titaStory.id,ternate – Hadirnya proyek reklamasi di pantai Sangaji-Salero Kecamatan Ternate Utara dan pantai Kalumata, Kecamatan Ternate Selatan, Provinsi Maluku Utara korbankan masyarakat. Pasalnya kehadiran proyek pemerintah miliaran rupiah tersebut tidak memberikan dampak positif ke masyarakat sekitar malah meninggalkan masalah baru seperti banjir, sampah dan hilangnya mata pencaharian nelayan.
Hal pertama yang dirasakan warga khusus nelayan adalah mereka harus kehilangan tambatan perahu, karena lokasi tambatan perahu telah dibongkar untuk proses penimbunan. Perihal apa yang terjadi di kawasan pantai Sangaji Salero, warga pun tak dapat menjaring ikan. Sebab warga pun harus menyesuaikan diri pasang surut air laut.
“Jika air pasang perahu bisa keluar untuk mencari ikan, sebaliknya jika air surut maka nelayan tidak bisa mencari ikan. Dari sisi waktu kami rugi, seandainya tidak ada pengeringan tentunya dengan jaring kami bisa mendapatkan ikan. “ terang salah satu nelayan yang enggan menyebutkan namanya.
Lebih parah, halnya yang terjadi di Pantai Kalumata, proyek reklamasi berjarak 600 meter lebih juga menimbulkan dampak yang meresahkan warga.Tumpukan sampah menjadi kesan pertama, disertai dengan bau tidak sedap menyengat indra penciuman.
Proyek reklamasi ini diketahui dalam perencanaan mendiang mantan Wali Kota Ternate Alm Burhan Abdurrahman dan direncanakan akan menjadi salah kawasan ekonomi baru. Selanjutnya diera pemerintahan saat ini, Wali Kota Ternate M. Tauhid Soleman dalam rencana akan dibangun Rumah Sakit yang dalam rencana akan menelan Rp 1,6 triliun. Namun, belum terlaksana hingga saat ini.
Sahid, warga, mengakui penataan reklamasi menimbulkan banyak masalah bagi warga. Bahkan tak jarang menjadi penyebab kecelakaan untuk anak anak yang ada di sekitar pesisir pantai Kalumata.
“Dulu sebelum reklamasi, kami memasang jaring sore dan malam sudah bisa mendapatkan ikan. Tapi sekarang tempat ikan ini sudah tertimbun,” kata nya.
Sementara menurut Fandi dengan hadirnya proyek reklamasi parit yang merupakan jalur masuk dan keluar perahu nelayan telah dipenuhi dengan material pasir bercampur lumpur dan sampah plastik yang mengendap setinggi satu meter.
“Parit ini dulunya bersih dan dalam, sehingga perahu bisa masuk tanpa harus mengangkat mesin. Kini sudah dangkal dan banyak sampah tebal sehingga perahu nelayan tidak lagi leluasa bergerak, “ungkapnya.
Dia pun menerangkan, selama menjaring ikan hidungnya disibukkan dengan bau tak sedap. Bahkan kondisi ini lebih diperparah jika tidak ada angin yang bertiup. Bukan itu saja, saat hujan banjir pun tak terelakan dan luapannya masuk ke kawasan pemukiman warga. Penyebabnya karena jalur air berupa kalimati telah ditutupi material pasir, lumpur dan sampah plastik.
“Kalau banjir, parit ini terisi penuh air dan sampah, dan endapan lumpur pun menjadi sumber parit dangkal, sehingga ketika hujan maka rumah warga pun tergenang.
Untuk diketahui, proyek multiyears reklamasi Salero-Sangaji menyerap anggaran anggaran Rp 30 miliar, sementara reklamasi Kalumata bagian utara Rp 35 miliar, dan reklamasi Kalumata bagian selatan Rp 69 miliar. Karena penataan tidak tepat hasil reklamasi itu pun tidak ada gunanya. (TS 10)
Discussion about this post