titastory.com,seram bagian barat– Desa Buano Utara Dilanda banjir dari luapan telaga Namaola Selasa, (25/2/2020)malam. Hujan deras mengguyur wilayah tersebut sehingga debit air naik dan meluap ke rumah warga.
Akibat luapan air, ratusan rumah warga di Negeri ( Desa) Buano Utara, Kecamatan Huamual Belakang, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku terendam banjir.
Mirisnya, memasuki hari kelima bencana yang melanda Desa Buano Utara, pemerintah Daerah belum juga meninjau lokasi tersebut.
Pantauan jurnalis titastory.com di lokasi kejadian ketinggian air mencapai batas pinggang orang dewasa. Akibat banjir tersebut banyak warga terpaksa mengungsi ke rumah-rumah kerabatnya yang aman dari banjir.
“Sudah ada sekitar 119 kepala keluarga mengungsi saat ini,”kata Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Buano Utara, Bakri Nanilette kepada titastory.com di lokasi kejadian, minggu (1/3/2020).
Dia menjelaskan, saat ini sekitar 119 rumah warga yang tergenang banjir, namun sejauh ini belum ada tim dari pemerintah kabupaten Seram Bagian Barat yang datang untuk membantu warga setempat.
“Kita hitung ada sekitar 119 rumah yang tergenang banjir. Kepala keluarga ada 141. Dan 716 jiwa warga yang saat ini mengungsi. Yang paling parah itu yang berada di sekitar danau, mereka sudah mengungsi semua,kalau yang jauh dari permukiman warga itu ketinggian genangan mencapai lutut orang dewasa,”jelasnya.
Dia mengaku banjir di desanya kerap terjadi saat hujan lebat mengguyur desa itu. Dia pun berharap agar pemerintah segera mengatasi penyebab banjir agar warga tidak selalu merasa resah saat musim penghujan tiba.
Menurutnya, berdasarkan data dari desa setempat, dari ratusan jiwa yang mengungsi terdapat sebanyak 256 pelajar TK, SD, SMP serta SMA.
“Untuk TK berjumlah 38 anak, SD 98, SMP 52 dan 68 siswa SMA,” kata Bakri
Sebelumnya diberitakan, kurang lebih 119 unit rumah warga Desa Buano, Kecamatan Huamual Belakang, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), terendam air. Mereka terpaksa mengungsi di dataran tinggi atau yang tidak tergenang air akibat meluapnya Danau Namaola, Rabu (26/2/2020), sekira pukul 09.20 WIT.
“Sementara ini kami sudah melakukan koordinasi dengan pihak BPBD Kabupaten Seram Bagian Barat, dan ada bantuan bahan pangan seperti beras dan juga mie instan. Kami berharap agar segera ada perhatian perhatian dari pemerintah untuk segera melakukan penanggulangan karena ini sudah berulang kali dibicarakan sejak tahun 2005 silam,”harapnya.
Pekan lalu tambah Bakrie, BPBD Kabupaten telah berjanji akan menurunkan alat penyedot air atau alkon kepada masyarakat setempat, namun hingga kini tidak dipenuhi.
“ untuk saat ini belum ada penanganan dari pemerintah kabupaten. Kami juga belum mengetahui apakah saat ini warga juga terjangkit penyakit atau tidak. Namun menurut pihak puskesmas, masyarakat masih aman dari gangguan penyakit akibat banjir ini,”jelas dia
Ali Lukaraja, warga lainnya kepada titastory.com menyesalkan sikap pemerintah daerah yang lamban dalam menangani warga Buano Utara sejak selasa, 25 Februari 2020 malam itu.
“Saat ini, warga Desa Buano yang berada dekat danau Namaola sudah evakuasi barang-barang mereka di tempat yang lebih tinggi dan meninggalkan rumahnya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kami butuh bantuan dari pemerintah” ujar Ali Lukaraja.
Ali mengaku, hujan mulai turun di daerahnya itu sejak Selasa, 25 Februari 2020 sekira Pukul 11.00 WIT. Tepat pada pukul Pukul 04.05 WIT, air di danau mulai pasang dan meluap ke rumah warga. Hingga sepekan lebih, air di danau Namaola belum surut. Warga pun tetap memilih untuk menyelamatkan diri ke daerah ketinggian.
Anggota DPRD Maluku, Hatta Hehanussa yang ditemui di lokasi banjir mengatakan, dirinya merasa prihatin setelah dirinya meninjau langsung kondisi luapan air di Desa Buano Utara. Dirinya menyatakan akan melakukan langkah konkrit untuk penanganan bencana yang terjadi, terutama masalah kesehatan.
“ saya coba nanti dengan teman-teman pada komisi tiga pada wewenang itu melakukan langkah-langkah kongkrit, segera berkomunikasi dengan pemerintah daerah dan paling penting dinas kesehatan. Kalau lihat dari penjelasan dari Pemerintah Desa, kondisi ini sangat memprihatinkan sekali. Sampai saat ini tidak ada satu pun juga baik dari Pemerintah Kabupaten maupun DPRD Kabupaten meninjau desa ini,”sesal Hatta.
Hatta pun membeberkan masalah yang ditemui dirinya saat meninjau lokasi bencana. Anggota DPRD dari fraksi gerindra ini menyatakan, kunjungan berupa on the spoot ini akan menjadi referensi data bagi dia untuk ditindaklanjuti oleh pemerintah provinsi maupun kabupten setempat.
“ kita segera menindaklanjuti terutama pihak balai sungai untuk segera menindaklanjuti langkah-langkah kongkrit di lapanagan,”ucapnya.
Sementara itu Kepala BPBD Kabupaten Seram Bagian Barat, Nasir Suruali saat dihubungi titastory.com mengaku peristiwa tersebut. Namun dirinya membantah bahwa peristiwa tersebut bukanlah banjir yang sebagaimana diberitakan sejumlah media lokal sebelumnya.
“Itu Talaga yang sudah lama di Buano. Namanya Talaga Namaola. Jadi Talaga itu setiap hujan pasti meluap. Jadi bukan banjir. Banjir dan meluap kan beda. Karena Talaga tidak bisa tampung lagi makanya meluap dan masuk ke pemukiman,” ungkap Nasir via selulernya.
Nasir belum bisa memastikan sebanyak 100 unit rumah warga tergenang air. Sebab, pihaknya belum turun ke lokasi kejadian lantaran sedang menjalankan kegiatan Musrenbang.
“Bisa jadi, kalau sekitar 100 rumah tergenang, karena kita juga belum ke sana,” jelasnya.
Nasir mengaku mendapat informasi bantuan dari sejumlah personel Brimob Polda Maluku telah dikerahkan di tempat kejadian perkara (TKP).
“Cuman satu hal, tahun lalu itu kan pada saat Musrenbang, dari Litbang rencana melakukan penelitian di Talaga Namaola untuk mencari solusi. Rencana pembuatan got juga tidak bisa karena posisi air laut lebih tinggi. Nah susahnya di situ,” ungkapnya.
Dia juga mengakui jika dua atau tiga tahun lalu BPBD pernah memberikan bantuan berupa pompa air. Namun hingga kini tidak dipergunakan karena mengalami kerusakan.
“Jadi beta istilahkan talaga ini adalah talaga abadi. Kalau musim panas sebagian kering dan menimbulkan bibit nyamuk,” katanya.
Olehnya itu, tambah Nasir, pihaknya saat ini menunggu kerja Litbang untuk bersama mencari solusi, sehingga dapat keluar dari persoalan yang kerap terjadi saban tahun tersebut.
“Sampai saat ini warga dalam kondisi aman. Tapi memang mereka mengungsi di rumah keluarga yang tidak tergenang air,” tandasnya.
Sementara itu, pihak puskesmas setempat memastikan pasca peristiwa banjir yang terjadi, belum ada laporan ataupun pemeriksaan warga yang terjangkit penyakit
“ saya lihat selama ini tidak ada yang menonjol dengan kondisi masyarakat. Pasca peristiwa ini, masyarakat juga banyak komsumsi air hujan, jadi tidak ditemukan penyakit diare. Selain itu selama sepekan ini tidak ada penyakit yang menonjol dari masyarakat,”kata kepala puskesmas Desa Buano, Rusmin Tuhuteru.
Rusmin pun mengatakan, pihaknya saat ini melakukan kegiatan secara rutin dengan melakukan penyuluhan dengan menyarakan warga agar menggunakan kelambu agar mencegah penyakit demam berdarah.
“ kami melakukan sosialisasi pemakaian kelambu. Kami juga selalu koordinasi dengan dinasi kesehatan kabupaten maupun provinsi untuk menangani masalah tersebut. yang pastinya stok obat kami masih tersedia dan cukup,” ucap Rusmin.
Meski begitu warga berharap pihap pemerintah segera menangani bencana tersebut.” ini sehari panas, mungkin besok hujan. Cuaca tidak menentu. Kami mohon pemerintah cepatlah bertindak dan bisa menurunkan alat untuk menyedot air ini,” harap salah satu warga Buano Utara, Hamdan Palirone.
Danau Namaola sendiri, merupakan sebuah telaga yang berada di tengah permukiman warga desa buano utara. Pada tahun 2005 pemerintah pernah melakukan penanganan dengan melakukan penyedotan air dengan alat penyedot alkon. Namun proyek tersebut gagal. Telaga tersebut pun membesar dan menjadi Danau.
Jika musim penghujan datang, danau tersebut tidak bisa lagi menampung debit air dan akhirnya masuk dan menggenangi permukiman warga. (TS-01)
Discussion about this post