titaStory.id, maluku tengah – Selama sepekan terakhir, hujan terus mengguyur sejumlah daerah di Maluku. Bencana banjir, longsor hingga pohon tumbang, terjadi di sejumlah tempat. Selain merendam pemukiman warga, banjir juga merendam sarana pendidikan, perkantoran dan tempat beribadah, termasuk lahan pertanian. Sebagian warga bahkan harus mengungsi menghindari banjir yang masuk ke rumah-rumah mereka.
Kondisi ini sangat berbeda di Desa Pasahari, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng). Bila di daerah lain warga mengeluh karena hujan yang berdampak pada banjir, warga Pasahari malah sebaliknya. Bagi mereka, hujan adalah berkah.
Minggu, (7/06/2024) langit yang cerah, tiba tiba berubah mendung. Awan hitam disertai bunyi gemuruh terdengar, disertai kilatan cahaya putih, tanda hujan akan turun.
Hore …! hore …! hore ..! hujan turun, terdengar teriakan spontan bernada sukacita, keluar dari mulut beberapa warga Desa Pasahari. Mereka yang sedang beraktivitas di luar rumah langsung bergegas pulang. Terlihat kesibukan para wanita mempersiapkan ember, loyang, jerigen dan sejumlah wadah. Wadah-wadah itu berjejer rapi di tritis rumah, menanti turunnya hujan. Pemandangan ini nyaris terlihat di setiap rumah warga.
Berpuluh-puluh tahun, warga desa Pasahari berburu air hujan, karena krisis air bersih. Air hujan ini dimanfaatkan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari -hari, mulai dari air minum, memasak, mencuci hingga mandi.
Bunga Dara Tunny (33), biasa disapa Mama Bunga, merupakan satu dari sekian wanita yang juga sibuk menanti turunnya hujan. Dia berharap hujan turun dengan lebat, agar bisa ditampung untuk dijadikan stok air bersih, beberapa hari kedepan.
Mama Bunga memiliki tempayan dan bak penampung air yang lebih besar di dalam rumah. Biasanya setelah ember terisi penuh, air hujan akan dipindahkan ke tempayan. Dibantu anaknya, mama Bunga akan bolak-balik mengisi tempayan dan wadah lainnya hingga penuh.
“Kami hanya berharap air hujan” kata mama bunga di tengah kesibukannya menuangkan air ke dalam wadah jerigen.
Mama Bunga bercerita, sudah kurang lebih 20 tahun, mereka mengalami kesulitan air bersih.
Semenjak hadirnya PT. Wahana Lestari Investama (PT. WLI) yang bergerak di bidang tambak udang, mereka mulai sulit mendapatkan air bersih.
Ia mengeluh, sumur yang dulu biasanya digunakan warga untuk keperluan masak dan minum tidak bisa dimanfaatkan lagi.
“Air yang dulu dipakai sudah terasa asin dan berwarna kuning dan kotor, ” kata wanita berhijab merah ini.
Mama Bunga juga bilang, selain memanfaatkan air hujan, warga juga kerap menggunakan air sungai Isal, yang jaraknya sekitar 5 kilometer dari perkampungan.
“Beruntung bagi yang punya kendaraan bisa rutin angkut air. Kalau yang tidak punya terpaksa pakai air hujan saja”, ucapnya.
Karim Kabakoran, tokoh pemuda Desa Pasahari menerangkan, keterbatasan air bersih di di Desa Pasahari bukan masalah baru, namun sudah dialami warga cukup lama.
“Diduga Ini ulah dari PT. WLI Perusahan tambak udang. Memang dulu air sumur rasanya tawar, sekarang semua sumur asin tidak bisa di konsumsi, karena menurut warga air sudah kotor,” kata Kabakoran.
Dia bilang, air sumur berasa asin diduga merembes dari kolam tambak udang. Kolam-kolam itu berkapasitas besar berisi air laut berhadapan langsung dengan pemukiman warga, kurang lebih 50 meter.
“Inilah dampaknya karena dikelilingi kolam udang berukuran besar yang diisi air laut,” ungkap karim.
Mengatasi masalah di kampungnya itu, tahun 2012 warga pernah membuat sumur bor, tetapi tidak maksimal. Air hasil pengeboran bercampur gas.
“Mata airnya sudah dapat tapi air yang keluar bercampur gas. Jadi, tidak bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan,” terang Kabakoran.
Diakuinya, tahun 2021 ada bantuan dari pemerintah dengan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS). Programnya tidak bertahan lama, hanya satu tahun dinikmati warga.
” Kondisinya PAMSIMAS itu bertahan 1 tahun, peralatannya sudah rusak karena tidak ada perawatan, “jelas dia.
Pihaknya sudah berulang kali menyampaikan kebutuhan masyarakat akan air bersih ke Pemda Maluku Tengah, namun selalu diabaikan.
“Pengaduan terakhir ke Pejabat Bupati Malteng, Rakib Sahubawa. Beliau langsung turun ke lapangan untuk melakukan pengecekan. Kami lega pasti ada solusi, namun sampai sekarang tak ada kabar, ” jelasnya.
Menurutnya, warga berharap ada perhatian dari pemerintah, untuk menyediakan air bersih.
“Jangan ada kepentingan politik baru datangi kami, lalu menjanjikan, kalau air kami sudah asin, jangan sampai kami tawar hati,”, tutupnya. (TS-07)
Discussion about this post