titastory.id, maluku tengah – Dibalik rerimbunan pohon dan desiran ombak di pesisir Seram Selatan, di sebuah dusun Missa, Desa Haya, berdirilah sekolah yang lebih banyak bercerita tentang harapan daripada kemegahan. SMA Muhammadiyah, sekolah sederhana dengan dinding papan yang mulai lapuk dan atap seng berkarat, menjadi saksi bagi ratusan langkah kecil yang setiap pagi menembus hutan dan sungai. Tak jauh dari pusat kota Masohi, hanya sekitar dua jam perjalanan, sekolah ini menyimpan kisah semangat yang melawan ketidaklayakan; anak-anak yang dengan gigih mencari ilmu di tengah segala kekurangan, guru-guru yang berjuang tanpa lelah mengajar dengan sumber daya terbatas.
Di sini, pendidikan bukan sekadar hak yang dituliskan dalam undang-undang, melainkan perjuangan sehari-hari yang bertumpu pada dedikasi dan tekad. Meski mereka terkurung dalam keterbatasan, semangat di SMA Muhammadiyah memancar, menyentuh hati siapa saja yang melihatnya. Mereka percaya, di atas kayu-kayu lapuk itu, mimpi besar sedang mereka bangun.
SMA Muhammadiyah ini dibangun pada tahun 2016, menampung siswa-siswi dari enam kampung di sekitar dusun Missa: Namasula, Suhuputi, Rumah Tiga, Missa, Waya Udara, dan Salamahu. Para siswa harus berjalan kaki menembus hutan dan sungai demi menggapai cita-cita. Banyak dari mereka menempuh perjalanan panjang, berangkat saat matahari baru muncul dan kembali saat hari mulai gelap. Meski begitu, semangat mereka untuk belajar tetap membara, menembus keterbatasan fasilitas yang mereka hadapi sehari-hari.
Selain masalah fisik bangunan, jaringan internet di sekolah ini hampir tidak ada. Keterbatasan sinyal membuat siswa-siswi dan guru-guru tidak dapat mengakses sumber belajar online, mengandalkan buku-buku yang terbatas dan kreativitas guru dalam mengajarkan materi pelajaran. Sekolah ini hanya memiliki enam guru non-ASN (honorer) dan satu kepala sekolah yang berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN). Meski dengan tenaga pengajar yang terbatas, para guru tetap berupaya memberikan pendidikan terbaik dengan cara yang mereka bisa.
Keprihatinan terhadap kondisi SMA Muhammadiyah ini diangkat oleh seorang pengguna TikTok dengan akun @ingidihu, yang mengunggah video kondisi sekolah dan mengungkapkan harapannya agar pemerintah dapat memberikan perhatian lebih. Unggahannya mengundang reaksi positif dari warganet yang menyuarakan agar fasilitas sekolah segera diperbaiki. Mereka menyadari bahwa pendidikan adalah hak dasar yang harus dinikmati oleh setiap anak bangsa tanpa memandang di mana mereka tinggal.
“Sekolah yang jauh dari kata layak tidak menghentikan semangat mereka untuk tetap bersekolah. Bahkan sekolah ini telah memiliki banyak sekali lulusan yang masuk universitas dan beberapa pekerja swasta,”ucap pemilik akun @ingidihu ini.
Meski begitu, kondisi ini ternyata tidak menghentikan semangat para siswa untuk belajar dan berjuang meraih cita-cita mereka. Meski tanpa fasilitas memadai, sekolah ini telah berhasil meluluskan siswa-siswi yang kemudian melanjutkan pendidikan ke universitas atau bekerja di sektor swasta. Di tengah keterbatasan, mereka menemukan inspirasi untuk melangkah maju, didukung oleh para guru yang tulus mendidik.
Menyaksikan kondisi ini, Plt Kepala Dinas Pendidikan Maluku, Insun Sangadji, yang diharapkan bisa memberikan tanggapan, masih belum dapat dihubungi. Sementara itu, siswa-siswi ini masih terus berjuang dan berharap, menunggu perhatian dan dukungan agar mereka dapat belajar dalam lingkungan yang layak, sebagaimana anak-anak lainnya di negeri ini. (TS-12)
Discussion about this post