titastory, London – LSM internasional Survival International mengeluarkan peringatan keras terkait kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Halmahera dalam rangka peresmian pabrik baterai kendaraan listrik. Organisasi ini menilai proyek sel baterai senilai US$ 6–7 miliar itu akan menjadi “bencana kemanusiaan” bagi sekitar 500 anggota masyarakat adat terisolasi O’Hongana Manyawa yang hidup di dalam hutan Halmahera.
Peneliti Senior Survival, Sophie Grig, menyebut peresmian tersebut sebagai langkah yang dapat menghancurkan habitat leluhur mereka, terlebih wilayah projek tambang nikel kini telah menutupi sekitar 40% tanah suku adat tersebut. Pabrikan baterai besar seperti CATL terlibat melalui kemitraan dengan pemerintah Indonesia dan PT Antam.
CATL, produsen baterai kendaraan listrik terbesar di dunia, akan menjadi mitra usaha patungan di pabrik baterai baru tersebut. Perusahaan ini memasok Volkswagen, Tesla, Ford, Stellantis, BMW, dan Mercedes-Benz.

Direktur Survival, Caroline Pearce, menekankan bahwa Sabah masyarakat adat ini berada di ambang “genosida ekologis” jika penggusuran hutan dan polusi berlanjut. Bahkan, beberapa produsen kendaraan listrik seperti Tesla mulai menyoroti potensi pembentukan “zona bebas tambang” sebagai syarat perlindungan masyarakat adat.
“Rencana ini mempercepat penghancuran hutan hujan yang menjadi rumah mereka,” tambah Pearce. “Jika rencana ini terus berlanjut, berarti rumah, penghidupan, makanan, tempat tinggal, obat-obatan, dan identitas masyarakat O’Hongana Manyawa akan hancur – dan ini akan membunuh keluarga-keluarga O’Hongana Manyawa.
Menurut Caroline, Mereka telah tinggal dan merawat pulau ini beserta hutannya sejak jaman dahulu – dan sekarang mereka dihancurkan atas nama cara yang seharusnya berkelanjutan untuk memerangi perubahan iklim.”

Ancaman Kehidupan & Budaya
O’Hongana Manyawa, juga dikenal sebagai Togutil, adalah masyarakat pemburu-pengumpul semi-nomaden yang menjaga hutan Halmahera sebagai habitat dan sumber kehidupan mereka. Saat ini, mereka menghadapi ancaman nyata atas kelestarian budaya dan fisik akibat invasi tambang massal. Belum lagi potensi krisis kesehatan jika kontak paksa memperkenalkan penyakit baru ke suku yang kekebalan alaminya lemah.

Survival International menyerukan kepada perusahaan EV seperti Tesla, Ford, dan Volkswagen agar menghentikan pembelian nikel dari wilayah yang mengancam masyarakat adat. Bahkan Tesla sudah menyatakan sedang mempertimbangkan zona bebas tambang sebagai kebijakan perusahaan. Tekanan ini memicu BASF dan Eramet membatalkan proyek Sonic Bay setelah publik global menyorot isu ini.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyatakan kerja sama dengan CATL dan Huayou untuk pabrik baterai EVakan dimulai di minggu ketiga Juni, dikelola dalam paket “Green Package” dari hulu hingga hilir di Halmahera Timur. Presiden Prabowo telah menyetujui peralihan investasi yang sebelumnya ditinggalkan LG Energy.

Tegas: Pilihan Antara Industri dan HAM
Survival menegaskan bahwa industri kendaraan listrik tidak boleh menabrak prinsip keberlanjutan sosial. Tanpa zona bebas tambang dan kejelasan perlindungan HAM, proyek EV di Halmahera hanya akan membawa kerusakan bagi komunitas adat yang paling rentan.
Meski tujuan awal proyek ini adalah mengentaskan Indonesia dalam rantai nilai baterai global, konsekuensi terhadap hak dan kelangsungan hidup masyarakat O’Hongana Manyawa menjadi risiko serius. Tekanan pada perusahaan internasional menunjukkan harapan bahwa industri akan bersikap lebih bertanggung jawab. Namun keputusan langkah pemerintah kini menjadi sorotan: apakah pembangunan akan sejalan dengan penghormatan terhadap hak-hak adat?