titaStory.id,ambon –Jembatan penghubung antara desa Tial dengan sejumlah desa di kecamatan Salahutu, Maluku Tengah nyaris ambruk. Jembatan berbahan dasar batang pohon kelapa ini kondisinya memprihatinkan karena terancam ambruk.
Terlihat kondisi jembatan mulai membusuk dan patah. Kondisi ini akibat dimakan usia. Meski demikian, akses penghubung ini tetap digunakan dan dilewati pengendara.
Kondisi ini adalah bukti ketimpangan pembangunan yang masih terasa, pada hal dari sisi letak, Negeri Tial cukup dekat dengan Ibu Kota Provinsi Maluku dan merupakan salah kawasan yang ramai dilewati warga dari kampung tetangga. Nama jembatannya adalah jembatan Wayasel, yakni sebuah yang menghubungkan ruas jalan yang telah teraspal dari dua sisi.
Kendati kondisinya terancam ambruk dan kondisi rusaknya sejak tahun 2020, namun Pemerintah Negeri, Pemerintah Kecamatan Salahutu, bahkan Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah menutup mata dan tidak peduli dengan kondisi jembatan dari batang pohon kelapa tersebut.
Pemuda Negeri Tial, Muhamad Abdul Rolobessy, kepada media ini via whatsApp, jumat (2/06/2023) menjelaskan, Negeri Tial ini adalah sebuah desa adat yang di juluki kampung bahari oleh Lantamal IX, dimana julukan ini merupakan julukan dari prpgram pemerintah yang dikoordinir oleh Badan Potensi Maritim Angkatan Laut (Dispotmaral)
“Ada upaya pembangan dan penataan oleh Pemerintah Negeri Tial dengan anggaran desa, namun sayangnya ada hal yang luput, kondisi miris dari jembatan Wayasel ini ada di depan mata, tetapi tak ada kepedulian” ucapnya.
Dia menerangkan, jika anggaran desa tidak bisa dialokasikan untuk pembuatan jembatan penghubungan di ruas jalan umum yang status jalannya adalah jalan Kabupaten, maka perlu disampaikan ke Pemerintah Kabupaten melalui Pemerintah Kecamatan.
” Ini kondisi rill, dan butuh penanganan, yang pertama, ini adalah jembatan dari batang pohon kelapa, dan kondisi terkini terancam ambruk, namun tetap saja dilewati kendaraan, dan mengancam keselamatan jiwa dari pengguna jalan. Apakah kondisi ini belum juga menggerakan hati pihak pihak yang bekompeten,” ungkapnya.
Untuk itu, Rolobessy meminta agar Pemerintah Negeri, dan Pemerintah Kabupaten bisa melihat kondisi yang ada, jika di pinggir Kota Ambon saja sudah seperti ini bagaimana dengan daerah lain.
” Selaku pemuda dan selaku masyarakat, saya meminta agar jembatan dari pohon kelapa ini diganti dengan pembangunan permanen, karena ini kebutuhan bukan keinginan. Ini soal keselamatan pengguna jalan, jangan menunggu ada hal hal yang tidak diinginkan baru mengambil langkah, ” tegasnya.
Menyinggung soal nominal anggaran desa untuk pembangunan, rehabilitas, peningkatan prasarana jalan desa (gorong, selokan dll) di Negeri Tial adalah Rp.237.975.000, apa bisa dialokasikan?, jika tidak bisa karena dari sisi regulasi, maka solusinya adalah menyampaikan ke Pemerintah Kabupaten bahkan Pemerintah Provinsi Maluku
Untuk diketahui, Jjembatan Wayasel ini adalah jalur menuju ke Negeri Tengah-Tengah, bahkan ke Negeri Tulehu atau sebaliknya ke arah Negeri Suli, jika melakukan perjalanan dari arah timur ke arah barat. (TS-02)
Discussion about this post