Ambon, – Sebuah unggahan Facebook yang menampilkan simulasi potensi tsunami setinggi 62,4 meter di Laut Banda mendadak viral dan memicu keresahan publik di Kota Ambon. Postingan tersebut berasal dari akun bernama Megawathy Jasmine dan menyebut gelombang raksasa dapat tiba di pesisir Ambon dalam waktu kurang dari 10 menit jika terjadi gempa 9.0 Mw di Laut Banda.
Masalahnya, unggahan itu tidak mencantumkan sumber riset, nama lembaga, maupun penelitinya, sehingga dianggap menyesatkan dan berpotensi menimbulkan kepanikan massal.
Keresahan warganet langsung ditanggapi oleh Dr. Ferad Puturuhu, dosen dan peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Pattimura (UNPATTI), yang dikenal sebagai salah satu akademisi yang aktif mengkaji mitigasi bencana di Maluku.

Dalam diskusi di WhatsApp Group akademisi, ia mempertanyakan validitas data dalam unggahan itu.
“Ini hasil riset siapa? Kok tidak ditulis peneliti atau lembaganya. Jangan dipercaya kalau tidak ada sumber,” Kata Dr. Ferad Puturuhu
Dr. Puturuhu menegaskan bahwa penyebaran informasi ilmiah tanpa konteks dan tanpa sumber berpotensi dikategorikan sebagai hoaks, sehingga ia meminta pemilik akun segera menghapus postingannya demi mencegah kepanikan publik.

Fakta Ilmiah yang Benar: Waktu Tiba Tsunami di Ambon Memang Sangat Cepat
Meski mengkritik unggahan viral itu, para peneliti UNPATTI menekankan bahwa kecepatan datangnya tsunami di Ambon adalah isu yang benar dan perlu dipahami publik, berdasarkan hasil berbagai simulasi akademis yang telah terpublikasi.
Estimasi waktu tiba tsunami Laut Banda ke Ambon:
- Gempa 8.0 Mw → 9 menit (566 detik)
- Gempa 9.0 Mw → 10 menit (599 detik)
Waktu sempit ini membuat evakuasi mandiri (self-evacuation) menjadi kunci keselamatan. Masyarakat tidak perlu menunggu sirene, karena alarm tsunami mungkin tidak berbunyi tepat waktu.
Begitu merasakan gempa kuat lebih dari 30 detik — langsung lari ke tempat tinggi.

Mengapa Laut Banda Berbahaya? Struktur “Mangkuk” yang Memperkuat Energi Tsunami
Para ahli menekankan bahwa potensi tsunami besar di Laut Banda adalah isu ilmiah yang memang telah lama dikaji. Penyebabnya adalah struktur tektonik yang sangat kompleks.
- Pertemuan beberapa lempeng besar dunia. Laut Banda berada pada zona interaksi:
- Lempeng Indo-Australia
- Lempeng Eurasia
- Lempeng Pasifik
- Lempeng Laut Banda (minor plate yang terjepit)
- Zona subduksi sangat aktif
Terdapat Palung Banda (Banda Trench) sedalam 7.440 meter, salah satu palung terdalam di Indonesia. Zona ini sangat aktif secara seismik.
- Struktur “mangkuk” yang memerangkap energi
Laut Banda membentuk cekungan melingkar yang dikenal sebagai Banda Arc—struktur geologi seperti mangkuk raksasa.
Efeknya:
- Energi gempa dapat terfokus ke titik tertentu
- Gelombang tsunami bisa memantul dan menguat
- Potensi ketinggian gelombang menjadi ekstrem
Simulasi ilmiah sebelumnya memang menunjukkan potensi gelombang besar, tetapi angka 62,4 meter harus disertai sumber penelitian, bukan viral tanpa rujukan akademik.

Para Akademisi Imbau Publik Tetap Tenang, Tapi Waspada
Akademisi UNPATTI menegaskan dua pesan penting:
- Jangan percaya unggahan tanpa sumber resmi.
Simulasi ilmiah harus mencantumkan:
- nama peneliti
- jurnal atau laporan
- lembaga yang mengeluarkan
- tahun kajian
Tanpa itu, informasi berpotensi menyesatkan.
- Mitigasi tsunami tetap wajib dipahami publik Ambon.
Karena waktu tiba tsunami cepat, rakyat Ambon harus mengandalkan insting keselamatan:
- Jika guncangan kuat, lari ke dataran tinggi, jangan menunggu sirine.
- Para akademisi berharap publik tidak mudah termakan unggahan viral yang tidak jelas asalnya. Di sisi lain, mereka meminta pemerintah daerah memperkuat:
- peta evakuasi tsunami
- jalur evakuasi yang jelas dan mudah diakses
- pendidikan kebencanaan di sekolah dan komunitas
- latihan evakuasi rutin di pesisir Ambon
Karena ancaman tsunami di Laut Banda bukan fiksi, tetapi harus dibicarakan secara bertanggung jawab dengan data ilmiah yang benar—bukan melalui postingan viral yang berpotensi memecah ketenangan publik.

