TITASTORY.ID -Sejumlah tenaga kesehatan (nakes) Puskesmas nekat menyeberangi sungai deras demi memberikan pelayanan kesehatan kepada warga. Akibatnya sejumlah petugas nyaris terseret arus deras sungai Waemala.
Peristiwa ini terjadi di Desa Waeraman, Kecamatan Fena Fafan, Kabupaten Buru Selatan, Provinsi Maluku, kamis (26/8/2021) siang.
Aser Biloro, warga desa Waeraman menceritakan sejumlah tenaga medis nekat menyeberangi sungai deras demi melakukan pelayanan kesehatan.
Ia mengatakan, Nakes tersebut hendak menyeberangi sungai Waemala menuju sejumlah desa di Kecamatan Fena Fafan. Rombongan tersebut diketahui dipimpin oleh Kepala Puskesmas Kecamatan Fena Fafan.
Derasnya arus sungai menurut Aser, membuat bebebapa tenaga medis secara bergantian menyeberangi sungai yang lebarnya 50 meter. Mereka saling berpegangan satu sama lain.
Selain menyeberangi sungai, menurut Biloro, para petugas ini membawa barang bawaan seperti obat dan peralatan medis. Barang bawaan itu dipikul oleh warga menyeberangi sungai hingga ke perkampungan yang dituju.
Kala itu, cerita Aser, sejumlah tenaga medis yang berasal dari Puskemas Kecamatan Fena Fafan ingin melakukan sosiaslisai vaksinasi kepada warga di sembilan desa. Dalam kesempatan yang sama mereka juga membuka posyandu dan layanan kesehatan di desa-desa, diantaranya, Desa Waekatin, Desa Waeraman, dan Desa Uneth Kecamatan Fena Fafan.
“Seorang medis katakan mereka mau sosialisasi program vaksinasi sekaligus kegiatan posyandu bagi ibu-ibu hamil dan anak bayi di Desa Waeraman, dan Desa Uneth Kecamatan Fena Fafan,”kata Biloro meniru ucapan seorang medis saat itu.
Arus sungai yang deras, kata Biloro, membuat petugas medis ini sempat menunggu beberapa jam. Mereka baru bisa menyeberangi sungai Waemala surut.
“Memang air kali itu deras sekali. Padahal baru diguyur hujan saja, tapi sudah meluap dan deras,”terangnya.
Kondisi itu kata dia, bisa berbahaya bagi orang yang belum mahir selama menyeberang sungai. Akhirnya mereka membagi tugas untuk membantu nakes dan alat kesehatan itu lewati sungai.
“Puji syukur, semua Nakes selamat lewati sungai deras saat itu,”ujar Aser.
Tak hanya lewati derasnya arus sungai. Para medis ini ditantang untuk berjalan kaki berpuluh-puluh kilometer untuk sampai di perkampungan.
Mereka harus bisa berjalan selama 16 kilometer untuk sampai ke perkampungan warga di Desa Waeraman, dan Desa Uneth. Kondisi ini karena akses jalan yang biasa dipakai terjal bercampur lumpur sehingga sulit dilewati kendaraan roda dua bila musim hujan.
“Kalau musim hujan terpaksa jalan kaki. Karena tidak ada akses jalan raya. Yang paling jauh itu sekitar 67 kilometer untuk sampai di perkampungan warga lainnya,”ujar Biloro.
Biloro mengatakan selama musim hujan, selain melawan derasnya arus sungai namun masyarakat setempat juga harus melintasi jalan terjal dan berlumpur. Sebab kini belum ada jembatan penghubung maupun jalan lintas di sejumlah desa di Kecamatan Fena Fafan.
Tanggapan DPRD
Metusalak Liligoly, Anggota DPRD Kabupaten Buru, saat dikonfirmasi terkait insiden tersebut mengatakan tantangan bagi warga setiap tahun ketika ingin melakukan perjalanan dari desa mereka ke pusat ibukota Kecamatan Fena Fafan.
Metusalak Liligoly mengatakan warga di sana seolah seperti belum merdeka selama 76 tahun kemerdekaan Indonesia. Contohnya, kata dia untuk sampai ke pusat kota kecamatan saja warga harus berjalan kaki berpuluh-puluh kilometer tanpa transportasi.
Ia mengatakan, jarak tempuh dari satu desa ke desa lainnya tanpa infrastruktur pembangunan membuat warga setempat selama ini terisolasi.
“Setiap tahun selalu terjadi tantangan medan seperti ini. Setiap tenaga medis melakukan pelayanan bagi masyarakat di Desa-desa yang ada di Kecamatan Fena Fafan, ada sampai jatuh korban. Akibat air banjir di kali Waemala,”bebernya.
Kondisi ini diperparah kata Anggota DPRD Kabupaten Buru Selatan, saat datang musim penghujan mengakibatkan jalan menjadi rusak akibat berlumpur. Warga pun terpaksa berjalan kaki hingga puluhan kilometer.
“Dari pusat kecamatan Desa Waekatin ke Desa uneth 17 kilometer, dari Desa Uneth mnyeberang kali air Waemala 8 kilometer. Dari Desa Waeraman ke Desa Trukat 8 kilo meter. Dari Desa Trukat je Desa Waelo 3 kilometer. Dari Desa Waelo ke Desa Siwatlahin 12 kilo meter. Dari Siwatlahin ke Desa Batukarang 19 kilometer. Jadi total panjang dan ruas jalan penghubung antar 7 Desa jumlah total kilometer sebesar 67 kilometer,”urai Anggota DPRD Kabupaten Buru Selatan ini.
Sebelumnya, kata Metusalak, mereka beberapa kali telah mengusulkan pembangunan jembatan maupun jalan kepada Pemerintah Pusat dan Provinsi. Namun hingga kini belum terjawab.
“Untuk usulan sudah diusulkan tapi belum ada jawaban dari Pemerintah Daerah maupun pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat. Kami terus dorong, tapi kami bisa apa kalau mereka tidak serius.
Atas kejadian itu dirinya meminta bantuan semua pihak untuk bersama menyuarakan kondisi nahas yang terjadi di Kabupaten berjuluk Bupolo tersebut.
Protes Pelajar
Sebelumnya, pada tanggal 17 agustus pekan lalu, tepat hari kemerdekaan Indopnesia ke 76, warga bersama pelajar dan guru melakukan aksi protes kondisi keterisolasian mereka. Mereka sempat berjalan kaki hingga berpuluh-puluh kilometer.
Sebagian besar yang merupakan pelajar SD dan SMP di Kecamatan Fena Fafan ini berjalan kaki dengan membawa sejumlah spanduk maupun pamflet berupa permintaan jalan kepada Presiden Joko Widodo.
“Jokowi, Berikan Kami Jalan, Jokowi berikan Kami jalan, Jokowo Berikan Kami Jalan,”teriak para pelajar sambil membawa pamflet bertuliskan ini jalan HPH, mana jalan kami.
Selain membawa pamflet sebagai aksi protes, para pelajar ini juga membentangkan bendera merah putih sepanjang 76 meter, sesuai usia HUT RI.
Bendera dengan ukuran raksasa itu dibawa oleh para pelajar dan dibentangkan di bukit Morafi, Kecamatan Fena Fafan, Kabupaten Buru Selatan, 17 agustus lalu.
“Jalan yang dipakai sementara kami di kecamatan Fena Fafan saat ini adalah jalan milik perusahan HPH. Kami berharap adanya perhatian dari pemerintah pusat khususnya Presiden Jokowi agar bisa membangun jembatan penyeberangan maupun jalan raya,”teriak para pelajar serentak saat itu.
Penulis : Asma Kasih
Editor : Redaksi
Discussion about this post