TITASTORY.ID,.-Kampanye dukungan untuk menyelamatkan tanah dan hutan adat Desa Marafenfen, Kepulauan Aru terus mengalir. Kdatali ini kampanye dalam bentuk dukungan Save Marafenfen dilakukan oleh puluhan seniman dan budayawan di Kapupaten Kepulauan Aru.
Dukungan diberikan dalam bentuk malam pagelaran seni yang berlangsung di Tribun Lapangan Cendrawasih, Kota Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku, Sabtu (13/11/2021) pukul 19.00 Wit.
Rumah Sastra Aru yang menampung para seniman Aru ikut mengekspersikan dukungannya bagi masyarakat adat Marafenfen yang sedang memperjuangkan tanah adatnya seluas 689 hektar dari penguasaan TNI AL.
Pagelaran seni berisi nyanyian dan puisi untuk memperingati Hari Pahlawan ini, dipersembahkan untuk Save Marafenfen dan para pejuang Aru yang telah mengorbankan hidupnya untuk mempertahankan tanah adat.
Lagu dan puisi dibawakan secara bergantian oleh para seniman Aru, diantaranya Risto, Angki Apalem, Rahmat mangar, Jesen Adrian serta Lestari Miru, diiringi tiupan saxaphon dari Mika Ganobal dan biola oleh Willy.
Puisi yang dibacakan ini merupakan bentuk curahan hati dan kritikan atas penguasaan hutan oleh TNI AL, dan terancamnya kehidupan hewan endemik kepulauan Aru berupa Babi, rusa, cendrawasih dan kakatua hitam akibat pengrusakan hutan di Aru.
“Tanah adat itu bukan ose yang punya, bukan beta yang punya, tapi katong yang punya,”demikian sepenggal puisi yang dibacakan secara lantang oleh Angki Apelem berjudul “Ini Bukan Puisi”.
Dia mengajak semua anak muda dan masyarakat Aru, untuk bersama- sama berjuang mempertahankan tanah adat yang telah diwariskan turun temurun oleh para leluhur.
Tanah adat menurut dia adalah harga diri yang harus dipertahankan.
“Katong (kita) tidak akan mati karena penindasan dan penjajahan, karena katong akan tetap hidup untuk melakuian perlawanan,”teriaknya.
Puisi khusus juga dipersembahkan untuk 2 pahlawan wanita Aru, Mama Do dan Mama Since yang dengan gagah berani telah berjuang untuk mempertahankan tanah adat Marafenfen.
Kedua Wanita pemberani ini telah dipanggil pulang dalam kedamaian oleh sang pencipta, dan perjuangan mereka untuk memperoleh keadilan bagi Aru saat ini diteruskan oleh seluruh masyarakat adat Aru.
117 Negeri adat di Aru, juga diminta untuk bersatu menjaga tanah adat dan hutan adat, agar nyanyian merdu burung cendrawasih dan kakatua raja hitam tetap terdengar dari hutan adat Marafenfen.
Pembagian Stiker Save Marafenfen
Belasan pemuda yang tergabung dalam Pemuda Aru dan Komunitas Rumah Sastra Aru, Minggu (14/11/2021) sore melakukan kegiatan pemasangan stiker dukungan #SaveAru terhadap sejumlah kendaraan motor maupun mobil yang melewati kawasan pasar Dobo.
Mereka menghentikan kendaraan dan memasang stiket di pintu mobil, maupun bagian depan motor, untuk mensosialisasikan kegiatan #Save Aru.
Johan Jambumona mengatakan, kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk pemberitahuan kepada publik, bahwa perjuangan #SaveMarafenfen masih terus berjalan.
Dia juga berharap, lewat pengadilan yang sedang berlangsung, tanah adat dapat dikembalikan kepada masyarakat adat.
“Harapan saya, tanah adat dapat dikembalikan kepada masyarakat adat jangan diberikan kepada orang yang tak punya hak,”pungkasnya.
Sementara itu, Rumah Sastra Arafura (RSA), akan menggelar acara yang sama pagelaran seni dan budaya yang bertemakan “Lawan Dengan Cinta”, yang bertempat di Tribun Lapangan Yos Sudarso, senin (15/11/2021) sekitar pukul 17.00 WIT.
Pagelaran seni dan budaya ini merupakan rangkaian acara menjelang putusan sidang sengketa Tanah Masyarakat Adat Marafenfen melawan TNI Angkatan Laut dan Pemerintah Provinsi Maluku. (TS-01)
Discussion about this post