TITASTORY.ID, – Hutan Mangrove di Wilayah pesisir Pantai Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon tiba – tiba saja mengering dan terancam mati. Mangrove yang ditanam sejak tahun 2013 dan 2017 oleh komunitas pencinta lingkungan bahkan pemerintah daerah ini nyaris mati. Diduga terpapar limbah minyak milik PLTD PT PLN Cabang Ambon.
Pasalnya dari sejumlah informasi yang berhasil dihimpun di lokasi mengeringnya hutan mangrove lantaran adanya tumpahan minyak dari pipa milik PLN yang bocor.
Kebocoran pipa milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diduga karena aktivitas pekerjaan pembangunan jembatan oleh Balai Jalan dan Jembatan Nasional Wilayah Maluku dan Maluku Utara, di mana alat berat (Eksavator-red) yang sementara melakukan pembersihan lokasi atau mengeruk untuk pembuatan jembatan darurat mengenai pipa minyak milik Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) PT PLN (Persero) Poka, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon hingga tumpahan minyak pun tak terhindarkan
Tidak hanya itu, di lokasi sampah plastik yang mengapung di permukaan laut tidak dapat diprediksi jumlahnya, bahkan kawasan yang berdekatan dengan fasilitas jalan umum tersebut juga dihiasi dengan sampah yang menumpuk.
Resah kondisi mangrove yang sudah mengering, dan daun -daunnya sudah berguguran dan hanya terlihat ranting – ranting pohon, komunitas yang menamakan diri sebagai kelompok kalesang pulau melakukan pembersihan di lokasi hutan mangrove yang kini berada kondisi terancam itu
Koordinator Moluccas Coastal Care (MCC) Theria Salhuteru kepada media ini menerangkan aksi bersih hutan mangrove di Pantai Desa Poka merupakan langkah yang harus di lakukan karena kondisi hutan mangrove di Desa Poka sudah dalam keadaan kritis.
“Mangrove di pesisir pantai Desa Poka, tidak dalam kondisi baik – baik saja, sehingga patut untuk dibersihkan. Sampah sudah kami angkat walaupun banyak sampah yang masih ada di lokasi. Persoalan yang membuat kami sedikit terkendala adalah soal limbah yang diduga adalah minyak,” terangnya.
Dia mengatakan lewat hasil koordinasi, bahkan melibatkan pihak Pegawai PLN sudah ada upaya untuk menabur bahan cair yang fungsinya untuk mengurai kekentalan minyak yang sudah terlanjur meluber ke hutan mangrove, namun hal itu tidak banyak menolong, sehingga hal yang perlu dilakukan adalah melakukan penyedotan terhadap minyak yang sementara mengapung dan menempel di akar – akar tanaman mangrove.
Bahkan terangnya, komunitas pemuda dan sejumlah jurnalis yang peduli terhadap persoalan lingkungan pun sempat terjun dan mengangkat tumpukan sampah di sekitar tanam mangrove.
Tidak peduli dengan lumpur dan aroma bau busuk karena sampah bahkan sesekali harus menangkap bau seperti bau minyak, begitu banyak sampah plastik bahkan kayu kayuan yang sengaja dibuang di lokasi itu pun dapat diangkat.
“Sebenarnya masih banyak lagi sampah di lokasi yang belum sempat diangkat karena air yang sudah pasang, serta kurangnya tenaga. Kami berharap hal ini bisa jadi motivasi khususnya untuk warga sekitar untuk bisa turut serta dalam proses pembersihan lanjut,’ terangnya.
Senada dengan itu, salah satu aktivis lingkungan lainnya, Josua Ahwalam kepada titastory.id di sela – sela kegiatan pembersihan menegaskan bahwa hubungan antara manusia dan alam tidak bisa dilepaspisahkan karena manusia tidak bisa hidup tanpa lingkungan, namun lingkungan bisa hidup tanpa manusia.
“Manusia tidak bisa hidup tanpa lingkungan, dan lingkungan bisa hidup tanpa manusia,” tegasnya singkat.
Daniel Pelasulla, peneliti LIPI yang juga merupakan anggota Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ambon di saat yang sama juga menerangkan, masalah pencemaran sudah terjadi, dan yang bisa dilakukan saat ini adalah melakukan penanganan salah satunya adalah dengan membersihkan sampah baik yang merupakan sampah kiriman, dan sampah yang memang sengaja di buang.
“Sudah terjadi, dan kelompok Kalesang lingkungan, bersama karyawan PLN sudah melakukan proses pembersihan sampah, yang merupakan sampah kiriman dan sampah yang sengaja dibuang,” ungkapnya.
Sementara berkaitan dengan kondisi mangrove yang sudah dicemari minyak yang dapat dilakukan adalah melakukan penyemprotan dengan air tawar.
“Mudah – mudahan, ketika disemprot dengan air tawar kadar minyak bisa berkurang dan tanaman mangrove yang ditanam dan dirawat selama ini tidak mati sia -sia,” jelasnya dengan wajah lesu dan penuh harap.
Dia juga menyampaikan, persoalan di hutan mangrove Desa Poka mestilah ditanggapi serius pemerintah dan masyarakat desa Poka, karena ini adalah rumah mereka dan keberadaan Pemerintah Kota Ambon lewat OPD terkait, mesti serius dalam melakukan pengawasan lebih khusus masalah sampah di lokasi tersebut.
Senada dengan itu, Pegiat Lingkungan Kalesang Ambon, Jusuf Sangadji, saat diwawancarai juga menegaskan, persoalan lingkungan adalah persoalan bersama, dan saat ketika sampah di Desa Poka kami pungut atau bersihkan karena kecintaan terhadap lingkungan.
“Kami ini bukan warga Desa Poka, kami ini pencinta lingkungan, dan jika ada lingkungan yang kotor kami akan berusaha untuk membersihkan, termasuk di lokasi ini,” terangnya.
Dia juga berpandangan, hutan mangrove yang dipenuhi sampah mestilah tetap dirawat, dan dijaga, sampah harus disingkirkan, dan orang pertama yang harus melakukan itu adalah warga sekitar.
” Perlu kesadaran bersama dari kita semua, ayo kita jaga pantai, kita jaga mangrove,” tegasnya. (TS 02)
Discussion about this post