-
Jangan lagi kita mengulangi kesalahan masa silam, karena kita harus bertanggung jawab memelihara damai yang adalah rahmat dan anugerah di antara kita.
-
Dua puluh empat tahun lalu, Nuhu Evavlah yang pertama menyalakan obor dami di tanah Maluku.
-
Obor damai Nuhu Evav itu yang menerangi hati semua orang Maluku untuk menumbuhkan kesadaran budaya demi perdamaian sejati.
TITASTORY.ID – Tiga baris kalimat diatas adalah bentuk “ungkapan hati” yang disampaikan oleh pimpinan umat beragama di Maluku, di mana pesan damai ini ditandatangani oleh lima pimpinan umat beragama di Maluku. Mereka adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia Maluku, DR. Abdullah Latupao, Ketua MPH Sinode GPM, Pendeta, E.T. Maspaitella, Sekum Keuskupan Amboina, Pastor Agustinus Arbol, Ketua Walubi Maluku, W.Jauwerissa, Ketua Parisada Hidu Dharma Maluku, Dr. I. Wayan Satupa.
Pesan damai yang dingkapkan oleh kelima tokoh agama ini tertuliskan, Ain ni Ain telah membentuk kesadaran bahwa adalah satu, sebab kita lahir dari rahim yang sama, Ain Batang Ain, kita harus saling menjaga.
“Sadarlah bahwa konflik adalah satu dari ribuan cara pembodohan masyarakat. Konflik membuat anak-anak kehilangan kesempatan belajar, dan itu adalah awal dari ketertinggalan mengejar kemajuan. Hentikanlah konflik dan jaminkanlah pendidikan anak – anak dalam situasi masyarakat yang aman dan damai demi kemajuan generasi kita di masa depan,” demikian pesan damai yang ditulis kelima tokoh agama ini.
Para pimpinan umat ini membeberkan, konflik membuat semua orang kehilangan kepekaan sebagai saudara, dan hilang rasa cinta kepada negeri, pulau dan sesama manusia. Padahal budaya orang Maluku merupakan sesuatu yang sakral karena mengajari kita cinta kepada saudara, rasa memiliki sebagai orang basudara cinta kepada negeri, kepada tanah sebagai ibu yang melahirkan semua orang.
Menurut pimpinan umat ini, dalam pesannya menjelaskan, cinta kepada manusia sehingga tidak dengan mudahnya saling menyerang, membakar, melukai dan apalagi membunuh. Tidak ada pemenang sejati dalam konflik antar saudara.
Para pemuka agama ini pun meminta pihak yang bertikai untuk belajar dari kaum wanita.
“Belajarlah dari perempuan -perempuan, dari mama – mama, dari ina – ina berhati mulia. Dari rahim mereka lahirlah damai. Jangan Khianati rahim suci perempuan -perempuan, mama-mama, ina – ina. Mereka adalah gambaran sejati bahwa perdamaian itu suatu ikatan hidup tulus dan suci. Mereka adalah gambaran sejati bahwa perdamaian itu suatu ikatan hidup tulus dan suci. Mereka tidak sakit bersalin, mereka yang setia bertahan di rumah hati mereka sakit jika anak yang lahir dan rahimnya terluka, jika rumah tempat mereka berdoa dan merawat kehidupan keluarga terbakar dan musnah,” ajak mereka.
Para tokoh agama ini berharap agar masyarakat dapat mewujudkan cinta kepada Nuhu Evav, kepada anak negerinya, kepada negerinya, kepada pulaunya, kepada bahasanya, kepada persaudaraannya. Bersatulah sebagai pemilik yang sama atas Nuhu Evav.
Ajakan mereka adalah, agar pihak yang berkonflik dapat berbicara sebagai saudara dalam bahasa Kei yang santun dan penuh hormat, bersatulah laksana telur ikan yang memberi kehidupan. Kokohkanlah tiga dasar hidup yang luhur di antara anak Nuhu Evav, yakni tom, snib dan hukum.
“Sebab sejarah (tom) menjadi saksi, bahwa kita semua lahir dari kandungan yang sama ; dan itu adalah suatu hal yang tidak bisa disangkali dan menjadi snib, yaitu janji atau pesan suci yang harus dijaga dan dipelihara, karena mengabaikan atau menjauhi pengajaran, hukum yang akan bersaksi atas kita. Orang Kei tidak pernah berdusta, sebab hukum ada dalam jiwa dan tubuhnya, hukum ada di alamnya, hukum ada di rumahnya, dan hukum ada di pulau- pulau,” suara mereka.
Menurut pemuka agama ini, damai harus lahir dari semua orang, sebab damai itu lahir dari hati yang tulus.
“Maka jangan biarkan siapa pun tertawa dan menari di atas penderitaan kita. Sebab itu, mari kita menjaga obor damai yang pernah kita bawa untuk menerangi tanah Maluku dan Indonesia”
Mereka berharap masyarakat setempat dapat mendukung usaha pemulihan yang dilaksanakan oleh pemerintah, tokoh-tokoh adat, tokoh -tokoh agama dan difasilitasi oleh aparat kepolisian dan TNI, karena upaya sekuat apa pun tanpa dukungan dari dalam diri kita tidak ada faedahnya. Sebaliknya atas kesadaran damai di antara kita, apa pun yang dikerjakan pasti berhasil.
“Kami berdoa agar saudara -saudara dilimpahi karunia dan tuntutan dari Tuhan Yang Maha Kuasa, supaya kota hidup dalam damai yang sejati,” tutup pesan damai kelima pimpinan agama di Maluku ini. (TIM)
Discussion about this post