titastory, Ternate – Upaya menjadikan sampah sebagai sumber ekonomi mulai menunjukkan hasil. Di Kota Ternate, Maluku Utara, sekelompok warga yang tergabung dalam Kelompok Binaan Ika Mario menggelar uji coba mesin pencetak batu bata, paving block, dan batu angin berbahan dasar limbah plastik.
Program ini merupakan hasil kolaborasi antara Ika Mario dan PT Pertamina Patra Niaga Aviation Fuel Terminal (AFT) Babullah melalui skema Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) dan Corporate Social Responsibility (CSR). Mereka menyebutnya Program Bu Tutik—singkatan dari Batu Bata dan Furnitur Plastik.

“Kami berkomitmen meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mendukung kebersihan lingkungan di Kota Ternate melalui program TJSL & CSR,” ujar Winaryanto, AFT Manager Babullah, dalam siaran pers.
Ia menegaskan, permasalahan sampah plastik tidak bisa diserahkan semata kepada pemerintah. “Ini tanggung jawab semua pihak, termasuk perusahaan,” katanya.
Program ini tak hanya mengandalkan mesin. Uji coba tersebut juga disertai pelatihan pengoperasian yang digelar bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Ternate dan tim Ruang Laboratorium. Seluruh anggota kelompok diajari cara kerja dan prosedur keselamatan dari alat cetak yang mampu mengolah limbah menjadi barang bernilai ekonomis.
Pelatihan itu akan berlanjut secara daring selama beberapa waktu ke depan.
“Pengelolaan sampah kita belum optimal. Padahal plastik bisa diubah menjadi uang,” kata Mahmud, Ketua Kelompok Ika Mario.
Menurut Mahmud, produksi bata plastik dan paving block ramah lingkungan ini diharapkan menjadi kegiatan yang berkelanjutan. “Kami ingin mengurangi sampah plastik di Kota Ternate. Program ini solusi yang ramah lingkungan sekaligus membuka lapangan kerja.”
Program Bu Tutik disebut sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama poin 8 soal pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan, serta target pemerintah menuju Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Penulis: Edison Waas