Intan Jaya, Papua Tengah, — Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat–Organisasi Papua Merdeka (TPNPB–OPM) menuding Tentara Nasional Indonesia (TNI) telah menembak warga sipil, termasuk seorang perempuan, dalam operasi militer di Kampung Soanggama, Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, pada Rabu, 15 Oktober 2025.
Melalui siaran pers resmi yang diterima titastory, Juru Bicara TPNPB Sebby Sambom menyebut operasi tempur yang dilakukan oleh Satgas Rajawali II telah menyebabkan 15 orang tewas, di antaranya 11 warga sipil, tiga anggota TPNPB, dan satu perempuan.
“Operasi tempur oleh TNI telah mengakibatkan 15 orang tewas, tiga di antaranya anggota TPNPB Kodap VIII Intan Jaya dan satu ibu rumah tangga,” kata Sebby Sambom dalam rilis tertulis yang dikirim kepada media, Kamis (16/10/2025).

Sambom menuduh, sejumlah laki-laki di kampung Soanggama dikepung dalam sebuah honai dan ditembak secara brutal oleh aparat TNI. Ia juga mengklaim bahwa tiga anggota TPNPB yang tertangkap hidup-hidup kemudian dieksekusi di tempat.
“Militer Indonesia mengepung sejumlah laki-laki di sebuah honai lalu menembak mereka secara brutal. Sementara tiga anggota TPNPB yang ditangkap langsung ditembak mati,” ujarnya.
Selain itu, Sebby menuding adanya dugaan kekerasan seksual dan penyiksaan terhadap seorang perempuan warga sipil yang ditemukan meninggal dunia di Sungai Hiyabu.
“TNI telah melanggar hukum perang. Semestinya tiga anggota kami yang ditangkap harus ditahan sebagai tahanan perang, bukan ditembak,” kata Sebby.
Ia menambahkan bahwa pihaknya menduga TNI telah mengubur para korban secara terpisah untuk menghilangkan jejak.
Klarifikasi TNI
Dihubungi terpisah, Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasi Letnan Kolonel Tri Purwanto membantah tudingan TPNPB ihwal operasi militer Satgas Koops Habema yang melanggar ketentuan hukum humaniter internasional.
Dia mengirimkan rekaman video yang menampilkan kondisi di Soanggama usai terjadi kontak senjata. Video berdurasi 4 menit itu menampilkan, sejumlah prajurit Koops Habema tengah membagikan makanan ringan dan bantuan medis kepada warga sipil.
“Itu adalah propaganda OPM yang ditujukan untuk mendiskreditkan operasi penyelamatan Satgas Habema,” ujar Tri, dikutip dari laman berita tempo.co
Sebelumnya, sejumlah relawan kemanusiaan di Intan Jaya juga melaporkan adanya korban jiwa akibat operasi di wilayah Soanggama. Mereka menduga sebagian besar korban bukan kombatan, melainkan warga sipil yang berada di sekitar lokasi kejadian.
“Informasi di lapangan menunjukkan korban tidak semuanya anggota TPNPB. Ada warga sipil yang ikut tertembak,” ujar salah satu relawan kepada titastory.id melalui sambungan telepon, Kamis malam (16/10/2025).
Desakan Investigasi Independen
Lembaga kemanusiaan dan gereja lokal menyerukan investigasi independen untuk memastikan kebenaran peristiwa di Soanggama dan memastikan tidak ada pelanggaran terhadap Hukum Humaniter Internasional.Menurut mereka, situasi di Intan Jaya telah memburuk dalam dua tahun terakhir dengan meningkatnya operasi militer dan pergeseran warga sipil dari kampung-kampung terdampak.
“Jika benar ada eksekusi dan korban sipil, itu pelanggaran berat terhadap prinsip kemanusiaan. Negara harus membuka akses bagi Komnas HAM dan lembaga kemanusiaan untuk menyelidikinya,” kata seorang aktivis gereja di Sugapa.
Konteks: Konflik yang Tak Pernah Usai
Konflik bersenjata di Intan Jaya menjadi salah satu titik panas di Papua sejak 2019.
Kabupaten ini menjadi wilayah operasi militer aktif yang melibatkan TNI dan kelompok bersenjata TPNPB–OPM.Laporan-laporan dari lembaga independen mencatat banyaknya pengungsian warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan, akibat bentrokan bersenjata di distrik Hitadipa, Sugapa, dan Ugimba.
Hingga kini, akses jurnalis dan lembaga kemanusiaan masih sangat terbatas di wilayah tersebut.