titastory.id, – Detasemen khusus (Densus) 88 Antiteror Polri Empat menangkap warga terduga terorisme di Maluku terkait dugaan tindak pidana terorisme. Mereka ditangkap di Desa Haya, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku pada Sabtu (11/4) malam.
Keempat warga yakni AB, AY, MK dan TK . Mereka, diduga jaringan ISIS ditangkap di lokasi berbeda di Desa Haya sekitar pukul 04.00 WIT pagi.
Tim gabungan Densus 88 dan Anggota Polda Maluku meringkus ke-empat terduga anggota teroris tersebut di rumah AY dan AB, rumah MK dan rumah TK. Keempat saat ini dibawa langsung di kota Ambon.
Sementara satu warga lainnya ditangkap densus 88 di kawasan Wara, Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, minggu (12/4) sore.
Kelima warga yang ditangkap ini diduga merupakan jaringan teroris pelaku bom bunuh diri Mapolrestabes Medan Sumatra Utara.
“Ia benar beberapa hari lalu ada penangkapan di Maluku Tengah oleh Densus 88 dibantu Brimob Polda Maluku namun info lengkapnya silahkan ditanyakan ke Densus,”ujar Kepala Bagian Humas Polisi Daerah Maluku Kombes Pol Mohamad Roem Ohoirat, Selasa, (14/4).
Ohoirat membenarkan penangkapan tersebut namun ia mengatakan untuk barang bukti yang disita, ohoirat tak tahu hanya menerima laporan ada penangkapan sekelompok jaringan ISIS tersebut.
Ia mengatakan belum mengetahui keterlibatan empat terduga terorisme asal Desa Haya itu dalam jaringan terorisme. “Nanti tanyakan langsung ke densus saja,”kata Ohoirat.
Sementara itu, NP istri dari terduga teroris yang ditangkap Densus 88 mengakui suaminya tidak terlibat dengan jaringan ISIS itu. Bahkan dirinya menyesalkan penangkapan yang dilakukan oleh puluhan aparat itu di depan anaknya yang masih kecil.
“ dia ditangkap setelah Azhar. Sementara makan. Mereka langsung menggerebeknya didepan anak kami yang masih kecil. Dia pun menangis, karena ayahnya diperlakukan kasar didepannya,” cerita NP sambil menitiskan air matanya.
Namun, sesal perempuan dua anak ini, tak hanya diperlakukan kasar namun mereka juga mengikat mulut serta mengikat mata suaminya di depan anaknya.
“ anaknya menangis ketika melihat ayahnya diperlakukan kasar didepannya. Bahkan mereka mendorong anak saya. Dia begitu trauma, meraka sangat tega melakukan hal itu di depan anak saya yang masih berusia 4 tahun,” sesal dia.
Meski demikian, dirinya tak bisa berbuat banyak dan hanya bisa menitiskan air mata. Dirinya mengaku suaminya saat ini hanya bekerja sebagai nelayan kasar.
“ saya tahu selama ini dia hanya bekerja sebagai nelayan pada salah satu motor ikan. Biasanya pulang akhir pekan, kadang juga tiga pekan baru pulang semua tergantung hasil tangkapan ikan. Saya pun jadi bingung,” tutur perempuan berusia 25 tahun itu. (TS-01)
Discussion about this post