Perjuangan Ibu Hamil di Kelimury: Ditandu Gerobak, Menyusuri Pantai dan Sungai Demi Sebuah Nyawa

05/02/2025
Afang, Seorang ibu hamil terlihat ditandu menggunakan gerobak oleh warga menyusuri pantai menuju puskesmas Kelmury. (Foto: Tangkapan layar dari video warga yang viral dan beredar di media sosial)

titastory, Seram Timur – Matahari siang itu terik, membakar pesisir pantai Kelimury. Angin laut berembus kencang, membawa butiran pasir yang menempel di kulit. Di tengah panas yang menyengat, beberapa pria dibantu perempuan tampak bersusah payah mendorong sebuah gerobak. Di atasnya, seorang perempuan hamil terbaring lemah, sesekali meringis menahan sakit.

Namanya Afang, seorang ibu muda yang tengah berjuang dengan waktu. Kontraksi semakin kuat, tanda bahwa bayinya akan segera lahir. Namun, tidak ada ambulans, tidak ada kendaraan lain yang bisa membawanya ke puskesmas. Satu-satunya pilihan: menyeberangi sungai dan menyusuri pesisir dengan gerobak kayu.

Afang, Seorang ibu hamil terlihat ditandu menggunakan gerobak oleh warga menyusuri pantai menuju puskesmas Kelmury. (Foto: Tangkapan layar dari video warga yang viral dan beredar di media sosial)

Perjalanan Panjang di Atas Gerobak

Di Kelimury, akses kesehatan bukanlah sesuatu yang mudah. Tak ada jalan raya, tak ada jembatan yang menghubungkan desa dengan pusat layanan kesehatan. Biasanya, warga mengandalkan perahu untuk mencapai puskesmas, tetapi siang itu laut sedang tidak bersahabat. Ombak tinggi dan angin kencang membuat perahu kecil tak mungkin berlayar.

“Kita harus segera berangkat!” ujar salah seorang pria sambil memperkuat pegangan gerobak.

Beberapa orang mulai mendorong gerobak, berusaha melewati jalan setapak berbatu yang mengarah ke sungai. Mereka tahu, tantangan sesungguhnya baru akan dimulai.

Saat tiba di tepi sungai, mereka berhenti sejenak. Tak ada jembatan di sini. Air sungai yang deras harus mereka seberangi dengan gerobak yang ditandu di atas bahu. Afang menggigit bibirnya, menahan sakit yang semakin hebat.

Tanpa banyak bicara, warga yang kebanyakan para pria desa ini mengangkat gerobak itu, perlahan-lahan menyeberangi sungai. Beberapa warga lain ikut membantu, memastikan agar Afang tidak terguncang terlalu keras.

Di seberang sungai, perjalanan belum selesai. Mereka masih harus menyusuri pesisir pantai, di mana pasir panas dan angin kencang menjadi tantangan berikutnya. Gerobak yang mereka dorong sesekali tersendat di antara gundukan pasir, tetapi mereka tak menyerah. Bagi mereka, setiap detik adalah pertaruhan nyawa.

Warga beramai-ramai mengantar Afang, Seorang ibu hamil menggunakan gerobak oleh warga menyusuri pantai menuju puskesmas Kelmury. (Foto: Tangkapan layar dari video warga yang viral dan beredar di media sosial)

Tiba di Puskesmas, Tanpa Dokter yang Bertugas

Setelah hampir dua jam perjalanan yang penuh perjuangan, akhirnya mereka tiba di Puskesmas Kelimury.

Bidan-bidan yang sudah menunggu segera membawa Afang ke ruang bersalin. Namun, di puskesmas ini tidak ada dokter yang bertugas. Dokter yang sebelumnya bekerja di sana telah memasuki masa purna tugas, sementara penggantinya belum datang.

“Bidan ada, tenaga medis ada, fasilitas lumayan lengkap. Tapi kalau aksesnya begini, tetap saja sulit,” ujar Samun Rumakabis, Plt Kepala Dinas Kesehatan Seram Bagian Timur.

Dengan alat seadanya, para bidan bekerja dengan sigap. Afang berjuang, napasnya tersengal, keringat mengalir deras di wajahnya. Hingga akhirnya, tangisan bayi memecah keheningan ruangan.

Di luar, para pria yang tadi menandu gerobak saling menatap dengan lega. Mereka berhasil.

 

Kelimury: Antara Keterpencilan dan Harapan

Kisah Afang bukanlah satu-satunya di Kelimury. Sebelumnya, kasus yang sama menimpa para siswa-siswi yang menyeberang melewati derasnya sungai untuk menuju ke sekolah mereka. Peristiwa itu sempat viral di media sosial maupun media mainstream. Di wilayah ini, akses kesehatan masih menjadi mimpi yang sulit terwujud. Tak hanya ibu hamil, tetapi juga warga lanjut usia, anak-anak yang sakit, atau siapa pun yang membutuhkan pertolongan medis harus menghadapi tantangan serupa.

Samun Rumakabis berharap pemerintah segera turun tangan. Jalan dan jembatan harus dibangun. Karena sampai kapan pun, tanpa akses yang layak, kesehatan masyarakat Kelimury akan selalu bergantung pada keberuntungan dan ketangguhan mereka sendiri.

Sementara itu, di ruang bersalin yang sederhana, Afang memandangi bayinya yang terlelap dalam pelukan. Perjalanan panjangnya berakhir dengan tangisan kehidupan baru. Tapi jauh di benaknya, ia bertanya: apakah anaknya kelak akan mengalami hal yang sama?

Penulis : Babang Sohilauw
Editor  :  Christ Belseran

 

error: Content is protected !!