titastory, Ambon – Pemerintah Daerah Provinsi Maluku menggelar Upacara Peringatan Perjuangan ke-207 Pahlawan Nasional Martha Christina Tijahahu.
Upacara dipusatkan di Monumen Martha Christina Tijahahu, Kamis (02/01), mengusung tema “Semangat Perjuangan Martha Christina Tijahahu Inspirasi Bagi Generasi Muda Maluku”.
Bertindak sebagai Inspektur Upacara Penjabat Gubernur Maluku Sadali Ie, dan Komandan Upacara Kompol Levina Pauno.
Penjabat Gubernur dalam sambutannya mengatakan, peringatan Hari Pahlawan Nasional Martha Christina Tijahahu diharapkan dapat memperkuat semangat nasionalisme dan patriotisme orang Maluku, khususnya generasi muda dalam membangun negeri.
Tema peringatan Hari Pahlawan Nasional Martha Christina Tijahahu, diharapkan dapat mendorong kaum perempuan Maluku, untuk bangkit sebagai pejuang pembangunan, untuk menunjukan semangat inovasi dan karya nyata dalam membangun kesejahteraan rakyat.
Keteladanan seorang Martha Christina Tijahahu juga menunjukkan bahwa perempuan Maluku tidak bisa dipandang remeh, tetapi sebagai individu dan warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban setara, serta kesempatan sama dengan kaum pria di sektor publik dalam setiap kegiatan pembangunan di segala bidang.
“Kita kobarkan lagi jiwa kabaresi Putri Nusalaut yang 207 tahun lalu bisa meruntuhkan keangkuhan penjajah, hanya dengan bermodalkan tombak, bambu runcing, serta parang dan salawaku,”ucapnya.
Sadali memastikan, Pemerintah Provinsi Maluku akan terus mendukung pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia, generasi muda Maluku. Setiap pemuda akan tumbuh sebagai generasi muda yang cerdas dan berkualitas secara intelektual, spiritual dan emosional, agar mereka semua menjadi pejuang dalam pembangunan.
Perempuan Pertama Gugur Dalam Pertempuran Lawan Penjajah
Martha Christina Tijahahu, adalah pahlawan nasional perempuan pertama dari Maluku yang gugur dalam perang melawan Belanda.
Dikutip dari Wikipedia, Martha Christina lahir di Desa Abubu, Pulau Nusalaut, Maluku pada 4 Januari 1800. Ia merupakan anak sulung dari Kapitan Paulus Tijahahu, pemimpin perlawanan di Nusa Laut.
Gadis remaja ini dikenal pemberani dan konsekuen terhadap cita-citanya.
Dengan rambut panjangnya yang terurai ke belakang berikat kepala sehelai kain berang (merah), ia setia mendampingi ayahnya dalam setiap pertempuran, termasuk perang Pattimura .
Perempuan kabaresi ini juga turut serta dalam pertempuran di Pulau Saparua yang menghancurkan Benteng Duurstede.
Martha Christina Tijahahu ditangkap bersama ayahnya dan Thomas Mattulesy serta yang lainnya pada Oktober 1817.
Beberapa dihukum gantung dan yang lainnya diasingkan ke Pulau Jawa. Ayahnya, Paulus Tiahahu divonis hukuman tembak mati, sedangkan Ia dibebaskan karena masih muda.
Martha Christina kemudian berjuang untuk melepaskan ayahnya dari hukuman mati, tetapi ia tidak berdaya dan meneruskan gerilya di hutan. Ia akhirnya tertangkap dan hendak diasingkan ke Pulau Jawa. Saat itulah ia jatuh sakit, namun menolak diobati oleh orang Belanda.
Di Kapal Perang Eversten, perempuan pemberani ini meninggalm Dengan penghormatan militer, jasadnya diluncurkan di Laut Banda, tepatnya antara Pulau Buru dan Pulau Manipa pada 2 Januari 1818.
Untuk menghargai jasa dan pengorbanannya, Martha Christina Tijahahu dikukuhkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1969.
Pemerintah Provinsi Maluku membangun monumen untuk mengenang jasa Martha Christina Tiahahu di kawasan Karang Panjang, Kota Ambon.
Reporter: Ian Sipahulet Editor: Martha Dianti