Banjir Bandang Terjang Obi Selatan, Satu Warga Meninggal: Warga Menuding Tambang Nikel Penyebabnya

14/06/2025
Kondisi banjir di Desa Soligi Kec. Obi Selatan Kab. Halmahera Selatan Prov Maluku Utara, Jumat (13/6/2025). Foto: Istimewa

titastory, Halmahera Selatan – Dua desa di Kecamatan Obi Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, dilanda banjir bandang usai hujan deras mengguyur kawasan tersebut pada Jumat, 13 Juni 2025, sekitar pukul 12.30 WIT. Desa Soligi tercatat sebagai wilayah terdampak terparah dalam peristiwa ini. Satu orang warga dilaporkan meninggal dunia, sementara puluhan rumah terendam dan sejumlah warga mengungsi.

Dari laporan warga di media sosial, tinggi air banjir diperkirakan mencapai 50 hingga 80 sentimeter. Genangan meluas dengan cepat, menerjang permukiman dan menghanyutkan tanaman umur panjang milik warga. Warga menduga banjir bandang tersebut bukan semata disebabkan faktor cuaca ekstrem, melainkan akibat kerusakan hutan yang dipicu oleh aktivitas pertambangan nikel di Pulau Obi.

“Basudara semua kita ikhtiar. Soligi su banjir, kompleks bawah semua rumah su tenggelam,” kata Latifa Hi Abd Aziz, warga Desa Soligi, dalam video amatir yang ia unggah melalui akun Facebook @Informasi Seputar Hal_Sel. Dalam unggahannya, Latifa juga menuding bahwa banjir terjadi akibat pembabatan hutan oleh perusahaan tambang nikel yang beroperasi di sekitar wilayah tersebut.

“Akibat tambang nikel di Obi, hutan sudah rusak, sekarang Soligi dihantam banjir bandang,” tulis Latifa dalam keterangan videonya yang kemudian ramai dibagikan di media sosial.

Foto dan video yang beredar di media sosial menunjukkan air keruh meluap dari bantaran sungai, menggenangi rumah-rumah warga dan menyeret tanaman serta perabot rumah tangga.

Kondisi banjir bandang yang menerjang Desa Soligi Kec. Obi Selatan Kab. Halmahera Selatan Prov Maluku Utara, Jumat (13/6/2025). Foto: Istimewa

 

BNPB Catat 70 KK Terdampak, Satu Meninggal Dunia

Kondisi banjir di Desa Soligi Kec. Obi Selatan Kab. Halmahera Selatan Prov Maluku Utara, Jumat (13/6/2025). Foto: Istimewa

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui rilis resminya yang diterima titastory, Sabtu pagi, 14 Juni 2025, membenarkan kejadian tersebut. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyatakan bahwa banjir di dua desa di Kecamatan Obi Selatan disebabkan oleh curah hujan tinggi.

“Banjir menyebabkan satu korban jiwa, 70 kepala keluarga terdampak, dan dua keluarga lainnya mengungsi ke rumah kerabat,” ujar Abdul Muhari.

BPBD Halmahera Selatan hingga Jumat malam masih melakukan pendataan serta penanganan darurat. Ketinggian muka air di beberapa titik tercatat antara 40 hingga 70 sentimeter.

Tambang Nikel dan Krisis Ekologis di Obi

Kawasan Pulau Obi dalam beberapa tahun terakhir menjadi sorotan akibat ekspansi industri pertambangan nikel skala besar. Sejumlah perusahaan tambang beroperasi di wilayah ini untuk memenuhi pasokan bahan baku baterai kendaraan listrik.

Namun, di tengah narasi transisi energi dan ekonomi hijau yang digaungkan pemerintah pusat, warga lokal menanggung beban ekologis yang kian berat. Alih fungsi hutan, pembukaan jalan tambang, dan sedimentasi sungai disebut sebagai faktor pemicu meningkatnya risiko banjir bandang di wilayah pesisir dan lembah.

Koalisi masyarakat sipil di Maluku Utara sebelumnya telah berulang kali memperingatkan bahaya deforestasi yang tak terkendali di Pulau Obi. Salah satunya adalah peristiwa banjir besar yang pernah terjadi di Desa Anggai pada 2022 silam, yang juga dikaitkan dengan pembukaan lahan untuk kegiatan pertambangan.

Potret Permukiman warga Pulau Obi yang terjepung tambang nikel. Terlihat posisi operasi tambang yang berada di dataran yang lebih tinggi. Foto: Tangkapan layar video dokumenter Air Beracun, Mobil Canggih: Rahasia Harita di Maluku Utara, di Channel YouTube @The Gecko Project.

 

Tuntutan Warga: Evaluasi Izin Tambang dan Pemulihan Lingkungan

Tragedi banjir bandang di Soligi memperkuat tuntutan warga agar pemerintah daerah dan pusat segera mengevaluasi secara menyeluruh izin-izin tambang yang telah dikeluarkan. Masyarakat meminta agar dilakukan audit lingkungan, serta menghentikan perluasan wilayah konsesi yang berbasis pada kawasan hutan lindung.

“Ini bukan bencana biasa. Ini adalah akumulasi dari krisis lingkungan yang sudah diperingatkan sejak lama,” ujar salah satu warga dalam unggahan yang menyertai video banjir.

Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait dugaan keterkaitan antara aktivitas tambang dan banjir tersebut. Namun saat ini Pemda setempat telah mengerahkan Tim Cepat Tanggap darurat untuk bergerak menuju lokasi terdampak.

error: Content is protected !!