Menguak Dugaan Praktik Monopoli BBM Bersubsidi di Kota Masohi

21/01/2025
Antrean Kendaraan di SPBU Kota Masohi, Maluku Tengah. Foto : Edison

titastory, Masohi – Praktik monopoli Bahan Bakar Minyak ( BBM ) bersubsidi diduga terjadi di Kota Masohi, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), Maluku. Praktik ini berdampak pada antrian panjang yang terjadi setiap hari di salah satu SPBU yang berada di pintu masuk Kota Masohi.

SPBU ini milik mantan Wakil Bupati Malteng, Marlatu Leleury, sebagai satu-satunya penyalur BBM bersubsidi jenis petralite di Kota Masohi dan kawasan sekitarnya.

Masyarakat khususnya pengemudi angkutan kota terpaksa harus mengantri berjam-jam hanya untuk memperoleh pertalite bersubsidi. Setelah menunggu lama, para sopir juga dibatasi hanya bisa melakukan pengisian pertalite setiap hari sebesar Rp 200 ribu per kendaraan.

Salah satu sopir angkutan jurusan Kota Masohi – Kecamatan Tehoru, Abdullah kepada media ini menerangkan, kondisi tersebut telah terjadi sejak tahun 2024. Mereka sangat sulit untuk mendapatkan pertalite, karena BBM bersubsidi tersebut hanya bisa didapatkan di SPBU yang berada di pintu masuk Kota Masohi. Selain itu, mereka juga dibatasi hanya bisa membeli pertalite sebesar Rp 200 ribu.

Antrean Kendaraan roda empat dan roda dua untuk mendapatkan BBM di salah satu SPBU di Kota Masohi. Foto : Edison

” Kami sopir hanya diberikan quota pengisian untuk tiap kendaraan Rp 200 ribu. Dengan jumlah kuota pengisian yang dibatasi, kami sopir yang melayani rute Kota Masohi-Kecamatan Tehoru sangat kesulitan, karena perjalanan yang ditempuh sangat jauh,”ungkap Abdullah kepada titastory.id, dalam perjalanan ke Kecamatan Tehoru, Jumat ( 17/1/2025).

Antrian panjang yang masih terjadi sejak pagi hingga pukul 14.00 Wit, menyebabkan Abdullah mengurungkan niat untuk mengantri, karena pesimis akan mendapat jatah pertalite.

“Beta seng (tidak) isi pertalite hari ini, karena biasanya kalau sudah jam seperti ini, terkadang sudah mengantri berjam-jam tapi tidak dapat jatah dengan alasan sudah habis,”keluhnya.

Ia menuturkan, jarak tempuh ke Kecamatan Tehoru dari Kota Masohi dengan batasan pengisian di SPBU hanya Rp200.000 sangat tidak cukup.

“Dalam sekali jalan saja, bahan bakar Rp 200 ribu langsung habis. sehingga harus ada pengisian eceran. Kami meminta Pertamina untuk awasi SPBU di Masohi, karena praktik ketidakadilan terjadi setiap harinya. Warga kecil dibuat tambah susah,”ujarnya.

Dia berharap, BBM bersubsidi tidak hanya dijual pada satu SPBU saja, agar tidak menimbulkan antrian panjang , yang berdampak pada penghasilan mereka sebagai supir, karena harus mengejar waktu untuk mengantar penumpang.

“beta liat, ada beberapa SPBU yang tidak beroperasi , mungkin karena tidak dapat jatah BBM. Beta juga heran, kalau kuota BBM bersubsidi yang diberikan Pertamina ke SPBU tidak mencukupi kebutuhan para supir. Beta harap Pertamina untuk mengevaluasi dan melakukan investigasi apa yang sebenarnya terjadi dengan kuota BBM bersubsidi di Kota Masohi,”pintanya.

Penulis : Edison Waas
Editor : Martha Dianthi
error: Content is protected !!