TITASTORY.ID, – Peristiwa penembakan yang dilakukan oleh pihak Organisasi Papua Merdeka yang dikenal dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Pampua Merdeka (TPNPB OPM) di Kawasan Distrik Mugi, Kabupaten Nduga dan memakan korban sebagaimana dilansir Suarapapua.com dalam rilis tanggal (17/04/2022) dengan meninggalnya 13 Anggota TNI dan senjata dan amunisi dirampas diakui Juru Bicara TNPB OPM, Sebby Sammbom yang dilansir media ini dari hasil rilis Suarapapua.com.
Sebby menerangkan pihaknyalah yang menyerang Pos Militer di Distrik Mugi, Nduga dan 13 orang anggota TNI meninggal dunia, termasuk prajurit yang di tahan pihak TNPB tanggal 15 April 2023 kabarnya telah dieksekusi mata pada tanggal 16 April 2023 sehingga jumlah anggota TNI yang diduga telah gugur berjumlah 15 orang. Dari jumlah itu, satu jenazah telah dievakuasi, sementara 12 jenazah belum dievakuasi, sementara dua jenazah lagi belum dipastikan.
Sesuai laporan dari Pemne Kogeya, Sebby menjelaskan bahwa pihak Militer Indonesia telah berhasil mengevakuasi 1 jenazah sedangkan 12 jenazah belum dapa dievakuasi.
Dilansir pula, Sebby pun memberikan catatan khusus ke Panglima TNI untuk tidak menutupi gugurnya belasan Prajurit TNI dalam tugas. Diungkapkan, bahwa pada Senin (17/04/2023) pagi pukul 07.06.WIT , 6 buah helikopter yang diduga adalah milik TNI melakukan serangan udara ke arah Markas Kodap III TNPB OPM di kawasan Ndugama Derakma dengan menjatuhkan BOM dan pengejaran terhadap pimpinan TNBP OPM sementara dilakukan dengan sasaran atas nama Silas Elimin Kogoya, Yudas Daniel Kogoya dan Daud Lokbere dan pasukannya.
Ironisnya serangan pihak TNI pun kabarnya bakal berdampak pada keselamatan Pilot Peswat Susi Air asal Negara Selandia Baru yang kini dalam penyanderaan.
Lagi – lagi ketegasan untuk menjaga keselamatan warga Selandia Baru, pihak TPNPB OPM pun meminta untuk menempuh jalur negosiasi dengan pimpinan TPNPB OPM.
Berbeda dengan itu, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono kepada CNN, Selasa (18/04/2023) telah mengumumkan meningkatkan Operasi ke Papua telah naik status menjadi operasi siaga tempur darat untuk melawan pihak TNPB OPM.
Dilansir juga, dengan kondisi yang kini terjadi khususnya di daerah tertentu pihaknya seudah mengubah operasi menjadi operasi siaga tempur.
“Di TNI, di Natuna sana ada operasi siaga tempur laut, nah kalau di sini ada operasi siaga tempur darat, artinya ditingkatkan,” kata Yudo di Lanud Yohanis Kapiyau, Timika, Papua, yang dilansir.
Terangnya juga, operasi ditingkatkan setelah dilakukan penyerangan terhadap personel TNI pada 15 April. Dimana naiknya status siaga tempur ini guna peningkatan atau membangun naluri tempur prajurit TNI.
“Tadinya soft approach, dengan hadapi serangan yang seperti ini pada 15 April lalu kita tingkatkan siaga tempur pasukan kita, sehingga naluri tempur terbangun,” kata dia, sebagaimana di lansir dari CNN.
Meski demikian, jelasnya, pihaknya tetap memastikan operasi teritorial dan penegakan hukum juga tetap dilakukan TNI-Polri. Pasalnya operasi teritorial “ katanya,” kerap dilakukan personel TNI-Polri dalam menjaga keamanan di Papua selama ini.
“Selama ini kita masih teritorial, komunikasi sosial tetap kita lakukan, tapi ketika hadapi seperti ini lakukan siaga tempur,” ucap dia di lansir.
Sebelumnya, Prajurit TNI dari Satgas Yonif R 321/GT Pratu Miftahul Arifin meninggal dunia usai diserang KKB di wilayah Mugi-Mam, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, Sabtu (15/4). Dimana saat itu, satgas tengah berupaya menyelamatkan pilot Susi Air Kapten Philips Mehrtens yang disandera sejak awal Februari lalu.
Pratu Miftahul dilaporkan terjatuh ke jurang dengan kedalaman sekitar 15 meter. Kemudian, ketika Pratu Arifin sedang dievakuasi, tiba-tiba terjadi baku tembak. Dan menurutnya lima prajurit TNI dilaporkan masih hilang dan dalam pencarian. (TS/ CNN/Suarapapua.com)
Discussion about this post