Misteri Kematian Vian Ruma, Aktivis Penolak Geothermal di Nagekeo

08/09/2025
Keterangan : Almarhum Rudolfus Oktafianus Ruma alias Vian, Foto : Sumber Facebook

titastory, Nusa Tenggara Timur – JUMAT (5/9) Siang,  seorang pedagang kelapa singgah beristirahat di sebuah gubuk bambu di perbatasan Kecamatan Nangaroro dan Maunori, Kabupaten Nagekeo. Namun langkahnya terhenti. Di dalam gubuk sederhana itu, tubuh seorang pemuda tergantung dengan tali sepatu melilit leher. Pemuda itu adalah Rudolfus Oktafianus Ruma, lebih dikenal sebagai Vian Ruma.

Kematian Vian, (33), menjadi percakapan hangat. Bukan hanya karena ia ditemukan di tempat sunyi, melainkan juga lantaran rekam jejaknya sebagai sosok kritis di kampung. Vian dikenal sebagai aktivis lingkungan. Ia juga adalah aktif dalam berbagai aktivitas rohani gereja. Bahkan pemuda guru Matematika dan hampir enam tahun mengabdi di SMP Negeri 1 Nangaroro ini juga belakangan vokal menolak proyek geothermal di wilayahnya.

Kisah ini diketahui setelah adiknya, menceritakan peristiwa yang menimpa kakaknya di media sosial.

Ari, adik Vian, termasuk yang sulit menerima kematian itu. Lewat akun Facebook miliknya, ia merinci sejumlah kejanggalan. Dari posisi kaki korban yang masih menjejak lantai bambu, hingga motornya yang berada di lokasi cukup sulit dijangkau seorang diri.

“Kami menduga Vian sudah tak bernyawa sebelum digantung. Kalau benar bunuh diri, harusnya ada tanda-tanda perlawanan, tapi gubuk itu tetap utuh,” tulis Ari.

Keterangan gambar: Alm. Rudolfus Oktafianus Ruma alias Vian, Foto: Istimewa

Netizen pun ramai menyuarakan kecurigaan serupa. Akun @Astuchaf Drn menilai luka di wajah Vian tak selaras dengan dugaan bunuh diri.

“Ini dihajar dulu baru digantung,” tulisnya. Caroline Beka menduga ada rekayasa. “Bisa jadi korban dibunuh lalu digantung agar terlihat bunuh diri,” katanya.

 

Sosok Vian

Bagi keluarga dan teman-teman, Vian bukan sekadar pemuda kampung. Anak sulung pasangan Ignasius Sare dan Martha Dore ini menempuh pendidikan hingga meraih gelar sarjana pendidikan di Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang. Di kota, ia aktif dalam organisasi mahasiswa seperti PMKRI dan Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Keo Tengah.
Setelah lulus, Vian pulang kampung dan diterima sebagai guru PPPK di SMP Negeri 1 Nangaroro. Meski berprofesi sebagai pengajar, ia tak berhenti menyuarakan keresahan warganya, terutama terkait rencana pembangunan geothermal yang dikhawatirkan mengganggu lingkungan dan sumber air.

 

Tuntutan Keadilan

Bagi keluarga, kematian Vian bukan hanya kehilangan anak dan saudara. Mereka merasa suara kritis yang selama ini berani bersuara untuk lingkungan juga ikut dibungkam.

“Kami mohon pihak kepolisian mengusut tuntas,” kata Ari.

Hingga kini, kasus kematian Vian masih menjadi misteri. Di media sosial, netizen terus mendesak polisi membuka tabir gelap ini. Di Nagekeo, nama Vian terus diperbincangkan. Ia pergi dengan cara tragis, tapi suara lantangnya menolak perusakan alam tetap bergema di antara warga.

error: Content is protected !!