperhatikan aspek kelautan dan lingkungan secara keseluruhan. Tidak hanya bepusat pada proyek-proyek pertambangan yang berdampak buruk.
Jika para calon gubernur tidak mengutamakan keselamatan lingkungan, Faizal menegaskan bahwa generasi mendatang akan menghadapi kondisi lingkungan yang semakin parah akibat eksploitasi saat ini.
“Kami memiliki data tren infeksi saluran pernapasan (ISPA) yang terus meningkat, terutama di wilayah lingkar tambang, akibat dari masifnya industri ekstraktif,” paparnya.
Selain itu, Faizal menyebutkan bahwa krisis iklim telah menyebabkan pengasaman air laut yang berdampak serius pada sumber pangan laut. Situasi ini berpotensi mengancam kehidupan para nelayan yang menggantungkan hidupnya pada hasil laut.
“Dampak pengasaman air laut ini disebabkan oleh krisis iklim yang diperburuk oleh kegiatan pertambangan. Ini mengancam keberlanjutan hidup nelayan,” pungkasnya. (TS 10)
Discussion about this post