TITASTORY.ID – Sudah puluhan tahun warga di sejumlah desa di Kecamatan Fena Fafan, Kabupaten Buru Selatan, Provinsi Maluku hanya bisa menikmati jalan rusak dan berlumpur.
Sejumlah desa di Kecamatan Fena Fafan seperti Desa Waeraman, Desa Waelo, Desa Siwatlahin, dan Desa Waekatin terisolasi akibat tidak adanya akses jalan raya.
Menurut warga setempat, kondisi ini sudah terjadi sudah puluhan tahun di desa-desa yang berada di kecamatan Fena Fafan. Apalagi jalan tersebut tidak layak karena jalan yang menghubungkan antar desa-desa tersebut kondisinya berlumpur.
“Kami masyarakat adat Fena Fafan meminta kepada Bapak Presiden Joko Widodo dan Pemerintah Pusat serta Gubernur Maluku agar bisa membantu masyarakat mendapatkan akses pembangunan jalan,”kata Aser Biloro seorang warga Fena Fafan.
Desa Waeraman merupakan salah satu dari sejumlah desa yang terisolir akibat jalan berkontur tanah yang rusak parah hingga menjadi lumpur.
Kondisi ini kata Aser, sejatinya warga telah berupaya meminta bantuan kepada pemerintah setempat dan pemerintah Provinsi Maluku untuk segera membuat jalan yang layak bagi mereka. Namun berbagai upaya telah disuarakan berulang kali namun hingga kini tak kunjung mendapatkan tanggapan.
Akibat tanah yang berlumpur dan terjal, Aser mengatakan harga kebutuhan pokok untuk menopang kebutuhan ribuan warga di sejumlah desa yang terisolasi itu melonjak.
“Kami tak punya pilihan lain. Jika harus keluar itu harus sulit. Motor tak bisa lewati jalan terjal dan berlumpur. Kami terpaksa mencarter mobil jenis strada untuk bisa sampai ke pusat ibukota,”tuturnya.
Selain harga sembako yang melonjak, Aser menambahkan biaya yang dikeluarkan untuk ongkos carter mobil ke kota juga terbilang mahal.
“Mau buat bagaimana lagi warga mengatakan sakit tidak punya pilihan, kebutuhan barang pokok akan tetap dipenuhi dan semuanya berasal dari pusat ibu kota kecamatan,”ungkapnya.
Kondisi ini semakin miris saat musim hujan tiba. Mobil-mobil yang melintasi jalanan berlumbur dan terjal terkadang membahayakan nyawa para penumpang.
Belum lagi, kata Aser, saat mobil melewati jalan yang berdekat jurang tanpa talud pembatas. Masyarakat harus bahu membahu untuk memperbaiki jalan terjal tersebut dengan alat seadanya. Kondisi ini menghindari resiko terburuk bagi pengendara.
“Bahkan karena berdekatan dengan jurang warga harus memagari sekitar badan jalan untuk menghindari mobil terperosok ke jurang,”ujarnya.
Meski para pengendara mobil ini sudah terbiasa melewati akses jalan yang rusak dengan resiko celaka, namun mereka kuatir dengan kondisi jalan tersebut.
“Sesekali mobil-mobil nyaris terjelembab ke jurang, terkena longsoran batu hingga terbalik ke jurang yang dalam,”tandasnya
Menurutnya, jalan tersebut merupakan akses jalan satu-satunya yang bisa dilewati pengendara dari dan menuju pusat kecamatan Fena Fafan menuju sejumlah desa.
“Kami belum pernah nikmati pembangunan infrastruktur jalan raya selama 76 tahun Indonesia Merdeka ini. Padahal kayu-kayu hasil hutan kami terus diambil untuk pembangunan Negara ini. Kami mohon dan minta sekali lagi tolong bangun jalan kami,”pinta pemuda adat asal Fena Fafan ini. (TS-01)
Discussion about this post