titastory.id,ambon– Sejumlah sopir angkutan kota (Angkot) , kembali turun jalan menggelar aksi demonstrasi dan mogok beroperasi, Selasa (12/11/2024). Mereka menggelar aksi pada beberapa titik, sehingga berdampak pada terjadinya penumpukan calon penumpang disejumlah ruas jalan, yang didominasi siswa sekolah. Aksi tersebut mendapat pengawalan dari aparat kepolisian.
Dalam tuntutannya, para sopir menyampaikan protes kepada Pemerintah Provinsi Maluku agar segera menetapkan tarif angkutan bagi transportasi online. Mereka juga minta agar kondisi Terminal Mardika yang dipadati pedagang segera ditertibkan agar dapat digunakan untuk aktivitas transportasi.
Aksi mogok di Kecamatan Nusaniwe, berlangsung di pertigaan Batu Gantung, Waihaong hingga depan mesjid Al Fatah.
Kemacatan Sirimua, aksi terpusat di kawwasan Karang Panjang (Karpan), Batu Merah dan Tanah Tinggi.
Kecamatan Baguala, para supir memadati depan mall ACC di Passo, dan lokasi Kecamatan Teluk Ambon, berpusat di Bundaran Poka.
Aksi demonstrasi serupa sebelumnya juga telah dilakukan oleh para supir angkot beberapa waktu lalu, dengan tuntutan yang sama agar pemerintah melakukan penertiban operasi transportasi online Maxim.
Ketua Tim Sopir angkot Kudamati, Ongen Hahua mengatakan, aksi sebagai bentuk protes terhadap Pemprov Maluku yang hingga kini belum membuat regulasi serta penetapan tarif.
Menurutnya, hal ini pernah dibahas sebelumnya, dan Pemkot Ambon sudah berkoordinasi serta berjanji untuk membentuk tim, namun ternyata hingga saat ini tidak ada realisasi.
“Tiga tahun lalu sudah dibahas, hanya belum penetapan tarif dan regulasi. Pemkot berjanji akan bentuk tim tapi hingga saat ini belum juga,” ungkap Hahua.
Menyikapi aksi tersebut, Kapolsek Nisaniwe, Iptu Jhon Anakota berjanji akan membantu untuk menyampaikan tuntutan para sopir. Ia juga mengajak semua pihak untuk menjaga kondisi Kamtibmas di Kecamatan Nusaniwe, agar kondusif dan aman.
“Kami akan sampaikan, dan terpenting mari kita jaga Kamtibmas di kecamatan Nusaniwe yang aman. Mari kita jaga stabilitas di Nusaniwe,” pintanya.
Dalam pernyataan sikapnya, para demonstran menilai Pemerintah Provinsi Maluku tidak bersikap tegas terhadap transportasi online yang beroperasi.
Sementara itu, sejumlah penumpang yang terlantar memilih untuk menggunakan transportasi ojek, bahkan berjalan kaki. Sedangkan para siswa sekolah memilih untuk menumpang pada kendaraan-kendaraan yang melintas. Beberapa sopir pickup terlihat ikut membantu mengangkut para siswa yang memiliki rute yang sama dengan tujuan kendaraan. (TS-02)
Discussion about this post