titastory.id,.- Ikatan Mahasiswa Tolikara (IMT) yang sedang menyelesaikan studi di Kota Ambon, mendesak Pemkab Tolikara untuk memperhatikan nasib mereka ditengah pandemi Covid-19. Pasalnya, mereka dalam kondisi kesulitan akibat PSBR yang diterapkan dan hingga detik ini belum mendapat bantuan apapun.
Permintaan ini disampaikan lewat rilis yang diterima redaksi titastory.id, senin (4/5/2020).
Dalam rilisnya, Ketua Ikatan Mahasiswa (IMT) Tolikara kota studi Ambon-Maluku, Natan Weya menjelaskan, sesuai dengan intruksi Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo (JOKOWI), melalui kementerian kesehatan, seluruh Warga Negara Indonesia, harus selalu menjaga kesehatan dan berdiam diri dirumah.
Kebijakan ini ditempuh untuk menghentikan penyebaran pandemi Covid -19. Kebijakan Kkarantina diri di rumah masing-masing juga didasarkan pada UU Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Karantina Kesehatan.
“Inpres sudah diterbitkan untuk menyikapi semakin meluasnya penyebaran virus Corona, dan mempercepat pelaksanaan pengadaan barang dan jasa guna mendukung percepatan penanganan Covid 19 melalui UU No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana. Ada juga Peraturan pemerintah No 21 Tahun 2008 tentang penyalahgunaan bencana, peraturan pemerintah No 22 tahun 2008 tentang pengadaan dan pengelolaan bantuan bencana, PP No 16 tahun 2018 tentang pengadaan barang dan jasa. Disamping itu, Peraturan presiden No 17 Tahun 2018 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam keadaan tertentu,”jelasnya.
Menyikapi berbagai aturan tersebut, Weya menghimbau pemerintah kabupaten Tolikara untuk membuka diri dan mata atas kondisi masyarakat dan juga nasib mahasiswa Tolikara yang sedang menimba ilmu diberbagai daerah di Indonesia.
“Dampak dari pada pandemi virus yang mematikan ini, kami mahasiswa asal Tolikara se Indonesia mengalami kesulitan, sebab pemerintah menerapkan semua akses ditutup untuk sementara, namun aktivitas perkulihaan seperti proses belajar mengajar tetap berjalan seperti biasa melalui kuliah Online,”ucapnya.
Weya menyebutkan, sejak wabah Covid 19 merebak Februari 2020, hingga detik ini pemerintah Tolikara seakan lepas tangung jawab dan tidak memperdulikan nasib mereka.
“Saya selaku ketua korwil kota studi Ambon-Maluku bersikap tegas kepada pemerintah daerah, agar segera menyalurkan bantuan dalam bentuk sembako dan uang kepada semua mahasiswa asal Tolikara diseluruh Indonesia, sebab kami mengalami krisis,”tukasnya.
Apabila permintaan ini tidak ditindaklanjuti, Weya memastikan generasi emas Tolikara akan mati sia-sia karena kelaparan.
Dalam tuntutannya mereka mengkritisi sikap pemerintah kabupaten yang seakan lepas tangung jawab dan tidak serius melihat nasib mahasiswa. Mereka juga menuntut agar Bupati segera mencopot jabatan kepala dinas P&P, karena tidak mampu bekerja melayani pendidikan di Tolikara termasuk nasib mahasiswa.
“Kami Mahasiswa /I Tolikara seluruh Indonesia, menuntut kepada pemerintah tolikara harus menyediakan computer/laptop dan wifi di setiap kota study, karena proses kuliah melalui online . Selain itu, harus segera salurkan hak – hak mahasiswa, berupa pemodokan/kontrakan, hak study akhir Mahasiswa,”tegasnya.
Kepada kepala Dinas P&P Kabupaten Tolikara, Yunius Tabuni, mahasisa meminta agar dalam menagani kebutuhan dan membangun komunikasi dengan mahasiswam jangan menerapkan sukuisme. “Gunakan jalur badan pengurus atau ketua korwil,”pinta mereka.
Gubernur Papua juga diminta untuk mentampaikan teguran atas kinerja Bupati Tolikara yang lalai menjalankan tugasnya (ST-01)
Discussion about this post