Tantangan Ganda Literasi Maluku: Melawan Hoaks dan Mengajak Milenial Kembali ke Buku

11/11/2025
Keterangan gambar; Foto bersama di acara Bimtek Literasi oleh Dinas Perpustakaan Provinsi Maluku, Foto: Ed/titastory.id

Ambon, – Masyarakat Maluku kini menghadapi dua tantangan literasi sekaligus, menurunnya minat baca terhadap buku fisik dan derasnya arus informasi digital yang sulit disaring kebenarannya. Dua fenomena ini menandai perubahan besar cara masyarakat mengakses pengetahuan—dari halaman kertas ke layar gawai namun tanpa diimbangi kemampuan literasi informasi yang memadai.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Maluku, Elvi Yana Tikupasang, menyebut kondisi ini sebagai “tantangan literasi ganda”. Dalam kegiatan Bimbingan Teknis Literasi Informasi di Kota Ambon pekan lalu, ia mengakui bahwa banyak perpustakaan kini mulai sepi pengunjung.

“Perpustakaan mulai sunyi. Tapi justru di situlah ia berevolusi menjadi gerbang digital dan pelabuhan aman di lautan informasi,” ujarnya. “Kita harus menjembatani kesenjangan antara budaya baca tradisional dan kebutuhan verifikasi digital masa kini.”

Keterangan gambar: Laporan ketua Panitia penyelenggaraan Bimtek,Foto: Ed/titastory.id

Tiga Pilar Literasi: Penjaga Mercusuar dan Navigator Informasi

Menurut Tikupasang, ada tiga elemen utama yang menjadi garda depan gerakan literasi di Maluku: pustakawan, guru, dan pegiat literasi. Ketiganya disebut sebagai penjaga mercusuar dan navigator yang membantu masyarakat menavigasi derasnya arus disinformasi dan berita bohong yang mudah viral di media sosial.

“Mereka adalah mercusuar dan navigator. Mereka sangat dibutuhkan untuk menuntun masyarakat di tengah badai informasi yang sering kali menyesatkan,” katanya.

Ketiga pilar ini berperan strategis untuk membangun budaya berpikir kritis bukan hanya membaca, tetapi juga memahami, memverifikasi, dan menilai setiap informasi yang beredar.

Keterangan gambar: Peserta Bimtek Literasi, agenda Dinas Perpustakaan dan kerasipan Provinsi Maluku, Foto: Ed/titastory.id

Tiga Lensa Ajaib Melawan Hoaks

Dalam upaya menekan laju penyebaran hoaks, Elvi Yana memperkenalkan tiga “lensa ajaib” yang menjadi panduan sederhana bagi masyarakat dalam menilai validitas informasi:

• Lensa Sumber — menelusuri keaslian dan otoritas sumber informasi.
• Lensa Konteks — memahami motif, bias, dan tujuan di balik narasi yang disebarkan.
• Lensa Bukti — mencari data dan fakta yang terverifikasi untuk menguji klaim informasi.

“Ini adalah investasi jangka panjang untuk membangun masyarakat Maluku yang lebih cerdas, kritis, dan tahan terhadap manipulasi digital,” tegasnya. “Sesuatu yang viral belum tentu benar.”

Membangun Sinergi Literasi: Dari Buku ke Dunia Digital

Tikupasang menilai, kolaborasi tiga pilar literasi itu sangat penting untuk memastikan setiap warga memiliki “teleskop” literasi informasi yang tajam dan akurat.

Dengan sinergi pustakawan, guru, dan pegiat literasi, masyarakat diharapkan mampu memisahkan fakta dari opini, dan kebenaran dari propaganda.

“Kita ingin agar perpustakaan tidak hanya menjadi tempat menyimpan buku, tetapi ruang hidup yang menumbuhkan kesadaran kritis dan kreativitas,” ujarnya.

Hasil dari bimbingan teknis ini diharapkan dapat melahirkan agen-agen literasi baru di setiap kabupaten dan kota di Maluku—mereka yang tidak hanya menyebarkan informasi yang benar, tetapi juga mampu menarik kembali minat generasi muda pada dunia baca.

“Literasi bukan sekadar membaca. Ia adalah perisai kolektif terhadap ancaman disinformasi,” tutupnya.

error: Content is protected !!