titastory, Seram Timur – Di pelosok Seram Timur, di tanah adat yang sunyi dan sarat mistis, ada sebuah tarian sakral yang mengisahkan perjalanan sejarah, identitas, dan perjuangan hidup. Tarian Lidi, atau Yesuriun Berjalan, adalah jantung tradisi masyarakat Suku Bati, menari di antara jejak leluhur dan tantangan masa kini.
Tidak sembarang orang boleh menyaksikan apalagi mengikuti tarian ini. Tarian Lidi adalah warisan kuno yang turun-temurun dipentaskan dalam upacara adat, seperti pelantikan raja, penyambutan tamu agung, hingga ritual penyatuan komunitas. Gerakannya yang penuh makna bukan sekadar seni pertunjukan, tetapi juga cara Suku Bati berkomunikasi dengan alam dan leluhur.
Menurut sejarah lisan yang dijaga rapat oleh para tetua adat, Tarian Lidi adalah bagian dari perjalanan besar masyarakat Alifuru Bati ketika mereka turun dari hutan dan gunung untuk menetap di wilayah adat mereka. Ini bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga simbol perjuangan kolektif untuk menemukan tempat di dunia. Setiap gerakan adalah pesan; setiap formasi adalah cerita.
Dalam tarian ini, kelompok dipimpin oleh seorang Kapitan, atau pemimpin perang. Ia berdiri di garis depan, memegang parang dan perisai, melambangkan keberanian dan perlindungan. Di belakangnya, kelompok penari membawa tombak, panah, dan senjata lain, sementara irama tifa dan bunyi kulit siput mengiringi langkah-langkah mereka.
Simbolisme dalam Tarian Lidi
Setiap bagian formasi memiliki makna khusus:
- Dobol Bon (Bagian Kepala): Dipimpin oleh marga tertentu yang mewakili kekuatan dan kehormatan.
- Dobol Nasunggut (Bagian Tengah): Melambangkan keseimbangan dan solidaritas.
- Dobol Muru (Bagian Ekor): Menggambarkan perlindungan dan ketahanan.
Barisan yang bergerak serempak, dengan kepala, tubuh, dan ekor formasi yang saling terhubung, menciptakan visual yang megah. Ribuan orang turun dari hutan dengan tarian cakalele yang menggelegar, seolah ingin menunjukkan kepada dunia bahwa mereka adalah bangsa yang solid, tangguh, dan harmonis dengan alam.
Namun, Tarian Lidi bukan hanya tentang masa lalu. Dalam setiap pementasannya, ada pesan kepada generasi muda untuk menjaga identitas dan solidaritas. Ia menjadi pengingat bahwa kekuatan tidak hanya terletak pada senjata, tetapi juga pada kebersamaan.
Bagi masyarakat Bati, tarian ini adalah bukti bahwa meski zaman berubah, akar mereka tetap kokoh. Gerakan tarian yang seolah menyatu dengan angin gunung dan suara alam, menggambarkan kedekatan mereka dengan dunia spiritual dan lingkungan.
Menonton Tarian Lidi bukan hanya menikmati keindahan seni, tetapi juga memasuki ruang sejarah yang hidup. Ini adalah undangan untuk memahami bagaimana budaya dan identitas dapat bertahan meski menghadapi gelombang perubahan zaman.
Jadi, jika suatu saat Anda berkesempatan mengunjungi tanah Seram, biarkan diri Anda larut dalam irama Tarian Lidi. Di sana, Anda akan menemukan tidak hanya keindahan, tetapi juga cerita tentang keberanian, perjuangan, dan cinta yang tak lekang oleh waktu.
Penulis: Ongen Pattihena | Editor: Christ Belseran