titastory.id, pulau seram – Di tengah gemuruh hujan yang tak kunjung reda, tiga anggota Polri bergerak perlahan. Tanah merah di kaki mereka menjadi licin, membuat setiap langkah terasa seperti perjuangan. Aipda Frangky Halatu menarik napas panjang, menggenggam erat kotak suara Pilkada yang menjadi amanahnya. Bersama Aipda Marwan Iskandar Alam dan Bripka J Wattimury, mereka menembus belantara Pulau Seram, Maluku Tengah—menempuh perjalanan sejauh 27 kilometer untuk memastikan suara rakyat tersampaikan.
Pagi itu, 24 November 2024, ketiganya memulai perjalanan dari kantor PPK. Dengan kendaraan roda empat, mereka melintasi jalan berbatu sejauh 13 kilometer. Namun, tantangan sesungguhnya dimulai saat mereka meninggalkan kendaraan dan harus berjalan kaki sejauh 14 kilometer menyusuri hutan lebat.
“Ada rasa khawatir,” ujar Frangky, “tapi tugas ini penting.” Mereka tahu medan di depan adalah wilayah terjal, dengan sungai-sungai berarus deras yang harus mereka lewati. Menjelang sore, mereka tiba di Desa Kaloa dan memutuskan bermalam untuk mengumpulkan tenaga.
Hari kedua, perjalanan semakin berat. Mereka memulai langkah sejak pukul enam pagi. Mendaki bukit-bukit curam, melewati sungai yang meluap karena hujan malam sebelumnya, menjadi rutinitas. Aipda Marwan Iskandar Alam mengingat dengan jelas saat mereka harus menyeberangi sungai yang banjir. “Arusnya kuat, tapi kami tak punya pilihan,” kenangnya.
Perjalanan akhirnya membawa mereka ke Desa Hatuolo pukul tiga sore. Mereka bermalam lagi, kini di tempat tugas Aipda Marwan. Kelelahan tampak di wajah mereka, tetapi semangat tetap menyala.
Di hari ketiga, mereka kembali menyusuri hutan, menembus medan terjal selama sebelas jam hingga akhirnya tiba di Negeri (Desa) Manusela dan Maraina. Di sana, kotak suara Pilkada diterima dengan haru oleh masyarakat. Frangky dan Wattimury merasa lega. “Kami tiba tepat waktu. Itu yang terpenting,” kata Wattimury dengan senyum kelelahan.
Bagi ketiga anggota Polri ini, perjuangan bukan hanya tentang kotak suara. Ini tentang menjaga kepercayaan rakyat. “Kami hanya ingin memastikan suara mereka dihitung,” ujar Frangky. Mereka kembali menempuh rute yang sama saat perjalanan pulang, dengan lelah yang terbayar lunas oleh rasa tanggung jawab.
Di belantara hutan Maluku Tengah, mereka menjadi pejuang sunyi yang mengawal demokrasi, membuktikan bahwa suara rakyat, betapapun jauh, tetap layak diperjuangkan.
Saat ini, logistik pemilu berisi suara-suara masyarakat yang menentukan siapa kepala daerah lima tahun ke depan, sudah tiba dengan selamat. KPU juga sedang melakukan perhitungan dan rekapitulasi suara.
Tahapan rekapitulasi suara saat ini dapat dilalui setelah melalui perjuangan keras dari para pejuang demokrasi. Mereka sukses menjalankan tugas tanpa kenal lelah demi memenuhi hak masyarakat untuk menentukan pemimpin daerah sampai lima tahun ke depan. (TS-01)
Discussion about this post