TITASTORY.CHANNEL – Mama Diana Rikumahu, seorang ibu yang ditemui dirumahnya mengatakan dalam waktu satu jam air sudah merendam seluruh ruangan di rumahnya. “hujan ini baru satu jam saja, tapi akang sudah rendam beta punya rumah semua, mulai dari teras, ruangan tamu, kamar, hingga dapur,” kata Ia.
Dikatakan, banjir yang terjadi saat ini merupakan banjir yang terparah dari sebelumnya. Ketianggian sebelumnya hanya 10 – 15 sentimeter. Namun kali ini hampir mencapai lutut orang dewasa.
Dirinya kuatir jika hujan terus mengguyur wilayah halong, bisa dipastikan lokasi permukiman di sekitar itu akan seluruhnya terendam banjir.
Sementara itu, sekretaris RT 07, Febyan Kayadoe mengatakan banjir yang terjadi selain hujan yang deras namun juga luapan dari drainase maupun gorong-gorong yang tersumbat.
“salah satu faktornya itu, gorong-gorong dan juga drainase. Akibatnya air tak bisa mengalir ke laut lagi dan meluap ke ruma-rumah warga,” ujarnya.
Dijelaskan gorong-gorong dari jembatan tersendat akibat pembangunan rumah sakit (RS) Angkatan Laut sehingga sebagian material bangunan ditambah pepohonan mangrove yang telah ditebang menutup gorong-gorong tersebut.
“Kami sudah beberapa kali bolak-balik kantor Desa agar segera mengusulkan ke Pemerintah Kota Ambon agar segera dilakukan pembongkaran dan dibuat baru, namun tak direspos sedikitpun,”jelasnya.
Ia mewakili warga RT 07 kesal dengan sikap pemerintah dari tingkat desa hingga pemerintah Kota Ambon, yang dinilai tidak pro kepada masyarakat kecil.
“ jadi kalau begini siapa yang bertanggung jawab. Hujan deras banjir pasti merendam rumah kami dan itu tidak ada solusi dan kepedulian dari pemerintah. Lantas siapa yang telah mengizinkan pembangunan tersebut,” sesalnya.
Febyan mengakui, sebelum pembangunan RS TNI AL itu, meski hujan deras lokasi mereka tak separah saat ini. Dia kuatirkan hujan deras disertai air pasang akan berdampak buruk bagi permukiman mereka.
“mangrove ditanam itu untuk melindungi air pasang maupun abrasi. Lantas kalau air pasang, hujan deras, habislah kita. Pemerintah dan TNI juga seakan menutup mata dari persoalan ini,”urainya.
Atas masalah tersebut, Febyan berharap kepada pemerintah Kota hingga Pemerintah Desa bisa bijaksana untuk mencari solusi agar saat hujan nanti lokasi mereka tidak terendam lebih parah.
Diketahui dari laporan warga setempat, pembangunan RS TNI AL tersebut telah merusak ekosistem hutan mangrove yang sudah ditanam selama berpuluh-puluh tahun. Pemerintah Kota maupun Dinas Linkungan terkait hingga saat ini belum merespons penebangan dan pengrusakan pohon-pohon mangrove tersebut.
“Pembangunan RS TNI AL itu dilakukan untuk mempercepat penanganan Covid-19, dimana bisa dipakai untuk merawat para pasien covid. Selanjutnya akan dilakukan penanaman kembali mangrove itu,” kata Syauta Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Maluku, saat ditemui akhir maret 2021 lalu di kantornya.
Discussion about this post