Panggilan Darurat dari Bawah Laut Laha: Penyelam Bergerak Selamatkan Terumbu Karang Ambon

31/12/2025
Foto bersama para penyelam yang terlibat dalam aksi tanam terumbu karang di pantai Desa Laha, Foto: Itin/titastory.id

Ambon, – Dari kedalaman perairan Dusun Air Manis, Desa Laha, Teluk Ambon, sebuah sinyal bahaya menguat: terumbu karang rusak, ekosistem melemah, dan masa depan laut Ambon terancam. Menjawab kondisi itu, sejumlah penyelam lokal dan mancanegara turun langsung melakukan aksi restorasi bertajuk “Harmoni Laut Ambon”, Selasa (30/12/2025).

Aksi ini bukan seremoni. Ia lahir dari keprihatinan panjang terhadap rusaknya salah satu dive site unggulan Ambon—wilayah yang selama ini menjadi titik persinggahan kapal selam sebelum pelayaran ke Banda. Kini, keindahan itu tergerus.

Sebanyak 10 penyelam, termasuk tiga warga negara asing, bekerja di kedalaman sekitar 20 meter dari garis pantai. Mereka memasang struktur buatan sebagai media tumbuh karang baru—sebuah ikhtiar ilmiah yang memerlukan waktu, disiplin, dan pemantauan jangka panjang.

Salah satu penyelam sedang melakukan persiapan sebelum menyelam, foto:Itin/titastory.id

Penanggung jawab kegiatan dari Spice Island Dive & Resort, Anwar Nan Madea, menjelaskan bahwa restorasi dilakukan dengan dua metode utama: Spider Web (jaring laba-laba) dan Umbrella Web (payung).

“Kami menanam 50 bibit terumbu karang pada struktur jaring laba-laba dan 20 titik Umbrella Web di tiang pancang. Ini bukan pekerjaan sekali turun. Kami akan memantau pertumbuhan karang setiap bulan, triwulan, hingga semester,” kata Anwar.

Jika hasilnya positif, luasan restorasi akan diperbesar. Targetnya jelas: mengembalikan fungsi ekologis terumbu sekaligus menjaga nilai wisata laut Ambon.

Jangkar Kapal dan Sampah: Luka yang Berulang

Ketua panitia pelaksana, Afik Tuasikal, membeberkan penyebab utama kerusakan. Selain tekanan perubahan iklim, aktivitas manusia menjadi faktor dominan—terutama pelepasan jangkar kapal secara sembarangan.

“Banyak kapal diving singgah di Laha sebelum ke Banda. Saat jangkar dijatuhkan tanpa titik tambat, karang hancur seketika,” ujar Afik.

Masalah lain datang dari darat: sampah plastik yang terbawa aliran sungai saat musim hujan. Limbah ini menutup karang, menghambat fotosintesis, dan merusak habitat biota laut.

Sebagai respons, panitia menyediakan fasilitas pengelolaan sampah di Desa Laha dan menggelar sosialisasi agar warga tidak membuang limbah ke sungai—upaya kecil yang krusial bagi kesehatan laut.

Laut Sehat, Ekonomi Bertumbuh

Bagi para penyelam dan pelaku wisata, restorasi bukan sekadar agenda konservasi. Ia adalah investasi ekonomi jangka panjang bagi masyarakat pesisir.

“Terumbu karang yang pulih berarti ikan kembali, wisata berkelanjutan tumbuh, dan pendapatan warga meningkat. Ini soal menjaga rumah biota laut sekaligus masa depan ekonomi,” tegas Anwar.

Ambon, yang kerap dijuluki Permata Maluku, bergantung pada kesehatan lautnya. Tanpa terumbu karang yang hidup, reputasi sebagai destinasi selam kelas dunia bisa memudar.

Agenda perdana Harmoni Laut Ambon diharapkan menjadi pemantik kolaborasi yang lebih luas—melibatkan pemerintah daerah, pelaku usaha pariwisata, komunitas penyelam, dan wisatawan. Tanpa tata kelola tambat kapal yang ketat dan kesadaran bersama, kerusakan akan berulang.

Dari dasar laut Laha, pesan itu mengapung ke permukaan: jika penyelamatan tidak dimulai sekarang, Ambon berisiko kehilangan salah satu harta terbesarnya.

Penulis: Christin Pesiwarissa
error: Content is protected !!