titastory, Seram Bagian Barat – Ratusan warga Desa Latu, Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), terpaksa mengungsi ke tenda-tenda darurat setelah wilayah mereka diguncang gempa tektonik bermagnitudo 4,9 pada Jumat malam, 4 Juli 2025.
Gempa dangkal yang terjadi pada pukul 23.50 WIT tersebut memicu kepanikan warga di beberapa daerah, termasuk Kairatu, Masohi, Pulau Ambon, dan Pulau Saparua. Getarannya dirasakan kuat dan sempat membangunkan warga yang tengah beristirahat.
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten SBB, sebanyak 50 Kepala Keluarga atau sekitar 280 jiwa warga Desa Latu kini menempati lokasi pengungsian yang telah disiapkan. Sementara data dari dua desa lainnya, yakni Desa Hualoy dan Tomalehu, masih dalam proses pendataan.
“Warga di tiga desa tersebut berhamburan keluar rumah saat gempa terjadi. Saat ini sebagian besar memilih mengungsi, terutama lansia dan anak-anak,” kata seorang petugas BPBD di lokasi.

Kepala Stasiun Geofisika Ambon, Djati Cipto Kuncoro, menjelaskan bahwa pusat gempa berada di darat, sekitar 5 kilometer barat laut Amalatu, pada koordinat 3,4 LS dan 128,64 BT, dengan kedalaman 10 kilometer.
“Guncangan gempa ini termasuk dalam kategori gempa dangkal yang dipicu aktivitas sesar aktif. Skala intensitasnya mencapai III–IV MMI, artinya getaran cukup kuat dan dirasakan nyata dalam rumah,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima titastory, Sabtu, 5 Juli 2025.
Hingga pukul 00.10 WIT, BMKG mencatat telah terjadi tujuh kali gempa susulan. Masyarakat diimbau tetap tenang dan tidak mudah percaya pada informasi yang belum terverifikasi.
“Pastikan informasi hanya diperoleh dari kanal resmi BMKG. Warga juga diminta menghindari bangunan yang retak atau berpotensi roboh, dan memeriksa kondisi struktur rumah masing-masing,” tutur Djati.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada laporan korban jiwa maupun kerusakan bangunan signifikan. BPBD bersama unsur pemerintah desa terus melakukan pemantauan dan asesmen di lapangan.
Penulis: Edison Waas