titastory.id, ternate– Ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Ternate menggelar aksi demonstrasi yang menyoroti isu kerusakan lingkungan akibat aktivitas tambang nikel di wilayah mereka. Aksi tersebut juga menuntut tanggung jawab dari Presiden Jokowi atas dampak lingkungan yang ditimbulkan.
Demonstrasi ini dimulai dari kampus masing-masing dan berlanjut menuju Kantor Wali Kota Ternate, di mana para mahasiswa membawa spanduk dan poster yang menyuarakan berbagai tuntutan mereka.
Mereka mengkritik perusahaan-perusahaan tambang seperti PT IWIP, PT WBN, dan PT Tekindo yang dianggap merusak hutan dan ekosistem lokal. Selain itu, mahasiswa juga menyoroti masalah reklamasi, harga komoditi lokal, krisis air bersih, serta jaminan kesehatan bagi buruh.
Dalam orasinya, Fahril Fokatea, salah satu orator utama, menyampaikan bahwa Indonesia kini sedang mengalami krisis demokrasi, dengan Presiden Jokowi dianggap telah melangkahi berbagai capaian Reformasi 1998. Ia juga menuduh bahwa pemerintah lebih memprioritaskan kepentingan elit ekonomi daripada kesejahteraan masyarakat adat yang terdampak.
“Aktivitas tambang yang dijalankan hanya menguntungkan segelintir orang, sementara ribuan masyarakat adat harus kehilangan tanah mereka. Kami menuntut keadilan atas nama lingkungan dan hak-hak masyarakat lokal,” tegasnya.
Selain kerusakan lingkungan, Fahril juga mengecam dugaan penggunaan kekuasaan oleh Presiden Jokowi untuk menekan oposisi dan mengendalikan lembaga-lembaga negara demi kepentingan politik pribadi dan keluarganya.
Ia mendesak agar Presiden Jokowi segera bertanggung jawab atas berbagai kebijakan yang dianggap merugikan lingkungan dan masyarakat luas. Menurutnya, tindakan ini bukan hanya soal lingkungan, tetapi juga soal keadilan sosial.
“Kami meminta agar Presiden Jokowi bertanggung jawab sebelum masa jabatannya berakhir, sehingga seluruh rakyat Indonesia tahu apa yang telah terjadi di bawah kepemimpinannya,” pungkas Fahril. (TS-10)
Discussion about this post