titastory.id, halmahera timur – Banjir setinggi 1 hingga 2 meter yang melanda Desa Saolat dan desa-desa sekitarnya di Halmahera Timur, Maluku Utara, pada Jumat, 4 Oktober 2024, menimbulkan kerugian besar bagi warga. Diduga, banjir tersebut diakibatkan oleh pembukaan hutan secara besar-besaran oleh perusahaan tambang, yakni PT IWIP dan WBN, yang menyebabkan rumah-rumah warga terendam air.
Yulia Pihang, warga Desa Saolat, mengatakan bahwa sebanyak 30 rumah warga di Kampung Baru terendam banjir.
“Banjir kadang terjadi pukul 16:00 WIT, tapi juga bisa pukul 17:00 WIT hingga pagi,” ungkapnya.
Menurut Yulia, banjir ini tidak hanya menyebabkan kerugian materiil, seperti kopra dan kelapa yang hanyut, tetapi air juga masuk ke dalam rumah warga. Ia menjelaskan bahwa banjir sebenarnya sudah pernah terjadi sebelumnya, namun tidak separah ini.
“Dulu pernah terjadi tahun 2010 dan 2017, tapi tidak seburuk sekarang. Saat tambang mulai beroperasi, banjir menjadi langganan di desa-desa ini,” katanya.
Aktivitas tambang skala besar di sekitar desa, menurut Yulia, memperparah situasi. Pembabatan hutan secara masif oleh perusahaan membuat desa-desa rentan banjir setiap kali hujan turun selama dua hingga tiga hari, bahkan jika hanya gerimis.
“Sekarang, mulai ada aktifitas tambang dibelakang kampung, setiap hujan dua atau tiga hari, pasti terjadi banjir. Meskipun hujan hanya rintik-rintik,” katanya.
Yulia berharap agar perusahaan tambang menghentikan ekspansi yang merusak hutan.
“Jika perusahaan terus memperluas lahan tambang dan menghabisi hutan, kami, warga lokal, yang akan menanggung dampaknya,” tegasnya.
Warga mendesak agar pemerintah dan perusahaan segera mengambil langkah serius untuk menghentikan perluasan lahan tambang yang merusak lingkungan, demi melindungi kehidupan masyarakat yang sudah lama menetap di Halmahera. (TS-10)
Discussion about this post