Transformasi Media Analog ke Digital: Pergeseran Budaya Konsumsi dan Implikasinya

23/01/2025
Foto: Tangkapan layar para konten kreator di sosial media TikTok
  • Artikel opini ini mengupas transformasi media dari era analog ke digital yang telah mengubah pola konsumsi informasi dan menciptakan budaya baru dalam masyarakat.

  • Salah satu dampak paling mencolok adalah kemunculan profesi kreator konten yang tidak hanya berperan sebagai pembentuk tren budaya, tetapi juga sebagai penggerak ekonomi digital.

  • Artikel ini mengulas bagaimana kreator konten memanfaatkan platform media sosial untuk menghasilkan pendapatan melalui monetisasi dan kolaborasi merek, sekaligus menjelaskan tantangan yang mereka hadapi di era digital yang dinamis.

  • Melalui perspektif sosiologi media, artikel ini juga menyoroti bagaimana media digital menciptakan mediated cultureyang merefleksikan sekaligus membentuk budaya masyarakat. Pembaca diajak untuk memahami peluang besar yang ditawarkan oleh teknologi media digital, sekaligus tantangan seperti literasi digital, tekanan relevansi, dan risiko penyebaran informasi yang dangkal.

  • Artikel ini menyajikan pandangan kritis terhadap transformasi media, dengan fokus pada peran kreator konten dalam membentuk ekosistem digital yang inklusif, kreatif, dan beretika.

 

Perubahan dari media analog ke digital adalah salah satu transformasi terbesar dalam sejarah manusia modern. Ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang bagaimana media telah mengubah cara kita memandang dunia dan berinteraksi dengan sesama. Dalam konteks ini, media digital tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga pembentuk budaya yang disebut oleh para sosiolog sebagai mediated culture—budaya yang diciptakan dan dipengaruhi oleh media.

Foto: Tangkapan layar para konten kreator di sosial media TikTok

Media Digital sebagai Pembentuk Budaya

Dalam kajian sosiologi media, media digital tidak hanya merefleksikan budaya, tetapi juga menciptakan budaya baru yang disebut mediated culture. Kreator konten memainkan peran penting dalam proses ini dengan menciptakan tren, membentuk opini publik, dan memengaruhi cara pandang masyarakat. Namun, ledakan konten juga memunculkan tantangan, seperti penyebaran informasi yang dangkal atau tidak tervalidasi, serta berkurangnya kualitas wacana publik.

Sebagai contoh, Morissan, Ph.D. (2022), mencatat bahwa transformasi media telah mengubah audiens dari penerima pasif menjadi peserta aktif yang mampu memproduksi konten. Hal ini menciptakan demokratisasi informasi, tetapi juga menuntut masyarakat untuk memiliki literasi digital yang lebih baik.

 

Peluang dan Risiko dalam Budaya yang Dimediasi

Di satu sisi, media digital membawa peluang besar. Kreativitas menjadi lebih inklusif; siapa pun dapat berpartisipasi tanpa batasan geografis atau finansial. Kreator konten, misalnya, kini menjadi profesi yang dihormati, dengan banyak perusahaan berinvestasi pada mereka untuk menjangkau audiens lebih luas (Kurnia, 2024).

Namun, di sisi lain, bombardir pesan dari berbagai media telah menciptakan tantangan. Interaksi manusia semakin dimediasi oleh layar, mengurangi kualitas hubungan interpersonal. Informasi instan yang terus-menerus disajikan juga memicu budaya konsumsi dangkal, di mana kecepatan lebih dihargai daripada kedalaman. Hal ini, seperti yang diungkapkan Morissan, dapat menurunkan kualitas wacana publik dan memperkuat penyebaran informasi yang tidak tervalidasi.

Kreator Konten: Pendorong Ekonomi Baru

Kreator konten adalah individu atau kelompok yang membuat dan membagikan konten di berbagai platform media sosial seperti Instagram, YouTube, TikTok, hingga e-commerce. Konten ini mencakup berbagai bentuk, mulai dari tulisan, gambar, video, suara, hingga kombinasi yang memberikan informasi edukatif maupun hiburan.

Menurut laporan Kompas.id (2024), popularitas kreator konten terus meningkat seiring bertambahnya investasi dari perusahaan yang ingin memanfaatkan pengaruh mereka. Monetisasi adalah salah satu cara utama kreator konten menghasilkan uang, baik melalui program seperti YouTube Partner Program (YPP) maupun TikTok Creator Marketplace (TCM). Selain itu, fitur live streaming juga menjadi sumber pendapatan dengan cara menerima koin dari penonton atau kolaborasi merek.

Untuk memastikan transformasi ini membawa dampak positif, semua pihak harus berkontribusi. Pemerintah dan perusahaan teknologi perlu memastikan regulasi yang melindungi pengguna dari dampak negatif media digital, seperti penyebaran hoaks atau eksploitasi data pribadi.

Kreator konten dan media juga harus mengedepankan kualitas dalam setiap produk yang mereka hasilkan. Konten yang mendidik dan relevan dapat menjadi penyeimbang dari tren konsumsi yang serba instan. Selain itu, masyarakat juga perlu didorong untuk menjadi konsumen media yang kritis melalui literasi digital.

 

Transformasi untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Transformasi dari media analog ke digital adalah sebuah keniscayaan yang membawa peluang sekaligus tantangan. Media kini tidak hanya menjadi cerminan budaya tetapi juga alat pembentuk budaya yang kuat. Untuk itu, penting bagi kita untuk memahami peran media dalam kehidupan modern dan memastikan bahwa pergeseran ini digunakan untuk memperkuat kualitas hubungan sosial, wacana publik, dan budaya yang inklusif.

 

Tulisan ini berdasarkan kajian media oleh Morissan, Ph.D., serta prinsip-prinsip sosiologi media yang menggarisbawahi dampak media dalam membentuk budaya modern.

 

References:

Erika Kurnia, Kompas.id (2024, 1 Februari). Media Lama (Old Media). Kreator Konten, Raja Hiburan, dan Cuan Media Sosial. (https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2024/01/30/kreator-konten-raja-hiburan-dan-cuan-media-sosial)

Helena Fransisca Nababan, Kompas.id (2024, 15 November). Media Lama (Old Media): Kreator Konten Kini Lebih Mudah Membuat Video Iklan di TikTok.

(https://www.kompas.id/artikel/kreator-konten-kini-lebih-mudah-membuat-iklan-di-tiktok?open_from=Tagar_Page)

Morissan, Ph.D. (2022). Kajian Media dan Budaya.

Morissan, Ph.D. (2022). Pengantar Sosiologi.

TikTok. (2024). How AI Tools Drive Creative Content.

Jenkins, H. (2006). Convergence Culture: Where Old and New Media Collide.

Tapscott, D. (1996). The Digital Economy: Promise and Peril in the Age of Networked Intelligence.

Sri Dewi Larasati & Alviansyah Pasaribu, (2024, 11 Oktober). ANTARA. Cara kreator konten menghasilkan uang. (https://www.antaranews.com/berita/4392678/cara-kreator-konten-menghasilkan-uang)

Penulis adalah Christ Jacob Belseran, Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi USAHID Jakarta
error: Content is protected !!