titastory, Ambon – Setiap 7 September, Ambon memperingati hari lahirnya sebagai kota. Tahun ini usianya genap 450 tahun, dihitung sejak 1575. Namun, penetapan tanggal kelahiran Ambon bukan tanpa perdebatan.
Sejarawan mencatat bahwa terbentuknya Kota Ambon ditandai peletakan batu pertama benteng Nossa Senhora da Annunciada pada 25 Maret 1575, bertepatan dengan perayaan Paskah. Dalam liturgi Portugis, hari itu disebut Annunciada—momen ketika Maria mendapat kabar sukacita. Menurut Mezak Wakim dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Ambon, Annunciada berarti “sampai di sini Bunda Maria dibangun.”
“Benteng yang berdiri di tepi pantai Honipopu itu menjadi awal terbentuknya permukiman terstruktur di Ambon. Dari pusat pertahanan Portugis inilah kota berkembang, menarik penduduk lokal, pedagang asing, dan misionaris,” tulis Taihuttu Max, seorang sejarahwan Maluku yang kerap mengabadikan berbagai literatur sejarah di sosial media.
Dari Portugis ke Belanda
Dalam Unggahannya Taihuttu juga merincikan sejarah, Benteng Nossa Senhora da Annunciada dirancang untuk mengamankan jalur rempah dan mengontrol pelabuhan strategis Ambon. Panglima Portugis Sancho de Vasconselos (1572–1591) memulai pembangunan, meski baru Juli 1576 benteng mulai ditempati, dan pada 1593 baru sebagian rampung di era Panglima Antonio Pareira.
“Sebuah surat Kapten Estevao Teixeira de Macendo, tertanggal 2 Juni 1601, mencatat bahwa berdirinya benteng menandai lahirnya “Cidade de Amboino” atau Kota Ambon. Arsip itu tersimpan di Archivo General de Indias, Sevilla, Spanyol,” tulisnya pada unggaghannya di grup facebook History Of Maluku & Malut.
Benteng juga menjadi pusat misi Katolik. Lima Jesuit tercatat melayani umat di benteng pada 1575. Ordo Serikat Yesus ini mendirikan beberapa gereja: Gereja Santo Paulus di dalam benteng, serta Gereja Misericordia, Santiago, dan Santo Thomas di luar benteng. Menurut laporan Joao Rebelo pada 1593, jumlah umat Katolik kala itu mencapai 3.800 jiwa, tersebar di Hatiwe dan Halong.
Namun, akhir abad ke-16 kekuatan Portugis melemah. Armada Belanda di bawah Steven van der Hagen masuk Ambon tahun 1600. Kaum Katolik sempat memberi perlawanan sengit mempertahankan benteng. Atas kegigihan itu, Portugis menganugerahi gelar Cidade de Amboino. Tapi pada 1605, benteng jatuh ke tangan Belanda. Namanya berubah menjadi Benteng Victoria.
Ambon, Jantung VOC
Sejak saat itu, Ambon menjadi pusat kekuasaan Belanda di Maluku. Benteng Victoria menjadi markas VOC pertama di Nusantara. Dari benteng ini, Belanda mengatur perdagangan cengkih dan pala, sekaligus menjadikannya basis militer.
Benteng beberapa kali rusak akibat gempa besar—1643, 1673, dan 1754—sebelum direnovasi pada masa Gubernur Bernardus van Pleuren (1775–1785). Namanya pun berubah menjadi Nieuw Victoria atau “Kemenangan Baru.”

Di balik tembok benteng inilah peristiwa besar tercatat: masuknya Injil pertama kali di Maluku, lahirnya kongsi dagang VOC, hingga perlawanan rakyat. Pahlawan nasional Thomas Matulessy alias Pattimura akhirnya dihukum gantung di benteng ini pada 1817.
Hingga kini, Benteng Victoria masih berdiri, meski fungsinya berubah menjadi markas TNI AD di Ambon.

Tanggal Lahir Kota Ambon
Meski 25 Maret 1575 kerap dianggap titik awal lahirnya Ambon, ada versi lain. Pada 1972, akademisi Universitas Pattimura mengusulkan 7 September sebagai tanggal resmi, merujuk keputusan Gubernur Jenderal Belanda tahun 1921. Saat itu, masyarakat Ambon mulai ikut menentukan jalannya pemerintahan kota lewat Gemeenteraad (Dewan Kota).
Bagi sebagian sejarawan, tanggal 7 September lebih bernuansa administratif-politik, sementara 25 Maret 1575 berakar pada sejarah religius dan kolonial Portugis.
Apapun versinya, benteng Nossa Senhora da Annunciada yang kelak jadi Victoria menjadi saksi lahirnya Ambon sebagai kota strategis di jalur rempah, pintu masuk misi Kristen, dan jantung kekuasaan VOC di Maluku.