TitaStory,Ambon– Berbagai cara dilakukan untuk menghambat pergerakan Mahasiswa Papua untuk menyuarakan keadilan dan kebenaran terhadap masyarakat papua terhadap masyarakat Indonesia maupun Internasional mulai dilakukan oleh berbagai pihak. Selain cara kekerasan dengan cara menghalau demonstrasi dan menyuarakan pendapat di depan umum, kini cara yang saat ini dilakukan oleh Negara adalah degan cara melakukan adu domba antar sesama orang papua asli atau OAP.
Cara ini dilakukan dengan pembentukan dan Deklarasi IKATAN KELUARGA MAHASISWA PAPUA (IKMP Provinsi Maluku) yang dideklarasikan pada tanggal 27 November 2019 bertempat di Asrama Putri milik kampus Universitas Pattimura.
Pernyataaan ini disampaikan Himpunan Mahasiswa Papua (HMP) Provinsi Maluku, Natan Weya, dalam rilisnya yang dirterima redaksi titastory.com, rabu (8/1/2019).
Menurut Natan, terbentuknya organisasi ikatan keluarga mahasiswa papua ini, untuk Memperjuangkan Indonesia Harga mati yang diketuai oleh Saudara “Erwin Abisay”.
“tentunya ada unsur kepakasaan dari pihak pimpinan kampus Universitas Pattimura Ambon, dan pemerintah kota ambon sehingga terbentuklah Ikatan yang mengacurkan Harga dirinya Dan martabatnya Sebagai Anak bangsa Papua barat Dan sesama Kita mahasiswa asal papua yang kuliah dikota ambon,” tegas Weya dalam rilisnya ke titastory.com, rabu (8/1/2019).
Terbentuk Ikatan keluarga mahasiswa papua (IKMP) ini menurut Weya merupakan kepentingan kolonial dan secara tidak langsung sudah merusak persatuan mahasiswa papua dan mengacurkan kekompakan dan kebersamaan yang kami sudah banggun dengan susah payah selama ini di kota studi Ambon Provinsi Maluku.
“dengan tegas saya sebagai ketua Himpunan Mahasiswa Papua (HMP) provinsi maluku periode 2017-2019, mengatakan bahwa terbentuknya Ikatan keluarga mahasiswa Papua (IKMP) yang di ketuai oleh saudara, Erwin Abisay ini ilegal tidak punya legitimasi hukum yang jelas, karena membentuk suatu organisasi biasanya melalui musyawarah atau mufakat bersama. Namun, sayangnya mereka hanya main tunjuk yang lebih lucunya tidak punya legalitas hukum dalam hal ini, tidak punya Angaran Dasar, Angaran Rumah Tangga (AD-ART) tidak ada dukungan mahasiswa papua yang ada dikota studi Ambon Provinsi Maluku dan untuk mengatur organisasi itu sendiri begitu pun juga tidak mengakomodir semua mahasiswa Papua dan Papua Barat,”Jelas Ketua Mahasiswa Papua dari Unpatti ini.
Natan Weya juga mengatakan, sebelum membetuk ikatan keluarga mahasiswa papua (IKMP) tersebut, ada informasi yang tersebar bahwa mahasiswa Afirmasi di setiap Universitas di Indonesia diberangkatkan Ke Istana negara untuk bertemu dengan Persiden RI Joko Widodo dengan Tim 61 Toko dari Papua buatan BIN Indonesia.
“Informasi itu tersebar publik setelah Kejadian “rasisme di Surabaya dan Kota Malang dan beberapa daerah lainnya. Begitu kami dengar informasi langsung, kami pengurus Himpunan Mahasiswa Papua (HMP) provinsi maluku ambil sikap bahwa kami menolak dengan tegas bahwa ada upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak kampus dan Kerja sama dgn pihak TNI/POLRI mampu meculik mahasiswa Papua yang kuliah Di universitas Pattimura Ambon tanpa ada kordinasi pengurus Himpunan Mahasiswa Papua (HMP) Provisni Maluku,” terang Dia
Ditambahkan, para mahasiswa tersebut diberangatkan ke Istana negara bertemu dengan Persiden Joko Widodo yang menamakan dirinya enam puluh satu (61) tokoh dari Papua,termasuk mahasiswa asal Papua yang kuliah di Ambon.
“ ya ada sekitar 5 orang yang ikut diberangatkan ke Istana Negara untuk bertemu dengan presiden Jokowi,” kata Weya.
Padahal menurut Weya, dalam situasi rasisme seluruh mahasiswa papua telah bersepakat jika tidak tawaran dari pihak kampus atau pemerintah setempat harus mendapatkan rekomedasi untuk berangkat.
“sessuai kesepakatan harus ada persetujuan dari Pengurus Himpunan Mahasiswa Papua (HMP) Provinsi Maluku baru bisa diberangkatkan, karena seluruh mahasiswa beradaa dibawah wadah perkumpulan mahasiswa asal papua dan Papua Barat yaitu Himpunan Mahasiswa Papua (HMP) Provinsi Maluku yang didirikan pada tanggal 20 Mei 2015, tepatnya di asrama putra Unpatti Poka Rumah Melalui Musyawarah Umum Anggota (MUA) yang Ke-I,” lanjut Weya
Untuk itu, Weya menyesali terbentuknya organisasi yang dinamakan Ikatan Mahasiswa Keluarga Papua (AMKP) yang didirikan hanya segilitir Orang Papua Dan Mahasiswa Papua untuk mencari makan minum selama Mereka kuliah dikota Ambon.
“Saya Sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Papua (HMP) Provinsi Maluku, saya mengutuk keras kepada saudara Erwin Abisay dan kawan-kawannya yang menghalang-halanggi aksi damai manifesto politik hari kemerdekaan bangsa PAPUA Barat 1 Desember tahun 1961 sekaligus memperingati ulang tahun kemerdekaan Bangsa Papua Barat yang ke-58 kemarin di Ambon yang dilakukan oleh kawan-kawan kami AMP dan FRI-WP Ambon saat aksi damai,”tegas Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Papua (HMP) itu. (TS-01)
Discussion about this post