Titastory.id, Ternate – Puluhan siswa berprestasi Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Kota Ternate, Maluku Utara, menggelar aksi di pelataran sekolah, pada Rabu (5/2/2025). Mereka menuntut pihak sekolah bertanggung jawab atas penginputan data siswa di Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS).
Sebab ada 99 siswa yang datanya belum diinput oleh operator sekolah dari 106 siswa berprestasi. Sehingga ratusan siswa kelas XII yang berencana mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi negeri melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) dan Seleksi Prestasi Akademik Nasional Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (SPAN-PTKIN) pada tahun terancam tidak bisa mengikuti seleksi.
Informasi yang dihimpun masalah kelalaian sekolah tidak menginput data siswa di PDSS sudah terjadi sejak tahun 2016. Kemudian pada 2020 kembali terjadi, saat itu ratusan siswa terancam tidak bisa mendaftar melalui jalur prestasi. Hal yang sama kembali terjadi sepanjang tahun 2021 dan 2022. Kendati begitu pihak sekolah tidak pernah mengevaluasi masalah tersebut hingga hal serupa terjadi kembali pada tahun 2025.
Pantauan Titastory.id aksi siswa ini berlangsung di pelataran SMAN 3 Ternate sejak 08.00 sampai 12 .00 WIT. Para siswa membentangkan spanduk bertuliskan “Sekolah Lalai Murid Terbengkalai”.
Ratusan siswa ini sempat hering dengan pihak sekolah, dan operator yang sudah melakukan kelalaian berulang kali selama satu jam. Namun lantaran tuntutan belum ada kesepakatan mereka masih membentangkan spanduk dan melanjutkan aksi.
Dwi Mitasari, koordinator aksi menegaskan, aksi yang digelar merupakan respon terhadap kelalaian pihak sekolah yang tidak menginput data sejumlah siswa berprestasi di PDSS atau sebagian tidak selesai diinput.
Padahal panitia sudah memberikan waktu selama satu bulan sejak 6-31 Januari , namun pihak sekolah tidak menyelesaikan dan hanya ada tujuh orang siswa yang datanya difinalisasi serta diinput.
Sehingga 99 orang siswa terancam tidak bisa mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi melalui jalur prestasi. Disamping itu proses penguploadan data siswa batas sampai 2 Februari lalu.
“Kami minta sekolah bertanggung jawab atas hak-hak sebagai siswa,” tegas siswa kelas 12 ini usai melaksanakan aksi kepada reporter Titastory, pada Rabu (5/2/2025).
Ketua Osis SMAN 3 ini mengaku masalah sekolah lalai menginput data siswa di PDSS sudah terjadi berulang kali, bahkan berdasarkan informasi yang diketahui sebanyak 3 sampai 4 kali masalah yang sama terjadi. Namun sekolah tidak pernah melakukan evaluasi operator. Buruknya kepala sekolah tidak melakukan pemantauan terhadap proses input data para siswa di PDSS, hingga semua siswa jadi korban.
Dia menyatakan, dalam aksi ini ia bersama teman-teman membawa tiga tuntutan yakni pihak sekolah harus segera mencopot operator sekolah yang sudah melakukan pelanggaran berulang kali, serta mendesak sekolah berupaya untuk menginput data siswa. Karena berdasarkan informasi yang didapat masih ada kesempatan sekolah untuk mengupload data siswa hari ini pada 17.00 WIT.
Namun, jika ratusan siswa datanya tidak terupload secara keseluruhan oleh pihak sekolah, maka pihaknya meminta sekolah membiayai bimbel eligible 106 siswa.
“Sekolah lalai setiap tahun. Tapi anehnya operator tidak dicopot. Jadi kami minta operator dipecat. Kemudian Kepala sekolah juga tidak memantau soal apakah data kami sudah diinput di PDSS dan tidak ada pergerakan apa-apa untuk melihat nasib kami. Untuk itu pemerintah harus evaluasi kepala sekolah,” tekannya.
Hal serupa juga diakui oleh salah satu orang tua siswa yang meminta namanya tidak dipublish. Dia mengaku anaknya masuk urutan pertama sebagai salah satu siswa berprestasi di SMAN 3 Ternate. Namun pihak sekolah dalam hal ini
Operator tidak memasukkan data anaknya bersama siswa lainya. Akhirnya anaknya tidak bisa mendaftar masuk perguruan tinggi melalui jalur prestasi.
“Operator tidak mengupload data banyak siswa termasuk anak saya korban, dengan alasan pekerjaan banyak dan tidak punya waktu. Jadi kami menuntut sekolah bertanggung jawab. Ini merugikan kami,” ungkapnya.
Meski operator tidak mengupload data siswa PDSS kata dia, kepsek SMA 3 hanya melaksanakan rapat bersama guru. Itu pun dilakukan jelang penutupan penginputan data siswa awal Februari lalu. Begitupun ketika ia menghubungi kepala sekolah untuk menanyakan nasib anaknya, kepsek justru membalas pesan singkat “terima kasih”. Setelah itu sudah tidak menanggapi dan justru seolah melepas tangan.
“Ini kepsek juga harus bertanggung jawab. Sebab tidak ada pengawasan dalam proses penginputan data, akhirnya semua siswa termasuk anak saya korban. Dikbud harus ambil langkah evaluasi kepsek SMA 3,” tegasnya.
Ia mengaku masalah data siswa berprestasi yang datanya belum difinalisasi ini bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya tahun 2020 hal yang sama terjadi. Namun pihak sekolah tidak pernah mengevaluasi operator yang bersangkutan.
“Kepsek tidak pernah belajar dari masalah sebelumnya masalah terjadi lagi. Sekolah harus penuhi hak siswa bukan mematikan masa depan siswa,” tekannya.
Jafran Suraji Naya, Kepsek SMAN 3 Ternate, saat dikonfirmasi beralasan sudah memberikan data siswa yang berprestasi untuk diupload. Bahkan berdasarkan rapat Desember lalu, dirinya sudah melakukan pengawasan, namun ada berbagai alasan dari operator bahwa sedang siswa mengurus masalah lainya.
“Ternyata operator belum upload. Jadi kami sudah jelaskan ke siswa,” alasnya.
Kata dia mengenai adanya orang tua siswa yang memprotes namun tidak direspon dia membantah. “Sata sudah merespon semua keluhan dengan meminta maaf,” katanya.
Meski begitu ketika ditanya mengenai tuntutan mahasiswa, ia tidak memastikan apakah ratusan siswa bisa akan bisa diakomodir data dalam PDSS pada hari ini, karena masih ada kesempatan menginput data para siswa sampai jam 17.00 WIT.
Dia juga tidak memastikan akan mengabulkan tuntutan siswa mengenai sekolah wajib membayar bimbel siswa berprestasi selama tiga bulan dan soal tuntutan mencopot operator sekolah.
“Soal tuntutan nanti kami rapat dulu dengan guru saya belum bisa ambil keputusan,” pungkasnya.