TITASTORY.ID, Polemik audio rekaman berisikan percakapan antara Patrick Papilaya dan Alham Valeo yang adalah Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Mardika (APMA) dan sudah viral belum direspons Ketua APMA. Pasalnya Alham Valeo yang menjadi tokoh kunci yang membocorkan adanya setoran uang ratusan juta. Dalam rekaman itu juga mencatut nama gubernur Maluku Murad Ismail. Namun Ia belum memberikan jawaban pasti, bahkan saat dikonfirmasi masih memilih bungkam, meski sudah dihubungi berulang ulang kali oleh titastory.id.
Seolah masih bertahan dengan pernyataan awal, Valeo pun diduga kuat terganggu dengan pernyataannya yang kini tersebar luas dan sengaja disebarkan oknum tertentu.
Belum diketahui pasti alasan bungkamnya Valeo, namun Azis Tuni di sejumlah media pun mendesak Valeo untuk segera melakukan klarifikasi dan penjelasan atas rekaman yang sempat menghebohkan warga masyarakat di Maluku.
Sebagaimana diketahui, rekaman berdurasi 16 menit 26 detik yang diduga dilakukan Papilaya dan Valeo ini berisikan topik pembicaraan tentang setoran uang bernilai ratusan juta rupiah kepada Azis Tuni dan juga kepada Gubernur Maluku sebagai ucapan terimakasih karena sudah sudah mengizinkan pembangunan sejumlah lapak di atas trotoar kawasan Mardika, Kecamatan Sirimau Kota Ambon.
Khusus untuk setoran ke Gubernur Maluku, Murad Ismail, Valeo dalam pembicaraan dengan Patrick Papilaya dengan jelas -jelas mengungkapkan bahwa uang sebesar Rp100 juta diberikan kepada Azin Tuni karena didesak. Itu pun jumlah uang yang diberikan kurang dari rencana awal sebesar Rp150 juta karena memikirkan kondisi ekonomi pedagang yang melakukan pembelian pada lapak di kawasan pasar Mardika tersebut.
Sebagaimana diberitakan awal, Nama Azis Tuni yang dikenal adalah sosok yang cukup dekat dengan orang nomor satu di Maluku ini pun jadi sorotan publik pasca beredarnya rekaman audio perbincangan via telepon yang diduga dilakukan Patrick Papilaya dan Ketua Asosiasi Pedagang Mardika
Rekaman yang menyajikan topik pembicaraan terkait pembangunan lapak di kawasan Trotoar di Kawasan Pasar Mardika, Kecamatan Sirimau Kota Ambon dan pemberian uang sebagai bentuk ucapan terimakasih ke Gubernur Maluku.
Isi percakapan keduanya mulai terfokus dengan sapaan adik dan kakak. Mulai dari rasa keprihatinan kepada pedagang yang sering datang ke rumah Alham yang adalah ketua Asosiasi Pedagang Pasar Mardika sehingga dirinya pun menyampaikan hal itu ke Walikota Ambon, saat itu masih dijabat Richard Louhenapessy dan dirinya mendapat respons bahwa untuk pembangunan di kawasan trotoar adalah domain gubernur.
“Jadi ini pembangunan lapak di trotoar pasca pembongkaran besar besaran, dan pedagang tidak ada tepat, termasuk jalan jalan sudah ditertibkan, dan pedagang pun mengeluh kepada saya sehingga saya lakukan komunikasi dengan pak Wali dan jawaban pak Wali untuk bangun lapak di trotoar itu domain gubernur, ” jelas Alham kepada Patrick Papilaya.
Alham pun menyampaikan karena sudah mendapat pikiran dari Walikota Ambon, yang masih dijabat Richard Louhenapessy. Alham pun terlibat dalam komunikasi dengan Azis Tuni yang kini adalah Ketua HIPMI Maluku yang membuahkan hasil dan lapak di kawasan trotoar pun bisa berdiri hingga saat ini, dan sebagian sudah ditempati pedagang.
Lanjut, dalam pembicaraan, Alham juga menyampaikan sebagai rasa terimakasih dia pun memberikan uang ke Azis Tuni karena pedagang sudah bisa memiliki kios sebagai tempat usaha, bahkan Alham juga sempat menyampaikan jika bangunan sudah jadi atau sudah selesai ada juga bentuk ucapan terimakasih kepada gubernur.
“Sebagai tanda terimakasih beta (saya) ada kasih uang untuk Abang Azis, dan kalau sudah selesai nanti pak gub pung ada lai, ” ucap Alham dalam pembicaraan dengan Patrick Papilaya.
Tidak hanya itu, menjawab pertanyaan Patrick Papilaya, terkait besaran uang yang diberikan ke Azis Tuni, Al Muhammad menyampaikan diberikan bertahap.
” Pertama itu delapan puluh, setelah itu 50, bertahanlah karena setiap di kepentingan keluar Jakarta untuk urus urus HIPMI itu dia minta bantu dan kisaran dua ratus lebih,” ungkapnya
Sebelumnya dalam percakapan tersebut, Alham mewanti wanti, apakah pembicaraan bisa di rahasiakan? karena ini menyangkut nama Gubernur Maluku. Bahkan Al Muhammad juga sempat menyampaikan apakah masalah ini bisa membuat Azis Tuni Marah, Patrick Papilaya pun menyampaikan ini soal kebenaran.
Diungkapkan Al Muhammad, bahwa dirinya sudah memperingatkan Azis Tuni untuk tidak terlalu sering meminta uang karena harus memikirkan para pedagang.
Sebenarnya beta sudah rem-rem (sabar), karena lapak itu milik pedagang, nanti dikira beta memanfaatkan pedagang karena beta juga masih pikir pak gub yang kasih izin,” ujar Alham
Selang beberapa waktu, kata Alham, Azis Tuni pun menanyakan ke Al Muhammad terkait jatah Gubernur Maluku. Merasa ditodong Al Muhammad pun menjawab untuk memberikan waktu sehingga dia bisa mendapatkan uang untuk diberikan ke Gubernur Maluku, dan dirinya memberikan uang sebesar Rp100 juta ke Gubernur Maluku melalui Azis Tuni walaupun jumlahnya tidak sebesar yang dijanjikan yakni sebesar Rp150 juta.
” Bisa ka seng (Bisa atau tidak-red) sebesar Rp, 100 juta, kasihan karena beta (saya) tidak bisa memaksakan pedagang,” tuturnya pula.
Dalam pembicaraan tersebut, Alham juga sempat menyebutkan nama QP sosok yang dinilai cukup dekat gubernur yang diinfokan bakal mengelolah Pasar Mardika.
Sementara itu, Patrich Papilaya yang seolah ingin mencari lewat pembicaraan dengan Alham dengan lugas meyakinkan bahwa uang diambil Azis Tuni tidak diberikan ke Gubernur Maluku.
Beta (saya ) berani jamin, abang Azis ambil uang itu dan pakai uang itu, ” tegas Patrick meyakinkan lawan bicaranya itu.
Tidak sebatas itu, terkait hal dimaksud, diduga kuat hal ini sudah diketahui Istri Gubernur Maluku, Widya Murad Ismail karena dilaporkan oknum tertentu.
Dalam percakapan, Patrick juga sempat menggunakan kata Bunda, dimana bentuk kata – kata ini bernada pengaduan atas apa yang dilakukan Azis Tuni dengan sejumlah point yakni terkait Pengurusan Trotoar. Azis yang diduga meminta uang dari Ketua Asosiasi sekitar Rp180 juta, dan itu dikasih secara bertahap. Terus, Azis kembali meminta uang dari Ketua Asosiasi saudara Al Muhamad sejumlah Rp 100 Juta.
“Itu untuk Abang Azis sebagai ucapan terimakasih untuk di kasih ke Pak Gub dan mau kasih ketemu mereka sama Pak Gub,”ucap Alham dalam rekaman telepon itu.
Soal isu tersebut, Azis Tuni yang dikonfirmasi, rabu (7/9/2022) menegaskan apa yang dituduhkan sama sekali tidak pernah benar, bahkan hal itu merupakan bentuk fitnahan. Dia, katanya tidak pernah membawa nama Gubernur untuk meminta uang.
“Itu berita ini fitnah,” tegasnya.
Dia mengakui memiliki hubungan baik dengan para pedagang di Mardika karena pernah membantu advokasi para pedagang saat relokasi pasca rehabilitasi pasar Mardika. Namun soal adanya jatah uang, apalagi bawa – bawa nama Gubernur Maurad dia mengatakan itu tidak benar dan ini fitnah.
Sebagai catatan klarifikasi atas pemberitaan media, Ketua HIPMI Maluku ini menegaskan sejumlah point penting diantaranya berita yang diterbitkan tidak benar dan fitnah. Selain itu sebagai Ketum HIPMI Maluku dan juga orang dekat Gubernur, dirinya tidak pernah menyabotase nama Gubernur untuk kepentingan pribadinya apalagi meminta uang di pedagang Mardika.
“Saya punya hubungan sangat baik dengan para pedagang Pasar Mardika, khususnya yang berhimpun di Asosiasi Pedagang Pasar Mardika Ambon (APMA). Sejak terjadi relokasi lebih dari 2000 pedagang saat Gedung Pasar Mardika Ambon direhabilitasi lewat dana APBN, saya ikut mengadvokasi para pedagang untuk mendapat tempat jualan yang layak,” terangnya.
Terkait berita yang tersebar luas itu, “ucapnya,” dia meminta Ketua APMA, Alham Valeo, bisa memberikan penjelasan dan klarifikasi sehingga tidak menimbulkan opini yang semakin membias di masyarakat.
“Atas nama pribadi, saya minta maaf kepada Gubernur Maluku Bapak Murad Ismail, karena berita ini telah membawa nama Pak Gubernur. Beliau saya sudah anggap bukan saja sebagai pemimpin di daerah ini, tapi sudah sebagai orang tua saya. Pak Gubernur orang baik, dan saya tidak akan berkhianat kepada beliau dengan masalah seperti ini,” jelasnya.
Sebagai mantan pekerja media, Azis berharap agar pemberitaan media juga dapat berimbang. Tidak menghakimi. Sebab ada kode etik jurnalistik yang mesti dijunjung tinggi.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Mardika Ambon (APMA) saat dihubungi media ini membantah tidak pernah memberikan uang kepada Gubernur Maluku.
” Itu tidak betul bang, tidak ada setoran ke Bapak gubernur, ” jawabnya singkat.
Sementara itu, Patrick Papilaya yang juga dikonfirmasi soal rekaman via messenger ketika ditanya soal rekaman percakapan yang diduga dilakukan dirinya dengan ketua APMA justru membalas dengan pertanyaan.
Apa lai, “ ungkapnya singkat.
Guna memastikan apakah dirinya mengetahui bahwa dugaan pembicaraan dirinya dengan ketua APMA sudah viral atau tersebar, dia pung mengiyakan hal itu.
“Ia” jawabya singkat.
Risman Wahab Solissa melalui akun facebooknya mendesak Polda Maluku untuk mengusut tuntas dugaan mafia di Pasar Mardika.
Dalam tulisannya itu, Risman mengungkapkan, dengan beredarnya rekaman percakapan yang melibatkan Ketua Umum HIPMI Maluku, AZis Tuny diduga Melakukan pemerasan terhadap pedagang pasar mardika ratusan juta rupiah.
“Polda maluku harus tegas dan secepatnya proses hukum tindakan pemerasan masyarakat di Pasar Mardika Ambon.
Menuritnya, Ketua umum HIPMI Maluku diduga telah memanfaatkan kedekatan dia dengan gubernur maluku, untuk melakukan pemerasan terhadap masyarakat kecil tanpa memikirkan penderitaan yang dialami oleh masyarakat/ pedagang pasar mardika
“Ini adalah transaksi gelap yang dilakukan tanpa persetujuan atau surat izin apapun yang keluar dari pemerintah provinsi maupun pemerintah kota Ambon. Maka Asis Tunny selaku ketua HIPMI tidak punya wewenang Untuk Melakukan Pungutan dan atau pemerasan terhadap pedagang pasar mardika.” tekannya.
Dan Kepada Pak Gubernur Drs. Murad Ismail, S.H. M.H “ tegasnya” harus melakukan Klasifikasi terhadap tindakan yang dilakukan oleh Asiz Tunny. Sebab dalam rekaman tersebut katanya uang ratusan juta rupiah yang dipungut itu untuk Gubernur Maluku.
Maka daripada itu pak gub harus klasifikasi fakta agar masyarakat Maluku dan indonesia dapat mengetahui masalah yang sebenarnya dan juga tidak jadi polemik di public. Agar Nama Pak Gub tidak tercoreng di hadapan masyarakat Maluku. Dalam tulisannya itu, dia juga seolah memprotes Pemerintah kota Ambon, jangan kehilangan akal sehat.
“Dengan memberikan Izin kepada Pedagang Untuk menjual di Atas Trotoar Ini sudah melanggar Undang-Undang dan juga peraturan daerah. Maka dengan tegas pemerintah harus mengembalikan fungsi trotoar agar tidak terkesan pemerintah mengambil hak bagi pejalan kaki. (TS 02)
Discussion about this post