NiPERA Ajak Industri dan Akademisi Susun Kerangka Penilaian Risiko Nikel yang Ramah Lingkungan

05/10/2025
NiPERA Workshop - Community and Ecological Risk Assessment Framework

titastory, Jakarta – Dalam upaya mendorong praktik penambangan nikel yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, NiPERA, divisi ilmiah dari Nickel Institute, menggelar lokakarya “Designing Region-Specific Community and Ecological Risk Assessment Frameworks” di Jakarta pada 30 September 2025. Acara ini mempertemukan sekitar 25 perwakilan dari industri, pemerintah, akademisi, dan asosiasi untuk merumuskan kerangka kerja penilaian risiko bagi komunitas dan ekologi di wilayah penghasil nikel.

Lokakarya yang digelar NiPERA ini hadir di tengah lonjakan permintaan global terhadap nikel, terutama untuk kebutuhan baterai kendaraan listrik dan baja nirkarat. Indonesia dan Filipina menjadi pemain kunci industri ini, namun di sisi lain dihadapkan pada tantangan menjaga keberlanjutan lingkungan dan kesehatan masyarakat.

“Kami memfokuskan upaya pada dua aspek utama, yakni lingkungan dan kesehatan manusia. Keduanya sangat penting bagi keberhasilan jangka panjang,” kata Dr. Emily Garman, Senior Environmental Toxicologist NiPERA, di Jakarta, Selasa, 30 September 2025.

Dr. Emily Garman, Senior Environmental Toxicologist NiPERA pada pembukaan workshop “Designing Region-Specific Community and Ecological Risk Assessment Frameworks”. Foto: Nickel Institute

Emily menegaskan, kolaborasi lintas sektor—antara industri, pemerintah, akademisi, dan asosiasi—diperlukan untuk memastikan praktik penambangan yang bertanggung jawab. Kerangka penilaian risiko yang dikembangkan diharapkan dapat diterapkan secara mudah oleh industri nikel di tingkat nasional maupun regional.

Menurut data United States Geological Survey (USGS), Indonesia dan Filipina menempati posisi produsen nikel terbesar pertama dan kedua di dunia. Pada 2024, Indonesia memproduksi 2,2 juta ton nikel, sedangkan Filipina 330.000 ton. Posisi strategis ini memberi kedua negara peluang untuk menjadi contoh penerapan praktik penambangan berkelanjutan.

“Keterlibatan akademisi menghadirkan data dan analisis independen yang memperkuat kerangka penilaian risiko berbasis bukti. Ini penting untuk memandu pengambilan keputusan yang efektif di industri nikel,” kata Dr. Anindrya Nastiti, Dosen Senior Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.

Keterlibatan industri juga dinilai sebagai kunci penting. Menurut Ir. Tonny H. Gultom, IPU., ASEAN Eng, Anggota Dewan Pakar sekaligus Ketua Komite Pengarah Industri Nikel Indonesia (PERHAPI), partisipasi perusahaan memastikan operasional tambang selaras dengan standar keberlanjutan global sekaligus responsif terhadap tantangan lokal.

“Inisiatif ini memungkinkan perusahaan melampaui sekadar kepatuhan dan meningkatkan daya saing melalui praktik yang bertanggung jawab secara lingkungan dan sosial,” kata Tonny.

NiPERA menegaskan, lokakarya ini adalah langkah awal menuju pengembangan kerangka kerja yang relevan dengan kondisi lokal Indonesia dan Filipina, namun tetap selaras dengan standar global. Kerangka tersebut diharapkan menjadi panduan bagi perusahaan dalam mengidentifikasi risiko ekologi dan komunitas, serta meningkatkan kinerja Environmental, Social, and Governance (ESG).

Dr. Kate Heim, Senior Human Health

Tentang Nickel Institute dan NiPERA

Nickel Institute adalah asosiasi global produsen nikel terkemuka yang mendorong pasokan nikel berkelanjutan dan pengembangan pasar untuk berbagai aplikasi, termasuk baja nirkarat.

Melalui divisi ilmiahnya, NiPERA, organisasi ini mendukung penelitian berbasis sains untuk memastikan produksi, penggunaan, dan pembuangan nikel dilakukan secara aman bagi manusia dan lingkungan.

Hasil studi NiPERA yang dikerjakan bersama akademisi, lembaga pemerintah, dan laboratorium independen telah banyak dipublikasikan di jurnal ilmiah sebagai referensi bagi kebijakan publik dan industri.

error: Content is protected !!