Mengenal 17 Subsektor Ekonomi Kreatif di Indonesia dan Contohnya

08/02/2025
Foto: Ilustrasi
Ilham Saputra, Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Sahid, Jakarta

Di zaman digital seperti sekarang, istilah “ekonomi kreatif” atau “ekraf” bukanlah hal yang asing lagi. Banyak bisnis yang fokus pada konsep kreatif dalam operasinya, bukan hanya untuk kemudahan masyarakat tetapi juga untuk meningkatkan tingkat kreativitas. Dengan berlalunya waktu, ekonomi telah mencapai tingkat tertentu yang disebut sebagai ekonomi kreatif.

Ekonomi kreatif adalah konsep ekonomi yang menekankan kreativitas dan informasi. Ekonomi kreatif bergantung pada ide dan pengetahuan manusia sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya.

  

Pengertian ekonomi kreatif

Ekonomi kreatif melibatkan produksi dan distribusi barang serta jasa dengan menggunakan gagasan kreatif dan kemampuan intelektual. Istilah “ekonomi” merujuk pada ilmu tentang produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan, sementara “kreatif” mencakup kemampuan dalam mencipta dan mengembangkan ide. Menurut Alvin Toffler (1980), ada tiga gelombang peradaban ekonomi: pertanian, ekonomi industri, dan ekonomi informasi. Dia memprediksi munculnya gelombang keempat, yaitu ekonomi kreatif. Konsep ini menekankan penggunaan nilai intelektual untuk menciptakan nilai ekonomi, peluang kerja, dan kesejahteraan masyarakat. Dalam konsep ekonomi kreatif, kreativitas menjadi aspek utama. Industri kreatif merupakan inti dari ekonomi kreatif, yang didorong oleh para kreator dan inovator.

Secara ringkas, ekonomi kreatif adalah pengembangan konsep ekonomi yang fokus pada kreativitas. Kreativitas tidak hanya terbatas pada produksi, tetapi juga mencakup penggunaan bahan baku dan inovasi teknologi.

Para ahli memiliki pandangan yang beragam mengenai ekonomi kreatif:

  • Institute For Development Economy and Finance: mendefinisikan ekonomi kreatif sebagai peningkatan nilai tambah dari eksploitasi kekayaan intelektual berupa kreativitas, keahlian, dan bakat individu untuk menciptakan produk yang dapat dijual.
  • Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2019 Tentang Ekonomi Kreatif disebutkan bahwa ekonomi kreatif adalah perwujudan nilai tambah dari kekayaan intelektual yang bersumber dari kreativitas manusia yang berbasis warisan budaya, ilmu pengetahuan, dan/atau teknologi.
  • Howkins: mengidentifikasi ekonomi kreatif sebagai industri seperti periklanan, arsitektur, seni, desain, fashion, film, musik, penerbitan, penelitian dan pengembangan, perangkat lunak, mainan, televisi, radio, dan permainan video.

Dengan demikian, ekonomi kreatif adalah sebuah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.

Subsektor ekonomi kreatif di Indonesia

Dirangkum dari laman resmi Kemenparekraf, berikut ini adalah 17 subsektor ekonomi kreatif di Indonesia serta contoh-contohnya.

 

  1. Desain Interior

Desain interior adalah sebuah proses penyusunan serta penciptaan elemen atau unsur interior menjadi satu kesatuan dan saling berhubungan antara satu elemen dengan elemen lainnya. Tujuannya adalah agar tercapai aspek estetis, kenyamanan, dan keamanan pada ruangan di suatu bangunan. Di Indonesia, penggunaan jasa desainer interior untuk merancang estetika interior hunian, hotel, dan perkantoran semakin meningkat. Sudah jelas bahwa potensi ekonomi dari industri desain interior sangat menjanjikan. Baca juga: Dampak Produk Impor, UMKM Terancam Gulung Tikar Munculnya berbagai sekolah, konsultan, perusahaan, dan asosiasi desain interior menunjukkan adanya semangat dari sub sektor ini untuk berkembang di pasar nasional bahkan internasional. Selain itu, desain interior dengan karakter otentik Indonesia, tentu bisa dikembangkan untuk menunjukkan identitas bangsa. Kemenparekraf melihat ada beberapa hal yang masih perlu digarap dalam sub sektor ini, antara lain adalah proteksi terhadap para pelaku kreatif desain interior di pasar domestik, adanya sertifikasi untuk menciptakan standar, dan perlindungan hak cipta.

 

  1. Musik

Musik adalah segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan, kreasi/komposisi, rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni. Musik merupakan industri cukup menjanjikan dalam dunia showbiz. Besarnya minat dan antusiasme para musisi muda untuk terjun ke dalam bidang ini menunjukkan bahwa musik punya potensi menjadi industri yang lebih besar. Namun, salah satu tantangan terbesar pembajakan yang masih marak sehingga menyebabkan perkembangan industri musik di Indonesia terhambat. Pembajakan tentunya menyebabkan turunnya kualitas dan kuantitas produksi, menurunnya apresiasi masyarakat terhadap musik, dan turunnya minat investasi di bidang ini. Kemenparekraf menyediakan fasilitasi untuk para pelaku industri musik. Beberapa fasilitasi yang akan disediakan oleh Kemenparekraf antara lain perlindungan HKI sehingga bisa mengurangi pembajakan, menginisiasi terbentuknya inkubator-inkubator musik, membuka akses permodalan untuk industri musik, membangun ekosistem bisnis musik yang sehat, dan program-program lain.

Penulis: Ilham Saputra, Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Sahid, Jakarta
  1. Seni Rupa

Seni rupa adalah penciptaan karya dan saling berbagi pengetahuan yang merupakan manifestasi intelektual dan keahlian kreatif, yang mendorong terjadinya perkembangan budaya dan perkembangan industri dengan nilai ekonomi untuk keberlanjutan ekosistemnya Pada subsektor ekonomi kreatif ini, Indonesia mempunyai potensi terbesar baik secara kualitas, kuantitas, pelaku kreatif, produktivitas, dan potensi pasar. Seni rupa Indonesia juga sudah memiliki jaringan yang sangat kuat baik dalam negeri ataupun di luar negeri. Berbagai festival seni rupa diadakan secara rutin, bahkan yang reputasinya diakui secara internasional. Hingga kini sudah lebih dari 160 pelaku kreatif seni rupa Indonesia terlibat dalam forum dan acara internasional. Dengan memasukkannya ke dalam 17 subsektor ekonomi kreatif Indonesia, Kemenparakraf berkomitmen mengelola seni rupa secara lebih serius.

 

  1. Desain Produk

Desain produk merupakan proses kreasi sebuah produk yang menggabungkan unsur fungsi dengan estetika sehingga bermanfaat dan memiliki nilai tambah bagi masyarakat. Subsektor desain produk juga didukung oleh para pelaku industri yang memiliki craftmanshift andal. Para desainer produk mampu menggali dan mengangkat kearifan lokal, kekayaan budaya Indonesia yang beraneka ragam, dalam setiap karya-karyanya. Beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk subsektor ini adalah dengan mengelola industri dari hulu ke hilir, bekerja sama dengan berbagai asosiasi untuk meningkatkan penggunaan desain produk lokal Indonesia, dan mendirikan pusat desain sebagai hub lintas sub sektor.

 

  1. Fesyen

Tren fesyen senantiasa berubah dengan cepat. Dalam hitungan bulan, selalu muncul mode fesyen baru. Ini tak lepas dari produktivitas para desainer fesyen lokal yang inovatif merancang baju-baju model baru, dan munculnya generasi muda kreatif yang antusias dengan industri fesyen ini. Masyarakat sebagai pasar pun juga semakin cerdas dan berselera tinggi dalam memilih fesyen Di sisi lain, subsektor ini harus menghadapi banyak tantangan. Fesyen lokal masih menjadi anak tiri, pasar memprioritaskan ruangnya untuk produk-produk impor, sehingga fesyen lokal kurang mendapatkan tempat. Sedangkan tantangan lain yang tak kalah penting adalah sinergi industri hulu ke hilir, mulai dari pabrik tekstil/garmen, perancang busana, sampai ke urusan pasar.

 

  1. Pengembang Permainan

Industri dan ekosistem permainan (game) lokal memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam ekonomi kreatif Tanah Air. Kemenparekraf menyebut, kontribusi game untuk ekraf Indonesia pada 2017 adalah 1,93 persen PDB, dengan 44.733 jumlah tenaga kerja di subsektor ini. Di tahun yang sama ada 51 pengembang game lokal baru yang dari tahun ke tahun bertambah jumlahnya. Banyak peluang yang bisa didalami, baik sebagai pembuat maupun pemain professional mengingat demografi Indonesia semakin banyak segmen produktif dan jumlah middle income class yang tinggi.

 

  1. Arsitektur

Kemenparekraf menegaskan, peran arsitektur di Indonesia sangat penting. Dalam hal budaya, keanekaragaman arsitektur lokal dan daerah menunjukkan karakter Bangsa Indonesia yang mempunyai beraneka ragam budaya. Sedangkan dalam hal pembangunan, arsitektur juga berperan dalam merancang dasar pembangunan sebuah kota. Karena potensinya yang sangat besar, Kemenparekraf memasukkan arsitektur sebagai salah satu subsektor yang layak untuk dikelola secara lebih serius. Saat ini, subsektor arsitektur menghadapi berbagai macam tantangan, salah satu di antaranya adalah kekurangan arsitek di Indonesia. Menurut data anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), jumlah arsitek di Indonesia hanya 15.000 orang, sangat kurang jika dibandingkan dengan 250 juta penduduk Indonesia. Sedangkan tantangan lain adalah para pengembang besar lebih banyak menggunakan jasa arsitek asing daripada arsitek lokal. Padahal, pembangunan sarana dan prasarana di Indonesia masih sangat membutuhkan peran arsitek. Inilah salah satu permasalahan ekonomi kreatif di Indonesia.

 

  1. Kuliner

Subsektor kuliner memberikan kontribusi yang cukup besar, yaitu 30% dari total pendapatan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Industri kuliner mempunyai potensi yang sangat kuat untuk berkembang, oleh karena itu pemerintah akan mendukung sub sektor ini supaya lebih maju. Beberapa pelaku industri kuliner melihat ada beberapa hal yang harus diperbaiki dan dikelola secara lebih serius. Salah satu di antaranya adalah perlunya akses perizinan usaha melalui satu pintu sehingga lebih mudah dan efektif.

 

  1. Film, Animasi dan Video

Subsektor film, animasi, dan video memiliki potensi yang bisa dikembangkan menjadi lebih baik, walaupun masih harus menghadapi berbagai tantangan. Beberapa di antaranya adalah minimnya SDM yang benar-benar mempunyai keahlian di bidang film, sehingga pilihan untuk memperoleh tim dari sutradara, penulis skenario, kru, dan pemain film, sangat terbatas. Permasalahan lain yang tak kalah penting adalah layar bioskop yang terbatas dan tidak merata penyebarannya, serta belum adanya proteksi terhadap hak karya cipta sehingga aksi pembajakan masih marak.

 

  1. Fotografi

Perkembangan subsektor ini didukung oleh meningkatnya minat anak muda terhadap fotografi, seiring perkembangan media sosial dan peralatan yang makin terjangkau. Beberapa pelaku memberikan pendapatnya tentang apa yang masih harus digarap dalam bidang fotografi ini. Pertama, belum adanya perlindungan HKI terutama untuk hak penggunaan karya fotografi. Kedua, belum adanya pengarsipan karya-karya fotografi Indonesia. Dan ketiga, Kemenparekraf diharapkan bisa membantu para fotografer Indonesia mendapatkan perhatian internasional.

 

  1. Desain Komunikasi Visual

Desain komunikasi visual dalam sektor ekonomi kreatif berfungsi sebagai alat penting untuk menyampaikan pesan dan ide secara efektif melalui elemen visual. Ini mencakup penggunaan tipografi, warna, gambar, dan tata letak untuk menciptakan materi yang menarik dan komunikatif, baik itu untuk iklan, branding, kemasan, atau media sosial. Desain yang baik tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga mampu mengkomunikasikan nilai dan identitas merek dengan jelas, sehingga membantu produk atau layanan menonjol di tengah persaingan yang ketat. Dalam konteks ini, desainer komunikasi visual harus memahami audiens target dan tren pasar untuk menghasilkan karya yang relevan dan efektif.

Selain itu, desain komunikasi visual juga berperan dalam membangun pengalaman pengguna yang positif. Dalam sektor kreatif, elemen visual yang menarik dapat meningkatkan interaksi dan keterlibatan konsumen, serta menciptakan hubungan emosional yang lebih dalam antara merek dan audiens. Dengan memanfaatkan teknologi dan alat digital, desainer dapat menciptakan konten yang dinamis dan interaktif, seperti video animasi atau infografis, yang tidak hanya informatif tetapi juga menghibur. Di era digital saat ini, kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan tren visual dan preferensi konsumen menjadi kunci kesuksesan dalam desain komunikasi visual di sektor ekonomi kreatif.

 

  1. Televisi dan Radio

Meskipun tidak semutakhir ponsel dan gawai lainnya, televisi dan radio masih mempunyai peran yang sangat besar dalam penyebaran informasi. Saat ini, kepemilikan televisi dan radio sudah merata, sehingga setiap lapisan masyarakat bisa mengakses teknologi ini. Pertumbuhan jumlah stasiun televisi dan stasiun radio pun masih terus bertambah. Namun, pertumbuhan dan potensi tersebut belum disertai dengan tayangan televisi yang berkualitas. Mayoritas program televisi, karena mengejar rating tinggi, tak lagi memperhatikan kualitas program yang ditayangkan.

 

  1. Kriya

Seni kriya merupakan salah satu subsektor yang menjadi ciri khas Bangsa Indonesia dan sangat dekat dengan industri pariwisata dan ekonomi kreatif. Dilihat dari materialnya, kriya meliputi segala kerajinan yang berbahan kayu, logam, kulit, kaca, keramik, dan tekstil. Ketersediaan bahan baku material yang berlimpah dan kreativitas para pelaku industri menjadi faktor utama majunya sub sektor ini. Indonesia memiliki banyak pelaku seni kriya yang kreatif dan piawai dalam berbisnis. Bisnis kriyanya pun beragam. Banyak dari mereka berhasil memasarkan produknya sampai ke pasar luar negeri. Produk- produk kriya Indonesia terkenal karena konsep hand made-nya, dan memanfaatkan hal tersebut sebagai nilai tambah sehingga bisa dipasarkan dengan harga yang lebih tinggi.

 

  1. Periklanan

Periklanan dalam sektor ekonomi kreatif memainkan peran krusial dalam mempromosikan produk dan layanan yang berbasis pada inovasi dan kreativitas. Sektor ini mencakup berbagai bidang, seperti seni, desain, hiburan, dan teknologi, yang semuanya memerlukan strategi pemasaran yang unik untuk menarik perhatian audiens. Dengan memanfaatkan platform digital dan media sosial, periklanan dapat menjangkau konsumen secara efektif, meningkatkan visibilitas merek, dan membangun hubungan yang lebih dekat dengan target pasar. Pendekatan kreatif dalam periklanan, seperti penggunaan storytelling dan konten visual yang menarik, menjadi kunci untuk membedakan produk di pasar yang kompetitif.

Namun, periklanan dalam ekonomi kreatif juga menghadapi tantangan tersendiri. Persaingan yang ketat di antara produk dan layanan kreatif memaksa perusahaan untuk terus berinovasi dalam strategi pemasaran mereka. Selain itu, mengukur efektivitas kampanye periklanan sering kali sulit, terutama dalam hal dampak jangka panjang terhadap brand awareness dan loyalitas pelanggan. Meskipun demikian, kolaborasi dengan influencer dan penggunaan metode pemasaran yang adaptif dapat membantu merek dalam menjangkau audiens yang lebih luas dan menciptakan dampak yang signifikan di pasar.

 

  1. Seni Pertunjukan

Indonesia memiliki kekayaan dan keanekaragaman seni dan tradisi pertunjukan, seperti wayang, teater, tari, dan lain sebagainya yang telah diakui dan mendapatkan apresiasi dunia internasional. Seni pertunjukan dari masing-masing daerah sudah tersebar secara sporadis ke seluruh wilayah di Indonesia. Banyaknya jumlah seni pertunjukan baik tradisi maupun kontemporer yang selama ini dikreasikan, dikembangkan, dan dipromosikan, telah mendapatkan apresiasi dunia internasional.

 

  1. Penerbitan

Subsektor penerbitan berperan dalam membangun kekuatan intelektual bangsa dan terus berupaya untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Pasar industri penerbitan memang tidak sebesar sub sektor yang lain, namun industri ini punya potensi yang tak kalah kuat. Banyak penerbitan besar dan kecil yang masih bermunculan meramaikan industri ini. Ditambah lagi perkembangan teknologi yang memungkinkan buku diterbitkan dalam bentuk digital.

 

  1. Aplikasi

Meningkatnya penetrasi pemanfaatan gawai oleh masyarakat tak lepas dari peran aplikasi yang tertanam di dalamnya. Masyarakat sudah fasih menggunakan berbagai jenis aplikasi digital seperti peta atau navigasi, media sosial, berita, bisnis, musik, penerjemah, permainan dan lain sebagainya. Berbagai aplikasi tersebut didesain supaya mempermudah pengguna dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Maka tak heran jika potensi sub sektor aplikasi dan sangat besar.

Di lain pihak, subsektor ekonomi kreatif ini ini masih menghadapi berbagai tantangan. Beberapa di antaranya adalah keterbatasan sumber daya manusia (SDM) baik secara kuantitas atau kualitas, sedikitnya minat investor pada industri ini, dan belum adanya kebijakan proteksi yang memihak pada kepentingan developer domestik. Situasi inilah yang menyebabkan ekosistem sub sektor ini belum terbangun secara maksimal, sehingga Kemenparekraf akan berfokus menyelesaikan berbagai tantangan tersebut. Demikian penjelasan mengenai 17 subsektor ekonomi kreatif di Indonesia serta contoh-contohnnya.

error: Content is protected !!