titaStory.id, wasile selatan – Proses perkara aduan sejumlah masayarakat Desa Minamin oleh PT Mega Haltim Mineral (MHM) ke Polsek Wasile Selatan berlanjut. Dua warga Minamin, kembali dipanggil oleh penyidik Polsek Wasile Selatan, Senin (5/6/2023).
Mereka adalah, Yulius Dagali (53 Thn) dan Yokbet Madam (47) yang dilaporkan pihak oleh PT Mega Haltim Mineral (MHM) dengan tuduhan membawa senjata tajam berupa parang di tempat umum dan melakukan pengancaman terhadap sejumlah kariawan PT Mega Mega Haltim (MHM) pada Kamis, 18 mei 2023 lalu.
Pengaduan ini dilaporkan oleh Muhammad Fitra Abdulah Selang, HRD/Humas PT MHM pada tanggal 30 mei 2023 lalu. Laporna ini setelah aksi protes yang dilakukan puluhan masyarakat adat suku Tobelo Boeng Helewo Ruru Hoana Wangaeke Minamin. Warga dalam aksi itu memprotes keberadaan sejumlah perusahaan di wilayah adat mereka.
Terhadap kasus ini, masyarakat menduga mereka terus intimidasi maupun kriminalisasi oleh pihak perusahaan PT MHM.
Dilansir dari situs PPMAN yang bejudul: “Lawan Kriminalisasi PT Mega Haltim Mineral (MHM), Masyarakat Adat Tobelo Boeng Laporkan Ke Komnas HAM” (Lawan Kriminalisasi PT. Mega Haltim Mineral, Masyarakat Adat Tobelo Boeng Laporkan Ke Komnas HAM | ppman), masyarakat Adat Tobelo Boeng Desa Minamin yang mengalami intimidasi dan potensi kriminalisasi atas laporan pihak PT Mega Haltim Mineral (MHM) ke Polsek Wasile Selatan melaporkan kasusnya kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Komnas HAM).
Disaksikan oleh warga dan Kepala Adat Tobelo Boeng Helewo Ruru Hoana Wangaeke, Novenia Ambuea (36 thn) salah seorang perwakilan Masyarakat Adat Tobelo Boeng Helewo Ruru Hoana Wangaeke Minamin diterima laporannya oleh 2 orang Komisioner Komnas HAM secara langsung melalui media komunikasi Zoom.
Novenia menyampaikan keresahan ruang hidup yang semakin sempit serta tekanan yang dialami oleh warga paska MHM masuk ke wilayah Desa Minamin.
“Keberadaan kami sudah ada sebelum perusahaan ada. Sekarang mereka masuk tanpa ijin, ketika kami tolak, mereka laporkan kami ke polisi. Apa Negara ini sudah tidak mengakui kami lagi, Masyarakat Adat?”, ungkap Nove ketika diminta Komisioner Komnas HAM menceritakan latar belakang kasus yang dihadapinya.
Laporan Masyarakat Adat Tobelo Boeng Minamin difasilitasi oleh Perhimpunan Pembela Masyarakat Adat Nusantara (PPMAN) selaku pendamping hukum dari Masyarakat Adat Tobelo Boeng Helewo Ruru Hoana Wangaeke Minamin, sebagai pihak terlapor.
Ketua PPMAN, Syamsul Alam Agus, menekankan bahwa pertemuan antara Masyarakat Adat dan Komnas HAM sangat penting agar Komnas HAM mendapatkan informasi langsung atas peristiwa hukum yang dialami oleh Masyarakat Adat.
“Kasus pelanggaran hak asasi manusia, khususnya apa yang dialami oleh Masyarakat Adat Tobelo Boeng, sangat baik bagi Komisioner Komnas HAM mendengar keterangan langsung dari warga. Saudari Nove jangan ragu menjelaskan peristiwa yang dialami kepada Komnas HAM,” ucap Syamsul Alam Agus kepada Novenia agar lebih dalam menceritakan peristiwa yang dialaminya.
MHM melaporkan Nove (36) dan Yulius Dagali (53 Thn) ke Polsek Wasile Selatan akibat ada penolakan warga yang berujung pada pemblokiran jalan masuk perusahaan.
MHM menggunakan Pasal 162 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020.
Adapun ancaman pasal tersebut adalah dipidana dengan hukuman kurungan paling lama satu tahun atau denda paling banyak Rp 100 juta. Di pihak lainnya, MHM belum melakukan kewajibannya terhadap masyarakat sebelum melakukan aktivitasnya.
“Komisioner Komnas HAM, Hari Kurniawan, S.H dan Anis Hidayah, S.H, M.H, dalam tanggapannya bahwa akan merespon laporan masyarakat. Masyarakat juga diminta agar bisa bersabar.
“Komnas HAM menerima pelaporan dan akan dengan segera merespon pengaduan tersebut dan memerintahkan salah seorang analis Komnas HAM mengawal kasus ini serta mengumpulkan informasi lanjutan,” Ujar Kurniawan. (TS-01)
Discussion about this post