Ternate, – Sampah menjadi salah satu masalah lingkungan paling serius yang dihadapi warga Kota Ternate. Di sepanjang saluran air, barangka (kali mati), hingga pesisir pantai, tumpukan sampah menjadi pemandangan sehari-hari. Namun di tengah keputusasaan itu, sekelompok anak muda Ternate mencoba memecahkan masalah dengan cara sederhana namun berdampak: memasang jaring perangkap sampah di jalur air menuju laut.
Mereka menamakan diri Komunitas Anak Muda Sadar Sampah (ANKAM). Sejak awal Oktober, kelompok ini berkolaborasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Ternate dan sejumlah komunitas lokal lain untuk memasang dua titik jaring perangkap sampah di kawasan barangka (kali mati) Kelurahan Makassar Timur, Kecamatan Ternate Tengah.

“Pemasangan jaring ini tindak lanjut dari aksi bersih-bersih yang kami lakukan bulan lalu. Waktu itu, setelah dibersihkan, keesokan harinya volume sampah kembali sama banyaknya. Dari situ kami sadar, perlu ada cara untuk menghentikan aliran sampah sejak dari hulunya,” ujar CEO ANKAM, Fajar Megantara Wiradisastra, kepada Halmaherapedia, Selasa (14/10/2025).
Dua Titik Strategis Penghalau Sampah
Dua jaring dipasang di lokasi yang dianggap paling krusial:
- Di perbatasan antara Kelurahan Kampung Makassar Timur dan Gamalama, tepat di belakang Toko Makmur Utama, tempat penumpukan sampah sering terjadi.
- Di kawasan permukiman padat di Makassar Timur, yang hingga kini masih tercatat sebagai wilayah kumuh di Kota Ternate.
Menurut Fajar, jaring perangkap ini berfungsi menyaring sampah sebelum sampai ke Pangkalan 40, titik akhir aliran barangka yang bermuara ke laut.
“Karakteristik wilayah kita itu dari hulu ke hilir semua bermuara ke laut. Idealnya, semua ujung barangka yang menuju laut dipasangi jaring seperti ini. Tidak cukup satu atau dua, mungkin lima atau lebih — asal bisa dijangkau petugas untuk pengangkutan,” jelasnya.
Sinergi Komunitas dan Pemerintah
Langkah ini disambut positif oleh DLH Kota Ternate. Kolaborasi dengan komunitas muda dianggap penting dalam mendorong kesadaran kolektif menjaga kebersihan.
Namun, Fajar menekankan, pemasangan jaring bukan solusi tunggal. Ia berharap pemerintah memperkuat kebijakan pengelolaan sampah dan memberi perhatian pada masyarakat yang tinggal di bantaran barangka.
“Sebagian warga di Makassar Timur hidup di atas air, dan memang sebagian sampah datang dari rumah tangga. Tapi banyak juga yang berasal dari wilayah lain, terbawa arus. Kalau dibiarkan, ini bukan cuma merusak laut, tapi juga memicu penyakit,” ujarnya.
Dari Aksi Bersih Jadi Gerakan Kolektif
Bagi ANKAM, gerakan ini bukan sekadar soal sampah. Lebih dari itu, mereka ingin membangun kesadaran ekologi baru di kalangan muda Ternate — bahwa menjaga laut berarti menjaga identitas kota yang dikenal sebagai kota kepulauan.
“Laut Ternate itu indah, punya potensi wisata besar. Jangan sampai tercemar terus-menerus oleh sampah dari darat. Ini bukan sekadar bersih-bersih, tapi soal martabat kota,” tutup Fajar.
Sumber: Halmaherapedia.com