titastory, Seram Utara Timur Seti – Puluhan hektar sawah di Desa Wailoping, Kecamatan Seram Utara Timur Seti, Kabupaten Maluku Tengah, terendam banjir setelah tanggul penahan air di wilayah tersebut jebol pada Sabtu, 4 Januari 2025. Banjir ini tidak hanya merendam lahan pertanian, tetapi juga merendam puluhan rumah warga dan mengganggu akses jalan utama desa.
Rezky (29), seorang petani muda asal Wailoping, mengatakan banjir seperti ini sudah menjadi pemandangan rutin setiap musim hujan tiba. Sungai Loping yang meluap akibat curah hujan tinggi kerap menyebabkan tanggul penahan air tidak mampu menahan derasnya arus. Akibatnya, sawah dan permukiman warga menjadi langganan banjir setiap tahun.
“Iya, kalau hujan deras pasti banjir. Ini sudah sering terjadi, seolah sudah menjadi tamu tahunan bagi kami di sini,” ujar Rezky saat ditemui di rumahnya yang turut terdampak banjir pada Sabtu sore.
Ia mengungkapkan bahwa banjir kali ini membuat para petani mengalami kerugian besar karena gagal panen. Tanaman padi yang baru berumur sekitar satu bulan rusak diterjang banjir. Kondisi ini memaksa petani untuk mengeluarkan biaya tambahan untuk menanam kembali padi yang hilang.
“Kerugian jelas besar. Kami harus menanam ulang dan itu butuh biaya. Kondisi ini terus berulang, dan kami hanya bisa pasrah,” tambah Rezky sambil memandangi genangan air di halaman rumahnya.
Banjir tidak hanya merendam sawah dan rumah warga, tetapi juga membuat akses jalan desa terganggu. Sejumlah pengendara roda dua dan empat terpaksa menghentikan perjalanan mereka karena tingginya genangan air di ruas jalan utama.
Koordinator Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Seti, Muktar Abdul Azis, menyebutkan bahwa sekitar 50 hektar sawah di desa itu terdampak banjir. Menurutnya, lahan tersebut dikelola oleh dua kelompok tani, dan umur padi di lahan tersebut rata-rata baru satu bulan.
“Hujan deras dengan intensitas tinggi menyebabkan tanggul jebol. Padahal, pada November lalu warga sempat melakukan perbaikan tanggul secara swadaya. Namun, tampaknya hasilnya belum maksimal sehingga tanggul kembali jebol,” jelas Muktar melalui pesan singkat.
Ia menambahkan bahwa perbaikan tanggul secara permanen membutuhkan perhatian serius dari pemerintah daerah. Upaya swadaya masyarakat hanya bersifat sementara dan tidak cukup kuat untuk menahan arus air saat curah hujan tinggi.
Rezky dan warga lainnya berharap pemerintah daerah segera turun tangan untuk memperbaiki tanggul dengan konstruksi yang lebih kokoh agar banjir tidak terus-menerus menghantui mereka setiap musim hujan tiba.
“Kalau tanggul ini tidak diperbaiki dengan benar, banjir akan terus datang setiap tahun dan petani akan terus mengalami kerugian,” pungkas Rezky.
Banjir yang terjadi di Desa Wailoping menjadi pengingat pentingnya penanganan infrastruktur penahan air yang memadai. Jika tidak, ancaman banjir dan kerugian ekonomi bagi petani akan terus berulang tanpa solusi nyata.
Penulis: Sahdan Fabanyo
Editor: Christ Belseran