titaStory.id, jakarta – Ratusan masyarakat asal Maluku memadati tugu proklamasi, di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, sabtu (8/6/2024). Warga perantauan asal Maluku ini datang untuk menyaksikan dan terlibat dalam acara “Maluku Tabaos” di peringatan hari laut sedunia, yang jatuh pada tanggal 8 juni.
Agenda yang digagas mahasiswa asal Maluku adalah bentuk respons masyarakat Maluku terhadap sikap negara yang berlaku tidak adil terhadap provinsi yang berjuluk Negeri raja-raja.
“Laut Maluku Yang Kaya, Sudah Seharusnya Mensejaterahkan Masyarakat Maluku” adalah tema besar yang digelar adalah rangkaian acara Maluku Tabaos.
Maluku, hingga saat ini, masih dilihat sebelah mata oleh pemerintah pusat. Selain itu juga Maluku merasa masih dianaktirikan. Padahal laut Maluku selama ini telah berkontribusi dalam hal penyediaan sumber pendapatan negara ini.
Maluku Tabaos, merupakan pesan atau suara dari rakyat Maluku. acara ini merupakan sebuah inisiatif yang ingin mengunggah Negara bahwa Maluku sebagai salah satu provinsi yang memiliki nilai istimewa namun diabaikan dari segala sisi, baik pembangunan, pendidikan, kesehatan serta bidang bidang sosial lainnya.
Rencana pemerintah Indonesia untuk mengembangkan karakteristik sebagai negara bahari, dan laut Maluku merupakan salah satu jalur yang bisa menjawab ide pembangunan nasional tersebut mestilah diistimewakan dan tidak diperlakukan seperti anak tiri.
“Maluku Tabaos adalah semangat anak muda Maluku, untuk menyatakan bahwa Maluku itu ada, dan sudah berpuluh tahun berkontribusi untuk Negara RI. Namun Maluku masih dipandang sebelah mata, demikian diungkapkan Christina Rumahlatu, Ketua Steering Committee Maluku Tabaos.
Dia menegaskan inisiatif Maluku Tabaos adalah suara anak muda Maluku untuk menyatakan tentang identitas Maluku sebagai provinsi kepulauan yang memiliki potensi sumber daya laut yang memadai yang selama ini dikeruk sesuka hati namun masyarakatnya miskin, tertinggal dan termarjinalkan.
Nona asal Pulau Seram ini pun memastikan bahwa suara anak muda asal Maluku di Jakarta ini murni tergerak dari mereka, tidak memiliki tendensi kepentingan politik tapi murni adalah suara anak muda dan pemuda dalam hal ini mahasiswa yang ada di Jakarta.
“Jangan coba coba menjustifikasi bahwa Maluku Tabaos berdiri atas kepentingan, kami murni. Kami ingin Maluku diperhitungkan, bukan sebagai pelengkap,” tegasnya.
Momen peringatan Hari Laut Sedunia, kata Christina, adalah bagian kampanye mereka terhadap Negara dan Dunia untuk membangkitkan dan komitmen pembangunan berlandaskan pada karakteristik bangsa bahari dan visi besar Indonesia. Sehingga sudah sewajarnya disuarakan.
Provinsi Maluku, lanjutnya adalah daerah yang terletak di kawasan timur Indonesia, dikenal sebagai provinsi kepulauan dengan potensi kelautan yang sangat kaya. Memiliki luas lebih dari daratan, garis pantai yang panjang dan terletak dan memiliki sumber daya ikan di Laut Banda, Laut Seram, dan Laut Arafura yang merupakan pusat keanekaragaman hayati laut dan sumber daya kelautan yang melimpah.
Namun demikian fakta saat ini menurutnya berbanding terbalik. Maluku dari data Badan Pusat Statistik BPS Provinsi Maluku menempati urutan Keempat secara nasional. Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku (Persen), 2021-2023.
Provinsi Maluku, menurut perempuan Negeri Kairatu Seram Bagian Barat ini, dihuni banyak pengangguran, orang miskin, dan tertinggal dari sisi pendidikan, ekonomi, sosial, dan kesehatan.
“Ini membuat masyarakat Maluku seperti diam di tempat dan tertinggal dari provinsi lainnya di Indonesia,” cetusnya.
Sementara itu, Reza Maspaitella, ketua Latu Pati Kota Ambon dalam sambutannya mengatakan potensi laut yang luar biasa dari Maluku seharusnya menjadi kekuatan utama dalam menjaga kesejahteraan masyarakat Maluku.
Dikatakan Upu Latu Negeri Rutong ini, kekayaan sumber daya laut yang melimpah seharusnya memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat, memberikan lapangan kerja, dan merangsang pertumbuhan ekonomi lokal.
“Kami sebagai masyarakat adat merasa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pemanfaatan sumber daya laut ini dilakukan secara bijaksana dan adil, sehingga seluruh masyarakat Maluku dapat merasakan manfaatnya secara adil dan berkelanjutan,” kata Maspaitella saat tabaos di kawasan tugu proklamasi, Jakarta.
Mantan Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu menegaskan bahwa luas laut Maluku adalah 92,4 % dan luas dataran 7,6 persen, sehingga untuk membangun Maluku harus dengan regulasi yang baik dari pusat maupun daerah.
Ralahalu menegaskan, laut Maluku adalah pemersatu masyarakat Maluku dari ujung Halmahera sampai tenggara jauh. Dengan karakteristik sebagai wilayah kepulauan maka perlu ada regulasi UU Kepulauan yang hingga kini belum juga disahkan oleh pemerintah Indonesia, padahal upaya memperjuangkan UU Kepulauan telah dilakukan sejak lama, bahkan sejak masanya menjabat sebagai gubernur dan hingga kini masih diperjuangkan.
“UU Kepulauan hingga saat ini belum disahkan, dan sampai saat ini masih diperjuangkan,” ujarnya.
Gubernur dua periode ini juga menyampaikan, laut Maluku mestinya digunakan untuk Maluku di masa depan yang lebih baik, dan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional (LIN) serta Ambon New Port masih sebatas wacana.
Penjelasan ini pun seolah menjadi kritikan pedas ke Pemimpin Maluku yang baru saja menyelesaikan masa tugasnya dimana LIN dan Ambon New Port tak ada tanda tanda realisasinya.
Sehingga, Ralahalu pun meminta agar calon pemimpin akan datang haruslah memiliki relasi yang kuat serta lobi di tingkat Nasional sehingga bisa membawa perubahan untuk Maluku.
UU Otonomi daerah katanya, telah memberikan kewenangan sehingga daerah harus mampu mengelolah daerahnya. Sayangnya Maluku terkini masih ada dalam kemiskinan, ketertinggalan di bidang kesehatan, pendidikan dan ketertinggalan di sektor lainnya.
“Maluku sampai saat ini begitu-begitu saja,” katanya.
Dia meminta agar mahasiswa dan pemuda harus terus menyuarakan kondisi yang terjadi di Maluku sehingga dapat didengar oleh Pemerintah Pusat.
Acara Maluku Tabaos menurut Karel adalah hal yang baik, bahwa untuk Maluku tidak harus melalui pemerintah daerah. Menurutnya, jika pemda tidak memiliki nilai kreatifitas maka anak muda atau mahasiswa adalah satu-satunya harapan dan ujung tombak masyarakat yang ada di Provinsi seribu pulau ini. Sehingga momentum Maluku Tabaos yang dilakukan di tugu proklamator ini akan menjadi catatan bahwa maluku mesti memiliki pemimpin baru.
“November mendatang Maluku akan memilih pemimpin baru, pilihlah pemimpin yang bersahaja, memiliki ide dan gagasan, memiliki konsep jauh ke depan, memiliki solusi dan berani mengambil kebijakan agar Maluku tidak tertinggal,” ujarnya.
Ralahalu juga meminta agar masyarakat Maluku harus memilih pemimpin yang beretika, sopan dan santun ketika berbicara dan takut akan Tuhan.
“Jangan pilih pemimpin yang suka bamaki, etika dan kesopanan itu penting,” tegasnya.
Dia pun meminta agar identitas adat dan budaya tetap dijaga, demikian juga para pemimpin yang nantinya akan memimpin Maluku kedepan.
“Saya titip Maluku untuk anak anak muda Maluku, ingat pilihlah pemimpin yang mengerti tentang Maluku,” tutupnya.
Sementara itu, “Maluku Tabaos” ini juga diisi berbagai rangkaian acara budaya oleh mahasiswa dan pemuda Maluku, dimulai dari musik totobuang dan lagu-lagu tanah (Hena Masa Waya), tarian cakalele, lagu pela gandong, tarian cendrawasih oleh mahasiswa Aru. Selain itu acara “Tabaos Maluku” ini juga turut disemarakan oleh artis-artis lokal Maluku seperti Merry Gaspersz, Mario Siwabessy, Chaken Supusepa, serta sejumlah musisi Maluku lainnya.
Acara tabaos Maluku ini diakhiri dengan penandatangan petisi dan pernyataan sikap himpunan masyarakat Maluku kepada Pemerintah Pusat saat ini dan juga Kepala Negara yang akan dilantik pada November 2024 mendatang. Petisi dalam kain putih ini nantinya akan diserahkan ke sejumlah Kementrian yang ada di Jakarta.
“Laut Maluku Sudah Seharusnya Mensejaterahkan Maluku”
Maluku Tabaos; “Sapa bale batu, batu gepe dia. Sapa langgar sumpah, sumpa bunu dia”
Discussion about this post