Bukan Kandang, Ini Sekolah Kami: Potret Menyedihkan Pendidikan di Aru

13/06/2025
Ketgam: Kondisi SD Negeri Inpres Kolaha Kolaha mengalami kerusakan parah sejak tahun 2014. Foto: Laidin/Johan
Miris! Gedung Sekolah di Aru Maluku Ini Lebih Mirip Kandang daripada Ruang Belajar

titastory, Aru – Kondisi pendidikan di Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku, kembali menjadi sorotan. Minimnya perhatian dari pemerintah daerah membuat warga di Desa Laininir, Kecamatan Aru Selatan, terpaksa membangun sekolah darurat secara swadaya. Gedung sederhana berdinding pelepah sagu (gaba-gaba), beratap daun rumbia, dan beralaskan tanah itu menjadi satu-satunya ruang belajar bagi anak-anak di desa tersebut.

Bangunan darurat ini muncul sebagai respons atas keterbatasan ruang kelas yang tak mampu menampung jumlah siswa yang terus bertambah setiap tahun. Meskipun serba terbatas, warga tetap bersikeras mendirikan ruang belajar demi memberikan akses pendidikan setara bagi anak-anak mereka.

“Kami sudah lama bermimpi punya SD sendiri di desa ini. Tapi sampai sekarang belum ada bangunan sekolah yang layak dari pemerintah,” kata Ketua BPD Laininir, Herman Kubela.

Sekolah Rusak Sejak 2014 Tak Pernah Direnovasi

Kondisi serupa bahkan lebih memprihatinkan juga terjadi di Desa Kolaha, Kecamatan Sir-Sir, di mana SD Negeri Inpres Kolaha dan SMP Terpadu Negeri 13 Kolaha telah mengalami kerusakan parah sejak tahun 2014. Namun hingga kini, belum ada langkah perbaikan dari pemerintah daerah.

Ruang belajar yang rusak dan terbatas memaksa guru-guru untuk menggabungkan murid kelas 1 hingga kelas 3 dalam satu ruangan. Sementara itu, hanya kelas 4 dan 5 yang dipisahkan, dengan sarana yang juga jauh dari memadai.

“Dari tahun 2014 atau 2015 kalau tidak salah, tapi sampai sekarang tidak ada perubahan. Malah tambah rusak,” ujar Laidin Watafuhan, warga Desa Kolaha, Jumat (13/6/2025).

Ketgam: Kondisi SD Negeri Inpres Kolaha yang mengalami kerusakan parah sejak tahun 2014. Foto: Laidin/Johan

 

Menurut Laidin, guru-guru di sekolah pun tak mampu berbuat banyak. Mereka tetap mengajar sebisanya dengan kondisi seadanya. “Persoalan ini sudah pernah disampaikan ke dinas pendidikan, tapi tidak ada tanggapan,” tambahnya.

 

Jumlah Guru Terbatas, Minat Belajar Terancam Turun

Saat ini, hanya terdapat tiga guru yang aktif mengajar di SD Negeri Inpres Kolaha dan lima guru di SMP Terpadu Negeri 13. Minimnya ruang belajar dan tenaga pengajar dikhawatirkan akan berdampak pada minat siswa untuk bersekolah, terutama bagi murid dari desa-desa sekitar yang biasa menempuh pendidikan di SMP tersebut.

“Masyarakat kuatir. Jangan sampai siswa dari desa lain tidak mau sekolah lagi di sini karena kondisi sekolah yang sudah rusak seperti ini,” ungkap Laidin.

Ketgam: Kondisi SMP Terpadu Negeri 13 Kolaha mengalami kerusakan parah sejak tahun 2014. Foto: Laidin/Johan

 

Baik warga maupun pemerintah desa sudah berulang kali menyampaikan permohonan bantuan renovasi kepada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru, namun belum membuahkan hasil. Warga berharap Pemkab Aru segera turun tangan sebelum kondisi ini berdampak lebih jauh terhadap hak anak-anak atas pendidikan yang layak.

“Bukan hanya warga, pemerintah desa juga sangat berharap agar kedua sekolah ini direnovasi,” pungkasnya.

Kondisi SMP Terpadu Negeri 13 Kolah, yang mengalami kerusakan pada beberapa ruangan belajar. Foto: Laidin.
Penulis: Johan Djamanmona
error: Content is protected !!