Potret Pendidikan dan Kesehatan di Pedalaman Pulau Seram Maluku

by
24/07/2021
Potret Kesehatan dan Pendidikan di Daerah Pegunungan Seram Utara, Maluku Tengah, Maluku. Foto : Istimewa

TITASTORY.ID – Memiliki topografi yang bervariasi seperti dataran tinggi yang masih dipadati hutan hujan tropis, dataran rendah berawan, padang rumput, lembah, sungai  dan laut membuat Pulau Seram, salah satu pulau terbesar di wilayah Maluku menjadi salah satu  tempat terindah. Namun, tak selamanya keindahan itu membawa manfaat. Keragaman topografi itu hanya menjadi tantangan tersendiri bagi Seram atau sebutan Nusa Ina untuk berkembang.

Satu hal yang dipengaruhi kondisi alam pulau Seram adalah perkembangan kesehatan dan pendidikan. tersebarnya masyarakat yang bermukim di dataran tinggi yang masih lekat dengan adat istiadat  membuat bidang kesehatan dan pendidikan sulit untuk berkembang.

Mareso Rehena, Pemuda Negeri Maraina menyadari daerahnya memang cukup tertinggal di bidang kesehatan dan pendidikan. Baginya pendidikan adalah jalan terbaik meningkatkan taraf kehidupan sebuah generasi. Namun apa yang dijumpa di pegunungan pulau seram , Maluku Tengah, Maluku  bisa jadi cermin kondisi pendidikan  di banyak daerah terpencil  lainnya di tanah air.

Terkait persoalan pelayanan publik yang buruk di Pegunungan Seram Utara, Maluku Tengah, Putra asli Negeri Maraina, menyatakan tidak ada perhatian serius dari pemerintah setempat.

“Saat ini pelayanan publik seperti Pendidikan dan Kesehatan, bagaikan sebuah sinetron yang tak kunjung berakhir, pasalnya pendidikan dan kesehatan merupakan nadi dalam kehidupan masyarakat kini berjalan pincang di Seram Utara,” kata Mareso.

Bisa dibayangkan seperti apa kondisi waktu belajar setiap harinya. Disisi lain, guru pun seakan berbekal idelisme mereka sebagai pengajar, tanpa imbalan yang memadai sebagai pemberi ilmu bagi masa depan muridnya.

“Minimnya tenaga pendidik, sarana dan prasarana infrastruktur pendidikan di 5  Negeri membuat proses belajar mengajar berjalan dengan pincang,”ujar Mahasiswa  Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pattimura ini.

Dikatakan, komposisi guru yang tidak seimbang dengan jumlah siswa, mengakibatkan siswa lebih banyak bermain di jam-jam produktif ketimbang mendapat pelajaran. Belum lagi di perhadapkan dengan kurikulum K13 yang mengharuskan siswa lebih aktif ketimbang guru.

“Tentunya ini sangat mustahil dengan jumlah guru yang sedikit dan sarana prasarana yang kurang memadai” tuturnya.

Lain lagi dengan kondisi anak-anak usia sekolah di sejumlah negeri di pegunungan seram utara. Kondisi desa terpencil, juga terisolir memaksa setiap anak yang ingin mengenyam pendidikan dasar harus berjalan kaki melewati bukit dan hutan agar bisa sampai ke sekolah. Berdasarkan realitas lapangan, sekolah-sekolah di Seram Utara khususnya lima Negeri pegunungan luput dari perhatian pemerintah.

“Contohnya SD Kecil Elemata, tidak ada kepala sekolah, kekurangan tenaga pengajar, status sekolah tidak jelas dan ruangan sekolah tidak layak dipakai. Begitu pula dengan SD YPKK Manusela, SD Negeri Hatuolo dan di SD dan SMP di Negeri Kaloa pun mengalami masalah pendidikan yang serupa. Bagaimana Sumber Daya Manusia (SDM) dapat ditingkatkan? Jika pendidikannya masih semiris ini,”bebernya.

Hal tersebut mengakibatkan anak usia sekolah dasar banyak yang putus sekolah atau sama sekali tidak bersekolah sama sekali.

Hingga kini masalah ketersediaan sekolah bagi anak-anak di pedalaman wilayah pegunungan seram utara, maluku tengah belum terselesaikan. Bagi  Mareso, persoalan ini harus direspon cepat untuk diselesaikan, demi menyelematkan generasi Pegunungan Seram Utara.

Selain menyinggung terkait masalah pendidikan, Mareso  juga menyoroti terkait masalah layanan kesehatan. Menurutnya, kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Namun di pegunungan seram utara, layanan kesehatan sangat buruk. Tenaga medis masih minim. Hal ini menyebabkan masyarakat kurang mendapatkan layanan kesehatan dengan baik.

Kondisi topografi yang sulit dan jarak tempuh dari pemukiman ke Puskesmas yang jauh, menyebabkan masyarakat yang sakit kadang tidak tertolong dan merenggang nyawa saat dalam perjalanan. Hal ini karena rentan waktu perjalanan dibutuhkan selama 3 hari untuk sampai ke Puskesmas terdekat.

“Hal ini sangat disayangkan, hanya ada seorang bidan yang ditugaskan untuk melayani 5 negeri di Pegunungan Seram Utara. Tentu saja sangat tidak efektif. Seorang bidan melayani 5 Negeri dengan jarak tempuh dari satu negeri ke negeri lainnya sangat jauh,”pungkasnya.

Baginya,  kekurangan tenaga kesehatan di kampung-kampung yang terisollasi menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat setempat.  Akibatnya mereka sulit menjangkau petugas kesehatan dan petugas kesehatan pun sulit menjangkau mereka.

“Ini adalah bentuk diskriminatif terang-terangan yang dibuat oleh pemerintah. Masyarakat pegunungan membutuhkan tenaga kesehatan lebih, minimal ada satu orang yang melayani ditiap-tiap Negeri” paparnya.

Selama  ini kata Mareso, pola penanggulangan dan pelayanan kesehatan di pegunungan seram utara terlihat keliru. Mekanisme pelayanan yang diterapkan selama ini disamakan dengan pulau Jawa  di mana petugas puskesmas  harus tetap berada di puskesmas menunggu  pasien datang. Padahal kondisinya amat berbeda.

Melihat masalah yang terus terjadi di pegunungan seram utara yang begitu tertinggal dalam bidang kesehatan, membuat Mareso bersama perkumpulan mahasiswa pegunungan seram utara harus putar otak untuk menyuarakan aspirasi kepada pemerintah.

Ia  mengharapkan Negara dalam hal ini Pemerintah Pusat sampai ke Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah dapat membuka diri dalam melihat persoalan di Seram Utara.

“Terlebih khususnya, melihat penempatan tenaga pengajar dan tenaga medis yang merata di daerah kami. Serta sarana prasarana yang dapat menunjang pendidikan dan kesehatan di Pegunungan Seram Utara.,”harapnya.

Terlepas dari hal tersebut, ia meminta pemerintah seharusnya membuka akses jalan penghubung ke wilayah untuk mempermudah layanan pendidikan dan kesehatan.

“Perlu didukung dengan akses jalan. Jarak tempuh dengan medan yang jauh tentu perlu dimudahkan dengan akses jalan,”ujarnya

Persoalan ini, menurut mahasiswa Unpatti ini sudah pernah disampaikan kepada pemerintah Maluku Tengah , namun tidak digubris.  “Jangan-jangan Pemkab Maluku Tengah sama sekali tidak memiliki langkah solutif dalam merespon keluhan ini,”tandasnya.

Mareso juga masyarakat berharap Negara tidak menutup mata dengan masalah yang sudah terjadi selama puluhan tahun ini. Kritikan yang disampaikan masyarakat baginya, bagian  aspirasi dari masyarakat pegunungan, khususnya 5 Negeri yang berada di Pegunungan Seram Utara.

“Kami ini bagian dari masyarakat Maluku Tengah yang butuh perhatian dan pemerataan pembangunan. Sehingga Pemda juga perlu bersinergi dengan kami untuk menjawab persoalan keumatan ini,” harapnya.

 

Sumber : Mareso Rahena (Pemuda Negeri Maraina)

Editor    : Redaksi titastory.id

error: Content is protected !!